Senin, 12 Februari 2024

Jadwal Musim Tanam yang Bergeser

 

Jadwal tanam kali ini bergeser jika dibandingkan dengan jadwal tanam sebelumnya. Bisa dilihat dalam foto, ketika saya memotretnya hari ini 12/2/2024 para petani baru saja menanam bibit padi di sawah. 

Hal yang dirasa kurang menggembirakan. Ternyata perubahan iklim benar-benar berdampak kepada jadwal para petani menanam padi. Saya khawatir jika hal ini pun akan berimbas kepada pasokan pangan dalam skala komunitas maupun skala regional. 

Padi milik petani sisa musim tanam sebelumnya sudah berkurang banyak. Di gudang, cadangan pun mulai menipis. 

Mungkin saja situasi ini berimbas kepada harga beras di pasar. Pasokan yang berkurang membuat orang berebut pangan kemudian harga merangkak naik.

Jika diperhatikan, ini bukanlah sesuatu yang belum diprediksi. Sudah jauh-jauh hari Al Gore _mantan wapres AS_ memperingatkan jika perubahan iklim dan dampak kepada pasokan pangan adalah nyata. Bukan isapan jempol belaka. 

Dampak perubahan iklim bisa terjadi hingga perebutan sumberdaya mendasar seperti sumber air dan sumber makanan. Bukan hal yang bersifat utopis sebagaimana film Hollywood. Hanya saja, kami para warga desa memang benar-benar berjibaku dan berhadapan langsung dengan dampak perubahan iklim ini.

Fenomena Él Nino sangat berpengaruh kepada jadwal tanam. Pesawahan di desa kami kering dalam waktu yang lama. Terlebih tidak ada saluran irigasi sebagai pengganti curahan air hujan yang dibutuhkan oleh tanaman.  

Jika jadwal tanam terus mengalami pergeseran maka banyak hal yang akan terpengaruh. Bagi seorang petani tentu saja pola kerja musiman dalam satu tahun pun akan berubah. Dimana warga akan mencari pekerjaan ke kota terdekat jika belum masuk masa tanam. Dengan begitu, biasanya petani memiliki cukup tabungan meskipun tidak mengandalkan hasil panen. Maka perubahan jadwal tanam sungguh memberatkan apabila tidak ada proyek atau pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan.  

Hal yang bisa dilakukan oleh petani hanyalah berhemat. Tidak menjual gabah dalam jumlah banyak. Menyisakan cadangan di gudang setidaknya untuk satu tahun ke depan. 

Dan, bersyukur karena masih diberi karunia oleh-Nya.  


Minggu, 04 Februari 2024

Berada dalam Dua Dimensi Masa


Dimensi masa yang saya maksud tentu saja bukan lorong waktu. Sebuah portal yang dibuat selayaknya Doktor Strange, bukan itu. Tetapi, kami warga desa dihadapkan pada generasi yang merasa jika masa lampau masih menjadi andalan untuk menetapkan arah hidup. Kemudian ada generasi yang selalu menatap masa depan sekaligus bergairah meninggalkan cara-cara lama. 

Pada mulanya, saya kebingungan bagaimana membaca pola maksud dari para orang tua yang enggan mengubah cara-cara lama. Sekaligus, saya pun harus bisa mengerti orang-orang yang sekuat tenaga ingin mengubah cara hidup yang dianggap usang. 

Adakalanya, saya harus tetap menggunakan cara-cara lama dengan berbagai alasan. Misalnya, demi menghemat biaya maka bercocok tanam pun tetap menggunakan cara tradisional yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Namun, adakalanya saya pun harus berpikir tentang kemungkinan masa depan. Misalnya, bagaimana memutuskan untuk berinvestasi di ranah digital. 

Terkadang saya merasa kelelahan secara fisik dan mental. Para orang tua masih mengajak untuk melakukan hal-hal yang konvensional. Namun, mental pun sering tergoda untuk berpikir progresif bahkan cenderung impulsif. 

Untungnya, hobi saya membaca ternyata sangat membantu pula untuk bisa membaca dimensi masa yang tengah dipikirkan oleh seseorang. Satu saat harus bisa mengerti jika terjebak pada masa lalu tidaklah sepenuhnya salah. Sekaligus, terlalu mengkhayalkan masa depan membuat kita lupa pada jasa-jasa orang tua. Bahkan, bisa saja kita terkecoh oleh simbol-simbol kemajuan yang berorientasi masa depan padahal sebenarnya hal demikian menggerus ketahanan cara-cara lama yang lebih fundamental.   

Wawasan yang luas ternyata cukup ampuh untuk membaca simbol-simbol yang dimaksud. Misalkan, mesin tidak selalu menjadi simbol kemapanan. Komputer pun bukan barang yang bisa dimaknai sebagai perubahan menuju masa depan. Justru, kita bisa memaknai keberadaannya. Tentu saja tergantung konteks. 

Jika simbol-simbol itu hadir dalam masa yang tidak tepat, maka kehadirannya bukanlah perlambang kemapanan. Namun, bisa jadi simbol tersebut sebagai perlambang kerusakan. 

Coba bayangkan, jika ada buldoser berwarna kuning terang di tengah hutan perawan yang dihuni satwa liar. Apa fungsi buldoser itu ada di sana?