Selasa, 17 November 2015

Pelatihan Sumber Daya Manusia di Pedesaan (Bagian 2)

 Pelatihan sumber daya manusia di pedesaan mutlak harus dilakukan. Ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat desa untuk menyesuaikan dengan laju perubahan zaman. Untuk itu, harus ada prinsip-prinsip yang bisa menjadi pegangan dalam melaksanakan pelatihan.

Pendekatan Pelatihan Dalam Pembangunan
Permasalahan mendasar di pedesaan adalah SDM. Namun, apa permasalahan sumber daya manusia di pedesaan belumlah jelas. Perlu adanya identifikasi secara mendalam mengenai situasi sumber daya manusia di setiap desa. Akan ada perbedaan antara satu desa dengan desa lainnya.  Hal terlihat secara kasat mata adalah adanya kemandegan pembangunan di pedesaan. Apakah ini berarti warga desa sendiri enggan untuk membangun desanya?
Strategi yang perlu dibangun untuk meningkatkan kualitas SDM di pedesaan adalah dengan pemberdayaan warga. Pemberdayaan dilakukan dengan memotifasi individu untuk meningkatkan kemampuannya dan menentukan jalan hidupnya. Pemberdayaan ditujukan kepada warga desa dengan cara membangun mental dan spiritualnya agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini bisa dilakukan dalam bentuk pelatihan bagi warga desa.
Sebelum melakukan pemberdayaan yang dimaksud harus ada tujuan yang jelas mengenai pembangunan yang diinginkan oleh warga desa. Akan ada perbedaan antara desa yang masih menjadikan pertanian sebagai sumber utama mata pencaharian warganya dengan desa industri sebagai sumber pendapatan utama warganya. Untuk itu, perlu adanya pendekatan dalam proses pemberdayaan itu. Pendekatan pelatihan yang dimaksud harus bisa memaksimalkan potensi desa dan warganya sehingga bisa tercapai pembangunan yang diharapkan.
Dari beberapa pendekatan yang ada, saya setuju apabila pelatihan di desa-desa dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan ini berpatokan pada beberapa hal:
1.    Manusia adalah  pelaku dan pelaksana pembangunan;
2.    Menguasai permasalahan pembangunan dan pemecahannya;
3.    Menjadikan pelaku pembangunan sebagai subjek pembangunan.
Pendekatan pemecahan masalah dianggap cocok dengan kultur pedesaan yang “guyub”. Warga sebagai subjek pembangunan diajak untuk mengidentifikasi permasalahannya sendiri kemudian diajak untuk memecahkannya. Pendekatan pemecahan masalah bisa menjadi refleksi bagi setiap individu akan kapasitasnya masing-masing dalam proses pembangunan. Dengan begitu, pendekatan ini menganggap warga memiliki kemampuan dan  minat yang berbeda-beda. Dalam prakteknya, pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan setiap warga. Meski pun berbeda-beda, semua itu diharapkan akan berakhir pada tujuan bersama.
Ada 5 dimensi yang harus diperhatikan dalam memberikan pelatihan bagi warga desa yakni dimensi kemampuan, dimensi kelancaran, dimensi konsultasi, dimensi kerjasama dan dimensi membimbing. Kelima dimensi ini saling menguatkan satu sama lain. Kelimanya penting untuk diperhatikan sebagai upaya untuk menjadikan para peserta pelatihan para subjek pembangunan bukan sebagai objek pembangunan.  
Pelatihan sumber daya manusia di pedesaan sebaiknya memperhatikan dimensi kemampuan (enabling) dimana setiap individu mengetahui kemampuan dirinya. Apabila mereka mengetahuinya, dibimbing untuk menempatkan diri dimana seharusnya kemampuannya dimaksimalkan. Hanya saja, warga juga mesti memahami bahwa akan ada tantangan dan hambatan untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
Pelatihan juga harus memperhatikan dimensi kelancaran (facilitating) dan dimensi konsultasi (consultating) dimana warga diajak berkonsultasi atas masalah yang sedang dihadapi. Para pelatih/trainer bukanlah sebagai sosok yang ’serba tahu’ dan ‘serba bisa’ sehingga tidak ada sikap menggurui. Warga diajak berbicara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Dimensi kerjasama (collaborating) dan dimensi membimbing (mentoring) juga perlu diperhatikan karena sebenarnya para pelatih/trainer sebetulnya sedang bekerjasama untuk menyelesaikan masalah masyarakat bukan sebagai ‘Sinterklas’ yang datang memberikan ’hadiah’ bagi para warga.  
Dalam tulisan ini, saya kemukakan salah satu contoh terkenal di dunia yang telah sukses mendirikan program pembinaan warga pedesaan. Di Bangladesh, ada seorang Profesor yang telah membangun Grameen Bank (Bank Desa) dimana dia fokus membantu warga desa menyelesaikan permasalahan mereka sendiri. Dari sekian banyak prinsip yang dipegangnya, ada prinsip mendasar yang kiranya perlu diterapkan dalam usaha pelatihan bagi warga pedesaan di negeri kita.
Muhammad Yunus berpendapat bahwa warga pedesaan tidak perlu diberikan pelatihan formal. Dia menerapkan pendekatan pemecahan masalah masing-masing individu warga desa. Dengan begitu, secara simultan permasalahan pedesaan yang lebih besar bisa terpecahkan. Yunus yakin bahwa semua manusia memiliki keterampilan bawaan lahir. Dia menyebutnya keterampilan bertahan hidup. Warga desa tidak perlu diajari cara bertahan hidup, mereka sudah tahu bagaimana caranya. Jadi, daripada membuang waktu mengajari mereka keterampilan baru, lebih baik memanfaatkan semaksimal   mungkin keterampilan yang sudah dimiliki. Pelatihan formal tidaklah perlu dipaksakan. Pelatihan seharusnya ditawarkan hanya saat mereka secara aktif mencarinya.
Program pelatihan bagi warga desa sebaiknya tidak menekankan pada pelatihan teknis. Malahan, warga desa perlu dimotifasi untuk membangun dirinya sendiri dan lingkungannya dengan bakat alami yang telah mereka miliki. Hal yang bersifat teknis, akan mereka pelajari  sendiri apabila dirasa perlu. Bahkan, diantara warga sendiri ada kegiatan saling bertukar pengetahuan.
Saya menyimpulkan, bahwa pendekatan apa pun yang akan   dilakukan warga desa harus memahami tujuan dari pelatihan yang diberikan. Terutama anak muda, warga desa harus memiliki impian akan masa depan desa sendiri. Apabila hal itu tidak ada, pelatihan itu kiranya tidak akan bertahan lama dan berkesinambungan. Malahan, warga hanya akan menganggap semua pelatihan yang akan diberikan sebagai ‘formalitas’ belaka.


Sumber :
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, Marjin Kiri, Depok: 2007. Hal. 141-143
Grendi Hendrastomo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, FISE-UNY, (online).

Muhammad Saeful Anwar, Membangun Ekonomi Pedesaan Melalui Strategi Konvensional, FISIP-Unjani, (online).

1 komentar:

Komentar...