Rabu, 25 April 2018

PIKIRAN YANG GEMBIRA

Suasana pikiran yang gembira dan optimis berhadapan dengan kesulitan-kesulitan membangkitkan tenaga dalam diri kita yang dapat melawan kesulitan-kesulitan itu dan segera memungkinkan kita melihat dengan terang kembali, bertindak dengan cerdik dan mendapat hasil-hasil yang diinginkan, daripada terus jadi korban dari pikiran kalut kita sendiri dan suasana-suasana yang telah ditariknya pada kita.
Kalau anda cenderung menyalahkan suatu peristiwa kepada orang lain atau hal-hal di luar kemampuan anda -atau dikatakan "nasib buruk" -kesampingkanlah semua sikap mental yang merusak ini dan kendalikanlah diri sendiri. Bertekadlah untuk mengubah seluruh tinjaun hidup anda dalam waktu singkat. Ini dapat dilakukan.
Dan, dengan gembira anda akan menyadari bahwa tidak ada kejadian yang kebetulan itu, bahwa selamanya ada tenaga penggerak di balik kejadian yang bagaimanapun tak berarti.

(Dale Carnegie)

Selasa, 24 April 2018

PENDIDIKAN MENENGAH YANG TERABAIKAN

Di negara terbelakang, termasuk Indonesia, mengabaikan fokus pada pendidikan menengah. Profesor Lewis menganggap orang-orang dengan pendidikan menengah sebagai "perwira dan perwira cadangan" dari suatu sistem ekonomi dan sosial.
Sebagian kecil warga melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi jumlah personil yang diperlukan dengan pendidikan tinggi sangatlah kecil dimana rata-rata negara yang berpenduduk sampai lima juta dapat menguasainya dengan cukup baik tanpa memiliki universitas sendiri.
Pejabat bisnis tingkat menengah dan atas hampir seluruhnya terdiri dari produk sekolah menengah, dan produk ini juga merupakan tulang punggung administrasi negara.
Selain itu, pendidikan pertanian, pendidikan orang dewasa dan program latihan kerja diabaikan. Pendidikan orang dewasa akan membantu mengubah pandangan petani, mengasah keterampilannya dalam mengambil keputusan dan memberikan informasi yang diperlukan tentang praktek pertanian mutakhir.
Pada perekonomian yang berorientasi pertanian, pendidikan ini mempunyai tujuan ganda. Ia menyiapkan anak-anak berpindah ke kota untuk mendapatkan pekerjaan di bidang nonpertanian. Kedua, ia memompa keterampilan dan pengetahuan teknik pertanian yang baru dan lebih baik.
Di samping pendidikan formal, kepada anak-anak harus pula diberikan PENDIDIKAN KEJURUAN.
(Kutipan Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, ML. Jhingan. H. 526-8)