Minggu, 01 November 2015

Pendidikan Berbasis Unggulan Lokal sebagai Penunjang Pembangunan Perdesaan

Pembangunan perdesaan memerlukan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada di sekitarnya. Untuk mencapai itu, perlu adanya suatu sistem pendidikan yang menunjang pembangunan dan sesuai dengan kebutuhan di masa depan. Sebelum membangun sistem pendidikan yang dimaksud, harus ada landasan filosofis dan teori demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

Pendekatan Filosofis yang Sesuai
Pendekatan filosofis bukan hanya mempertanyakan tentang hakikat dan tujuan hidup manusia (human nature and destiny) tetapi juga tentang kemungkinan pendidikan dalam arti kemampuan manusia berkembang dan menerima pengaruh dari luar terutama secara etik sehingga pertumbuhan dan perkembangan manusia itu dapat diarahkan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, berdasarkan potensi dan sifat bawaan seorang peserta didik sebagai makhkluk sosial dan sebagai invidu.
Pendekatan filosofis menghasilkan asumsi-asumsi dasar tentang hakikat dan tujuan hidup manusia, tentang sifat-sifat  dan potensi manusia untuk berkembang dan menerima pengaruh dari luar, dan nilai serta norma yang dipergunakan dalam mengarahkan perkembangan itu, dalam arti untuk mencapai tujuan pendidikan.
Teori pendidikan holisitik-humanistik. Teori ini sangat menghargai martabat individu peserta didik sebagai manusia keseluruhan. Akhir dari pendidikan adalah kemampuan individu untuk mewujudkan dirinya secara memadai. Setiap manusia dipandang sebagai suatu keseluruhan yang memiliki kebutuhan dan tujuan hidup masing-masing. Pendidikan hanya akan berhasil dalam arti bahwa individu dapat mewujudkan diri, mewujudkan segala kemampuan potensialnya menjadi nyata-apabila individu mendapat kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pendidikan merupakan dialog antara pendidik dan peserta didik. Fungsi pendidik adalah memberikan kemudahan atau fasilitas untuk terjadinya perkembangan peserta didik.

Pendidikan Keilmuan dan Kecakapan Hidup
Dalam kurikulum, ada komponen yaitu budaya profesi bagi kelompok-kelompok sebagai makhluk sosial. Kelompok yang bersamaan kemampuan, minat, pengalaman dan harapan. Budaya profesi yaitu budaya berusaha, belajar dan bekerja yang dilandasi ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk mengembangkan diri. Bekal menghadapi persaingan yang semakin berat dalam berbagai bidang kehidupan khususnya dalam memasuki pekerjaan untuk menghasilkan nafkah dan menafkahkan yang layak sebagai manusia yang bertanggung jawab terhadap sosial-ekonomi. Konsentrasi pada kecakapan hidup bertani, usaha kecil atau mengenai jasa seperti perdagangan atau jasa pelayanan.[*]
Kecakapan hidup yaitu kecakapan untuk melakukan adabtasi dan perilaku positif yang memungkinkan individu untuk melakukan reaksi secara efektif dalam menghadapi kebutuhan dan tantangan sehari. Adapun definisi yang dikemukakan oleh Unicef yaitu perubahan perilaku atau pendekatan pengembangan perilaku yang diarahkan untuk menjamin keseimbangan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan. Definisi ini didasarkan pada penelitian yang menyarankan perlunya perubahan perilaku beresiko yang menyangkut ketidakmampuan menunjukan kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang seharusnya.
Kecakapan hidup pada intinya lebih menekankan pada penguasaan kecakapan yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh mental yang memadai (well being) dan kompetensi bagi kelompok remaja dalam menghadapi kenyataan kehidupan sehari-hari. Hampir semua profesional yang memiliki kajian dalam pengembangan pendidikan kecakapan hidup, setuju bahwa kecakapan hidup memiliki kaitan dengan kesehatan dan kegiatan sosial. Melalui kecakapan hidup, seseorang harus mampu melakukan eskplorasi berbagai alternatif, menimbang baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dan membuat keputusan rasional dalam memecahkan masalah dan isu yang ada. Pada esensinya kecakapan hidup adalah keterampilan remaja untuk memahami dirinya dan potensinya dalam kehidupannya, antara lain mencakup penentuan tujuan, memecahkan masalah dan hidup bersama orang lain.
Filsafat utama dari kecakapan hidup yaitu konsep pemberdayaan diri dan keyakinan kecakapan dapat dipelajari, dimodifikasi dan ditingkatkan bersamaan dengan pengembangan diri seseorang dan penyesuaian dengan tantangan kehidupan.

Sepanjang pemberdayaan merupakan visi utama dari kecakapan hidup, sangat penting untuk memperjelas hakikat pemberdayaan. Dalam pemberdayaan mengandung konsep utama:
a.    Dapat melihat diri secara objektif dan memiliki keyakinan bahwa seseorang terbuka pada perubahan;
b.    Memiliki kecakapan untuk berubah merupakan bagian tidak terpisahkan dari diri seseorang dan dunia di sekitar kita dimana kita merupakan bagiannya dalam mengisi kehidupan;
c.    Mampu menggunakan perasaan untuk mengenali adanya kesenjangan antara kenyataan saat ini dengan yang diharapkan terjadi;
d.    Mampu menetapkan secara tepat hasil pekerjaan yang ditetapkan dan melakukan tindakan untuk mencapainya;
e.    Mampu bertindak untuk melaksanakan perencanaan kegiatan;
f.     Dalam kehidupan sehari-hari sadar akan kemampuan untuk melakukan akses dan mencari sumber-sumber serta mempengaruhi dan mengarahkan diri;
g.    Mampu mendorong orang lain untuk berdaya dalam meningkatkan kehidupannya dan mampu mempengaruhi berbagai ragam kehidupan.

Membangun Mulai dari Diri Sendiri
Pembangunan perdesaan memang harus dimulai membangun individu-individunya. Membangun sumberdaya manusia pada dasarnya ‘mengumpulkan’ modal kehidupan itu sendiri. Pendidikan yang berbasis keunggulan lokal bukanlah pendidikan yang ‘disetir’ oleh Pemerintah pusat. Selayaknya warga desa menjalankannya dalam berbagai bentuk diantaranya pendidikan formal (SD-SMP-SMA), kursus, pelatihan dsb. Begitu pun hasilnya, diharapkan bisa melahirkan generasi yang memiliki inisiatif untuk membangun desanya.



[*]Mohammad Ali dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Imtima, Bandung: 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...