Sabtu, 24 Agustus 2013

Bekerja dan Berkarya


Bekerja untuk menghasilkan sebuah karya nyata. Tidak banyak orang yang berpikir seperti itu. Ada banyak orang yang bekerja bagaikan mesin yang sekedar mengerjakan apa saja tanpa ada tujuan akhir dari yang dikerjakannya. Mereka laksana mesin bernyawa yang diperintahkan sang majikan untuk mengerjakan apa yang sebenarnya tidak mau dikerjakan. Tanpa makna dan rencana.
Sadarkah kita bahwa kita telah teperangkap dalam mekanisme mesin kehidupan. Kondisi masyarakat yang kapitalistik menjadikan setiap dirinya begitu sibuk mengejar tujuan-tujuan jangka pendek. Sekedar memenuhi kebutuhan perut semata. Tidak banyak yang tahu jika dia secara tidak sadar digiring untuk mengikuti nafsu para konglomerasi.
Konglomerasi dan ekonom pro kapitalis terlalu memandang rendah diri seorang manusia. Dia tidak menjadikannya makhluk yang patut dihargai dan diperhitungkan keberadaannya. Sistem sosial yang sudah terbentuk memaksa banyak orang untuk tunduk pada kebutuhan jangka pendek. Hingga, banyak orang yang tidak sempat mempersiapkan diri untuk masa depannya sendiri bahkan keturunannya.
Dalam kondisi seperti itu, kreatifitas tidak lebih berharga dari tenaga hewan pembajak sawah. Bahkan, secara tidak sadar kreatifitas manusia dibunuh dengan perlahan. Tidak banyak karya lahir dari sosok manusia yang bertebaran dimana-mana. Alhasil, ketergantungan pada orang lain menjadi ciri khas manusia yang kehilangan kreatifitas.
Memang berbeda antara ‘bekerja’ dan ‘berkarya’ walaupun pada prakteknya terlihat sama. Para pekerja adalah mesin bernyawa yang menyerahkan kreatifitasnya untuk tunduk pada konglomerasi. Berkarya menghasilkan wujud nyata untuk kemajuan manusia dimasa depan. Karya-karya itu lahir dari orang yang memiliki imajinasi tentang masa depan yang lebih mapan. Karya seni, bangunan, mesin dan lainnya sebagai perwujudan para manusia penuh karya.
Dimasayrakat pun kita membedakan antara ‘pekerja atau buruh’ dengan ‘karyawan’. Ya, memang beda. Hakikatnya sama bekerja pada orang lain. Tetapi para karyawan menghasilkan karya sedangkan para pekerja hanya bekerja tanpa karya yang bisa dibanggakan. Apakah salah? Tidak.
  
Bekerja untuk Masa Depan
Masih menjadi perbedaan pendapat tentang apa sebenarnya hakikat bekerja yang dilakukan manusia. Ada banyak orang yang bekerja sekedar untuk menghidupi anak-isteri atau sekedar mengumpulkan harta benda belaka.  Menjadi semacam keharusan ketika seseorang telah mencapai usia dewasa untuk ‘mencari’ kerja dan memiliki penghasilan sendiri. Definisi bekerja sendiri masih ‘abu-abu’ karena setiap orang memiliki motifasi, visi dan pengaruh lingkungan yang berbeda di sekitar dirinya. Apakah bekerja itu untuk mendapatkan uang yang akan digunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari atau bekerja itu untuk membangun diri dan lingkungan sekitarnya agar memiliki kehidupan masa depan yang lebih baik?
Di berbagai belahan penjuru dunia orang-orang memiliki pandangan berbeda tentang ‘bekerja’. Hal itu bisa kita lihat dari etos kerja yang mereka miliki. Ya, persepsi setiap orang tentang bekerja ternyata mempengaruhi etos kerja itu sendiri. Jika seseorang menginginkan kehidupan yang lebih baik di masa depan maka mereka bekerja dengan giat meskipun belum mendapatkan hasil yang diinginkan. Ada juga yang sekedar mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketika uang sudah didapat maka etos kerjanya pun menjadi buruk. Tidak ada motifasi lain yang menggerakan hatinya untuk bekerja lebih baik.
Bagi saya bekerja adalah untuk masa depan yang lebih baik. Menurut saya, bekerja bukanlah aktifitas yang bersifat rutin untuk mendapatkan imbalan pada tempo tertentu, misalnya akhir bulan. Kita bukan robot atau kerbau pembajak sawah. Sebagai manusia, sudah seharusnya memaksimalkan potensi akal-pikiran dan fisik kita untuk membangun masa depan yang lebih baik. Bekerja bukan sekedar mendapatkan imbalan lalu dihabiskan begitu saja dan itu berulang terus-menerus. Tetapi, bekerja adalah proses untuk mengubah lingkungan kita menjadi tempat yang layak untuk kita tinggali. Mempersiapkan segalanya untuk masa depan lebih baik adalah inti dari sebuah pekerjaan yang kita tekuni.
Jika hari ini kita belum memiliki rumah, maka kita bekerja untuk mendapatkan rumah. Caranya? Itu tergantung pada kemampuan dan kesempatan yang kita miliki. Kita bisa membangunnya sendiri atau menggunakan jasa orang lain. Atau kita bekerja pada orang lain dan imbalannya kita gunakan untuk membiayai rumah idaman kita. Jika kita memiliki kesempatan lebih luas, maka tidak sekedar membangun rumah saja. Tetapi kita pun menyediakan tempat tinggal yang nyaman bagi diri kita dan keluarga kita. Kita membuat selokan menjadi lebih bersih, jalan menjadi lebih mulus, gang sempit menjadi lebih lapang atau tanah gersang menjadi lebih hijau. Dengan keringat dan penat yang kita korbankan maka akan terlihat hasil kerja kita.
Pernahkah terpikir oleh kita banyak orang-orang hebat yang bekerja untuk membangun peradaban manusia menjadi lebih baik. Mereka tidak hanya memikirkan bagaimana keluarganya bisa makan dan hidup bahagia. Tetapi, mereka mempersiapkan kehidupan yang lebih baik untuk anak dan cucunya. Masyarakat yang damai dan kehidupan yang teratur adalah hasil kerja kerasnya. Harus diingat bahwa sebanyak apa pun uang yang kita miliki tidak berarti apa-apa jika masyarakat di sekitar kita tidak pernah merasakan kedamaian. Uang hanya akan jadi sampah tidak berarti karena tidak banyak barang yang bisa dibeli.
Maksud dari kehidupan yang lebih baik sangatlah luas. Keluarga yang harmonis, tetangga yang sejahtera, anggota masyarakat yang tertib dan negara yang aman juga dunia yang nyaman untuk ditinggali adalah kehidupan yang lebih baik di masa depan. Ke arah sanalah kita bekerja. Bekerja adalah proses untuk itu, bukan menjadi beban karena keterpaksaan manusia hidup di dunia. Alloh telah menyediakan semuanya bagi kita, tinggal bagaimana kita mengolah alam yang indah ini dengan cara-Nya sehingga terwujud kehidupan yang senantiasa mendapatkan rahmat-Nya.
Saya sering mendapatkan omelan karena saya terkesan tidak mau mencari pekerjaan. Mereka berkata bahwa nanti seorang pemuda akan menikah dan punya anak maka untuk itu pemuda harus mencari pekerjaan. Saya hanya tersenyum. Bagi mereka bekerja seakan beban yang harus dipikul. Namun, bagi saya bekerja tidak hanya untuk anak dan isteri. Bekerja untuk mempersiapkan generasi mendatang agar dia hidup di dunia yang jauh lebih baik dibandingkan saat ini. Saya  senantiasa berpikir bagaimana generasi masa depan mendapatkan sumber pangan dan pendidikan yang lebih baik. Ke arah sanalah saya bekerja. Mempersiapkan generasi yang tidak kekurangan makanan dan jauh dari pendidikan yang baik. Itu sudah menjadi perintah Alloh dalam Al-Qur’an.
Memang saya terkesan memilah dan memilih pekerjaan. Tetapi bagi saya, selagi kita punya kesempatan  maka kita maksimalkan energi kita untuk membangun masa depan _secara fisik dan sosial_. Secara fisik, membangun infrastruktur untuk menunjang perekonomian menjadi keharusan. Kita pun jangan lupa untuk membangun tatanan sosial yang lebih baik. Semua ‘SOP’-nya sudah ada dalam Al-Qur’an. Di dalamnya kita bisa menemukan hal apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi masyarakat yang memiliki peradaban maju. Sarana pertanian, keamanan, tempat ibadah, pendidikan, transportasi bahkan industri harus segera disiapkan agar menjadi masyarakat yang beradab di mata dunia.
Ya, cara pandang saya terlalu luas. Tetapi itulah manusia. Kita bisa memulainya dari lingkungan rumah kita. Sudahkah kita memiliki lumbung pangan keluarga, sarana air dan sarana belajar untuk tumbuh kembang anak-anak kita? Apakah rumah kita sudah memenuhi syarat sebagai rumah yang sehat? Apakah sudah terjalin komunikasi antar anggota keluarga sehingga memiliki visi yang sama dalam mengarungi kehidupan?
Masih banyak hal yang harus segera kita kerjakan. Selama mata kita masih belum terpejam maka itulah waktu kita untuk bekerja. Manusia memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan dengan anggapannya sendiri. Satu detik di dunia sangatlah berharga. Percayakah bahwa para berpikir beberapa menit ternyata bisa mengubah dunia. Ketika fisik sudah lelah maka otak kita masih bisa bekerja. Banyak orang-orang besar yang  melahirkan ide besar ketika mereka berpikir dalam waktu beberapa menit. Berpikir beberapa menit untuk masa depan lebih berharga daripada bekerja fisik berhari-hari hanya sekedar menutupi keinginan sesaat.