Senin, 25 November 2013

Berpikir Kreatif, Harus!

Berpikir kreatif adalah proses psikologis untuk selalu menemukan hal-hal baru di sekitar kita. Bagaimana prosesnya tidak saya ceritakan di sini. Hal yang akan kita bicarakan di sini adalah bagaimana berpikir kreatif itu harus ada dalam pikiran orang desa, kenapa?
Sebenarnya semua orang harus punya pikiran kreatif. Membuat, menemukan, mencipta atau memodifikasi yang sudah ada. Kurang lebih begitulah. Berpikir kreatif merupakan cara berpikir manusia pembangunan. Tanpa pemikiran ini warga desa hanya akan menjaidi pengikut dari apa yang sudah ada, tanpa perubahan. Celakanya, jika tidak berpikir kreatif warga desa hanya akan menjadi objek pembangunan bukan subjek pembangunan, tidak bisa menentukan nasibnya sendiri.
Secara kasat mata adakah bedanya orang yang berpikir kreatif dengan yang tidak? Tentu. Lihat saja bagaimana para petani yang selalu memperbaiki cara mereka bercocok tanam. Ada juga yang selalu ‘bertahan’ dengan cara-cara lama. Tidak ada kemauan untuk lebih baik dan lebih maju lagi, dan lagi. Pernah dengan prinsip Keizen, ya itulah berpikir kreatif. Selalu terus-menerus berinovasi untuk perbaikan keadaan, tidak pernah puas dengan apa yang ada sekarang.
Pola pikir  kreatif ini memang harus ditanamkan sejak dini.  Pendidikan keluarga merangsang anak untuk menjadi kreatif dengan berbagai macam permainan. Bentuk lingkungan yang bisa menunjang pembelajaran mereka. Jangan pernah terlalu mengekang anak. Awasi saja. Biarkan anak bereksplorasi dengan alam di sekitarnya. Tanah, air dan segala material di sekitarnya adalah laboratorium alam yang bisa membentuk pikiran, perilaku serta fisik mereka.
Dimasa depan anak-anak kreatif akan menjadi manusia pembangunan yang menjadikan desanya berdaya guna. Setiap  jengkal tanah leluhurnya adalah modal berharga untuk membawa bangsanya ke pentas dunia. Tidak ada kebingungan dalam melangkah karena otaknya telah terisi dengan berbagai informasi  yang siap untuk ‘dimuntahkan’. Simpul-simpul syarafnya bersinergi mengeluarkan ide-ide yang bisa membuat banyak orang berdecak kagum.
Banyak gedung, mesin atau bahkan pemerintahan yang telah mereka kembangkan. Tanpa kesemrawutan dan kelimpungan. Ekonomi akan terus tumbuh menuju angka tertinggi dalam sejarah bangsanya. Daerah tempat tinggal orang-orang kreatif akan terus tumbuh menjadi daerah industri, agribisnis atau area pariwisata. Semua bisa menjadi pendapatan bagi diri, keluarga dan daerahnya.
Orang akan berduyun-duyun mendatanginya karena mereka punya solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Mereka punyak produk yang bisa dijual hingga lintas benua. Semuanya datang dari sebuah desa yang bahkan di peta pun tidak tertulis apa namanya. Tetapi Google Map akan menunjukan dimana letaknya karena banyak artikel di internet yang membicarakannya. Namanya harum  berkat kecerdasan warganya.
Semua yang ditulis seakan sebuah harapan besar penulis. Tetapi begitulah adanya, kenapa banyak  daerah di belahan dunia manapun menjadi buah bibir berkat kemajuannya. Semua bermula dari isi kepala warga-warganya. Era teknologi informasi membantunya menyebarkan setiap tindakan yang akan tercatat dalam sejarah.

Alam, Sumber Kekuatan Membangun Negeri


Laksana disulap, sekitar delapan puluh tahun lalu negeri Arab merupakan gurun pasir yang gersang dan melarat, diperintah oleh sheikh-sheikh dan sultan-sultan kecil. Kini Saudi Arabia diperintah oleh keluarga terkaya di dunia dan menguasai pasaran uang internasional. Bumi padang pasir menganugerahinya dengan sumber-sumber minyak yang disedot tiada habisnya.
Buku Kerajaan Petrodollar Saudi Arabia mengisahkan fakta-fakta yang membuat sejarah: sejak Abdul Aziz Ibnu Saud bangkit menjadi pahlawan padang pasir; Raja Faisal yang berani menghantikan ekspor minyak sehingga negeri-negeri Barat kalangkabut; usaha modernisasi pendidikan; sampai Adnan Kashogi sebagai simbol saudagara milyuner Arab dengan 50 perusahaan besarnya yang tersebar di seluruh dunia.
Robert Lacey, penulis buku ini, selama empat tahun berkelana di sana, bergaul dengan para pangeran dan pengembala onta, saudagar-saudagar internasional dan ulama, di istana-istana yang gemerlapan dan di kemah-kemah padang pasir. Robert Lacey meramu seribu satu kejadian fantastis itu, termasuk dampak ekonomi dan politiknya OPEC dan sengketa-sengketa wilayah dijazirah Arab dan Timur Tengah, dengan gaya yang lincah dan sarat human interest.

Alam sebagai Anugerah
Mungkin di dunia ini banyak tempat indah sebagai anugerah Alloh SWT yang tidak diyukuri oleh penghuninya sendiri. Termasuk kita. Keindahan alam raya dan segala isinya tidak kita manfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik. Banyak dari kita yang hanya menyia-nyiakanya begitu saja. Tidak ada upaya untuk mengolahnya. Bangsa Arab bisa menjadikan alam sebagai sumber kehidupan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Setiap jengkal tanah adalah berharga.

Memberilah maka Kau Akan Diberi Oleh-Nya
Seakan menjadi tradisi ketika orang Arab terkenal sebagai orang yang suka memberi. Mereka percaya bahwa dengan banyak memberi maka rezeki akan terus bertambah. Ini ajaib. Dalam bermasyarakat sudah sepatutnyalah sikap saling memberi bisa menjadi simbol kebersamaan. Karakter warga di pedesaan yang ‘guyub’ jangan sampai luntur karena ternyata itu menjadi modal tak ternilai untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.

Rumah yang Produktif

Mengapa sebuah bangsa bisa bangkit? Pertanyaan itu memang terdengar begitu berat untuk dijawab. Tetapi, tentu saja sebagai warga desa kita tidak harus berusaha terlalu keras untuk menjawabnya. Ada hal sederhana untuk bisa menjawab pertanyaan itu. Salah satunya_ dan yang paling mungkin_ adalah dengan memulainya dari rumah kita.
Caranya? Jadikan rumah kita sebagai rumah yang produktif. Menciptakan kultur produktifitas pada suatu masyarakat dapat dimulai dari rumah. Kultur produktifitas ini menjadi jalan manusia untuk bangkit menuju kemakmuran hidup. Kemakmuran hidup setiap orang secara individu memang berbeda. Untuk itu, setiap orang bisa mendefinisikan kemakmurannya masing. Ingin seperti apa dia nanti di masa depan dan bagaimana meraihnya setiap orang harus bisa menjabarkannya.
Apabila gambaran masa depan itu sudah ada, maka selanjutnya kita bisa menggambarkan rumah yang diidamkan. Tentu saja, rumah kita tidak saja berfungsi sebagai tempat tinggal saja tapi juga bisa sebagai tempat untuk 'menghasilkan sesuatu'.  Sesuai dengan impian kita, setiap orang bisa menggambarkan seperti apa rumah yang sesuai dengan profesi atau kegiatan kesehariannya.
Sebagai contoh, rumah keluarga saya adalah rumah sederhana yang didesain sebagai rumah petani. Kami membangun tiada henti sesuai dengan gambaran yang diidamkan. Setiap detail rumah diciptakan untuk mendukung produktifitas pertanian. Kandang ternak, kolam ikan dan gudang pangan serta peralatan disesuaikan kontur tanah yang ada. Alhasil, pelan tapi pasti kami memiliki rumah yang nyaman untuk ditinggali sekaligus bisa menjadi tempat untuk berproduksi.
Ada banyak contoh yang bisa disampaikan. Namun yang pasti, rumah yang produktif ini turut serta membangun kultur produktifitas setiap individu.  Rumah  sebagai tempat pertama dalam mendidik manusia yang berkualitas harus didesain untuk mendukung minat dan bakatnya. Banyak rumah nyaman yang bisa melahirkan penulis-penulis terkenal, arsitek atau seorang dokter.
Kultur produktifitas ini lahir dari semangat untuk maju. Semangat biasanya lahir dari jiwa manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Penciptaan semangat itu dari rumah menjadi poin penting dari tulisan ini. Jika selama ini banyak warga desa yang membuat rumah alakardanya saja_tanpa perhatian ke arah sana_ maka sudah saatnya rumah menjadi sarana untuk menuju kemakmuran warga desa baik secara individu maupun kolektif.

Rumah untuk Menyambut Penambahan Penduduk

Pertumbuhan jumlah penduduk suatu keniscayaan. Perlu ada upaya untuk menyambutnya. Banyak hal yang sudah dilakukan Pemerintah seperti menyiapkan sarana pendidikan, kesehatan, transportasi dan sebagainya. Itu saja tidak cukup. Harus ada peran masyarakat  sejak saat ini.
Yang paling pertama, menyiapkan pemukiman yang bisa menampung banyak orang. Dimulai dari merencanakan bagaimana tipe rumah yang akan dibangun. Merencanakan rumah sejak saat ini sama pentingnya dengan merencanakan pendidikan seseorang. Terkadang, banyak orang yang kurang menganggap penting perencanaan rumah yang baik karena belum adanya dana atau sekedar berpikir asal ada saja. Padahal, rumah yang akan ditempati menjadi tempat bermukim hingga beberapa generasi kedepan.
Rumah menjadi ciri adanya peradaban. Kemajuan peradaban manusia dapat dilihat dari rumah yang dibangunnya. Makanya, membangun rumah adalah sama dengan membangun peradaban. Kemajuan ilmu pengetahuan membawa manusia untuk menjadikan hidupnya lebih baik. Begitu pun ilmu arsitektur membawa manusia pada kenyamanan hidup yang diinginkannya. Dalam merencanakan rumah, kita bisa berkonsultasi dengan arsitek atau setidaknya dengan tukang bangunan. Dengan diskusi, mudah-mudahan akan ada gambaran umum tentang bagaimana bentuk rumah impian kita.
Berkaca pada kasus kota-kota besar di Indonesia, ada banyak pemukiman kumuh yang tidak tertata. Bentuk rumah tidak dipersiapkan untuk 'menyambut' bertambahnya penduduk dari hari ke hari. Sebagai warga desa, sudah selayaknya merencanakan tipe rumah yang sesuai dengan karakter suatu wilayah. Di daerah padat penduduk, sebaiknya dibangun rumah susun supaya tidak menyerobot lahan pertanian. Di daerah yang masih lengang, sebaiknya tidak sembarangan membangun supaya lahan yang ada bisa lebih produktif.
Saat ini, sudah tumbuh desa-desa yang padat penduduk. Sudah seperti kota besar. Ada banyak keluarga yang tidak memiliki lahan untuk rumahnya. Akibatnya, lahan pertanian dikorbankan. Padahal, apabila direncanakan dengan baik kita bisa membangun rumah hingga beberapa tingkat menyerupai rumah susun supaya bisa ditempati oleh banyak kepala keluarga. Kondisi seperti ini sering kita temui di Pulau Jawa dengan penduduk yang paling padat di dunia.
Memang harus diakui tidak mudah untuk bisa memiliki pola pikir seperti di atas. Hal pertama yang harus ada adalah bayangan akan kenyamanan hidup di masa depan. Berpikir jauh ke depan lebih baik dibandingkan sekedar berpikir untuk saat ini saja. Apabila rencana sudah ada, maka menyicil biaya pembangunan adalah langkah selanjutnya.
Bayangkan, dimasa depan desa yang kita tinggali akan menjadi kota kecil yang mulai tumbuh sehingga akan ada banyak pembangunan diberbagai lini. Ada pabrik, ada perkantoran, pertokoan dan sebagainya yang memenuhi setiap sudut kota. Jangan sampai ada rumah di tengah lokasi bisnis padahal sebaiknya terpisah. Memilih lokasi pun  harus menjadi pertimbangan penting. Sebaiknya memilih tempat yang jauh dari pusat keramaian atau aktifitas ekonomi. Apabila dekat dengan sungai sebaiknya menghadap ke sungai supaya tidak dijadikan tempat pembuangan.
Apabila memiliki lahan yang cukup luas, sejak dini dibuat taman bermain untuk anak-anak sehingga di masa depan pemukiman kita memiliki lahan terbuka hijau. Menyediakan lahan terbuka hijau tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga bisa menjadi tugas setiap warga. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena pemukiman kita tidak asri dan terkesan sumpek.
Alangkah baiknya, menyediakan lahan yang cukup luas di tengah pemukiman untuk 'hutan di tengah pemukiman'. Ada banyak fungsinya diantaranya sebagai penyedia oksigen, menurunkan suhu lingkungan dsb.. Kemudian, di masa depan rumah-rumah dibangun mengelilingi hutan itu. Akhirnya, secara alami terbangun pemukiman yang asri dan memenuhi standar hidup layak.

Berpikir Seperti Quaker

Kaum Quaker _yang selalu bertopi panjang_ di Amerika memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan negaranya. Mereka adalah para pengusaha yang menggerakan perekonomian Amerika di abad 19. Apa yang ada dalam pikiran mereka untuk membangun sebuah negara adidaya? Andrew Carnegie salah satu contohnya.

Carnergie dan Era Baja
"Diatas kesakralan properti, peradaban bergantung", begitulah yang dikatakan Andrew Carnegie (1889) seorang pengusaha asal Amerika  abad ke-19. Andrew Carnegie sangat berperan dalam pesatnya kemajuan produksi baja. Carnegie datang dari Skotlandia saat ia masih bocah berumur 12 tahun. Ia memulai kariernya dengan bekerja sebagai seorang pesuruh di pabrik kapas, yang kemudian berlanjut dengan menjadi karyawan di sebuah kantor  telegraf fan di perusahaan Pennsylvania Railroad.  Pada tahun 1856, ketika umurnya belum mencapai 30 tahun, ia sudah melakukan investasi yang sangat pintar dan berpandangan jauh ke depan. Ia berkonsentrasi pada besi. Dalam beberapa tahun saja ia sudah menguasai atau memiliki saham di perusahaan yang membangun jembatan besi, rel kereta api dan lokomotif. Sepuluh tahun kemudian, pabrik baja yang ia bangun di Sungai Monongahela di Pensylvania menjadi yang terbesar di Amerika.
Kekuasaan Carnegie tidak terbatas pada pabrik-pabrik baru saja. Ia juga menguasai bisnis batu bara dan arang, biji besi dari Danau Superior, satu armada kapal di Danau Besar, kota pelabuhan di Danau Erie, serta jalur rel kereta api yang saling berhubungan. Perusahaan Carnegie, bersama belasan perusahaan sekutunya, bisa meminta perjanjian yang menguntungkan dari perusahaan kereta api dan pelayaran. Pertumbuhan industri yang tidak tertandingi seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya di Amerika.
Sekalipun Carnegie lama mendominasi dunia industri, ia tidak pernah mendapatkan monopoli penuh atas sumber daya alam, transportasi, maupun pabrik industri yang terlibat dalam pembuatan baja. Pada tahun 1890-an, muncul perusahaan-perusahaan lain yang mencoba menggoyah dominasinya. Awalnya, karena terpukul dengan munculnya pesaing ini, Carnegie mengancam akan membangun kompleks bisnis yang lebih besar lagi. Tapi sekarang, di usianya yang sudah senja dan kondisi fisiknya yang menurun, ia terbujuk untuk menggabungkan perusahaannya dengan sebuah organisasi yang akhirnya akan merangkul sebagian besar pemilikan baja dan besi yang paling penting di Amerika.

Investasi Jangka Panjang: Pabrik, Angkutan, Pertanian dan Perumahan
Diantara dua perang besar, Perang Saudara dan Perang Dunia I _Amerika Serikat menjadi dewasa. Dalam periode kurang dari 50 tahun, Amerika berubah dari republik pedesaan menjadi sebuah negara perkotaan. Semua daerah liar menghilang. Pabrik-pabrik besar dan peleburan baja, jalur kereta transkontinental, kota-kota yang berkembang dan usaha pertanian besar-besaran semuanya tumbuh subur di negara ini. Pertumbuhan dan pengaruh ekonomi memunculkan juga masalah-masalah yang berkait dengannya. Secara nasional, bisnis mendominasi seluruh industri, termasuk yang berdiri sendiri maupun yang kerja sama. Kota berkembang dengan sangat cepat, maka menyediakan perumahan menjadi problem tersendiri.

(sumber: Garis Besar Sejarah Amerika, Departemen Luar Negeri AS, 2004)