Sabtu, 28 Desember 2013

Meredam Konflik Masyarakat Industri Pedesaan



Industrialisasi pedesaan menjadi suatu keniscayaan yang tidak bisa kita tolak lagi.  Industrialisasi tidak melulu merusak lingkungan dan membuat kesemrawutan kehidupan bermasyarakat. Itu hanya sebagian dari efek negatif. Apabila dikelola dengan baik, indsutri di pedesaan dapat menyesuaikan dengan kondisi di sekitarnya. Jika suatu daerah melimpah akan bahan pangan maka industri pangan perlu kiranya dibangun di sana. Jika suatu wilayah melimpah akan bahan tambang maka industri pertambangan perlu kiranya dibangun di sana. Mengapa? Karena pembangunan harus cepat dilakukan mengingat persaingan ekonomi global, apabila kita tidak ingin selalu menjadi negara konsumen. Banyak data yang membuktikan bahwa bangsa produsenlah yang mampu bertahan dalam percaturan dunia.
Tulisan ini tidak akan membahas panjang lebar arti penting industrialisasi desa. Insya Alloh, di kemudian hari akan saya tulis. Dalam tulisan ini  saya akan coba memaparkan salah satu hal yang mungkin terjadi ketika industrialisasi pedesaan dilakukan yakni konflik. Berdasarkan berbagai literatur yang saya baca, konflik pada masyarakat industri bisa terjadi karena beberapa hal:
Pertama, adanya perbedaan kepentingan antar kelompok masyarakat. Pengusaha mempunyai kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dan memajukan usahanya. Warga sekitar lokasi usaha mempunyai kepentingan untuk bisa hidup sesuai keinginan mereka. Memang definisi dari kedua kelompok ini berbeda di setiap lokasi. Dalam upaya industrliasasi bisa saja terjadi penolakan. Apalagi di pedesaan. Tidak setiap orang 'merasa butuh' akan hadirnya industriliasasi di pedesaan. Bisa jadi ada banyak yang merasa terganggu. Warga desa yang tidak terbiasa dengan 'kebisingan' cenderung menolak baik secara vokal maupun verbal. Perubahan persepsi warga tentang industrialisasi itu sendiri tidak bisa begitu saja berubah tetapi perlu waktu dan pembelajaran terus-menerus.
Kedua,  setiap kelompok menginginkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologi.  Jika salah satu kebutuhan  mereka tidak terpenuhi maka biasanya timbul konflik mulai dari protes, pemboikotan bahkan hingga pengusiran. Kedua kelompok bisa saling bertentangan. Jika pemerintah tidak bisa menjadi penengah maka konflik semakin meruncing dan mengarah pada 'penghancuran' tata kemasyarakatan. Contoh, jika pengusaha membangun pabrik yang menimbulkan polusi suara (kebisingan) maka warga di sekitarnya memprotes. Kegiatan produksi bisa terhenti sama sekali. Tujuan industrialisasi yang konstruktif/membangun malah menjadi destruktif/menghancurkan.
Ketiga, perbedaan pandangan/persepsi warga tentang industrliasasi itu sendiri. Ada orang yang menganggap itu penting tetapi ada juga yang menganggap itu hanya akan menimbulkan masalah dikemudian hari.  Perbedaan pandangan ini bisa timbul dari hal yang paling mendasar.
Untuk meredam konflik sejak awal, maka sebuah kawasan industri harus dibangun atas dasar kepentingan bersama untuk maju. Ada dua pendekatan yang bisa dilakukan sebelum industrialisasi benar-benar terjadi. Pendekatan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologi bisa menjadi solusi sebelum adanya konflik yang tidak diinginkan.
Secara ekonomi, warga desa harus diyakinkan bahwa industrialisasi perlu dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan warga itu sendiri. Industrialisasi harus menjadi solusi bagi warga desa yang belum memiliki penghasilan. Warga desa bisa menjadi pekerja bagi pabrik yang akan didirikan atau menjadi mitra usaha tergantung peran apa yang mereka inginkan. Desakan kebutuhan ekonomi bisa 'memaksa' orang untuk bersikap 'memberontak' terhadap keadaan yang sebenarnya menguntungkan. Hanya saja karena kurang pendekatan dari para pengusaha dan pemerintah maka warga sekitar yang tidak mendapatkan 'jatah' bisa menagih hak mereka.
Untuk itu, konsep usaha yang akan didirikan sebaiknya padat karya agar bisa menampung lebih banyak warga desa yang membutuhkan pekerjaan. Adaptasi teknologi memang perlu dilakukan untuk efisiensi produksi. Tetapi, memilih memperkerjakan banyak orang bisa dianggap sebagai investasi jangka panjang.
Aspek psikologis perlu diperhitungkan dengan cara memberikan kenyamanan pada setiap orang. Secara fisik, sarana yang yang memberikan kenyamanan harus dibangun, diantaranya:
1. Perumahan vertikal yang dekat dengan lokasi industri;
2. Sarana air minum di sepanjang jalan;
3. Taman rekreasi;
4. Sanitasi yang baik, menyediakan WC mobil di pusat keramaian;
5. Sarana olah raga;
6. Penanaman pohon rindang.
Perhitungan secara ekonomi, memang pembangunan sarana penunjang kawasan industri terbilang 'mahal'. Akan ada banyak biaya yang harus dikeluarkan tetapi itu adalah investasi masa depan. Bayangkan jika di masa depan kawasan industri yang telah kita bangun masih bisa memberikan kenyamanan bukan malah sebaliknya sebagai sarang polusi dan ketidaknyamanan kehidupan.
Kunci penting lainnya adalah pengenalan indsutri pada masa pendidikan. Sejak dini pelajar mempunyai kerangka berpikir yang jelas tentang peranan masing-masing. Pemahaman tentang potensi daerah perlu ditekankan sejak di bangku sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...