Selasa, 10 November 2015

Pemimpin : Penentu Tujuan Pembangunan

Menentukan tujuan pembangunan memang bukanlah perkara yang mudah. Harus ada keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin mengenai tujuan apa yang hendak dicapai. Maka dari itu, ada beberapa syarat supaya bisa menjadi ‘penentu keputusan yang bisa diandalkan’.

Apakah Kepemimpinan?
Tidaklah heran jika para pemimpin mendapat kesulitan untuk mengatur beberapa kelompok manusia agar menjalankan fungsinya tanpa pertikaian mengenai pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Setiap orang masing-masing memiliki kekuatan di dalam dirinya sendiri yang sulit untuk diselaraskan, bahwa sekalipun ia diletakan di dalam situasi dimana paling mudah untuk menyusun keharmonisan. Jika reaksi pikiran setiap individu berada didalam keadaan dimana unit-unit jiwanya tidak bisa dielaraskan dengan mudah coba pikirkan betapa sulitnya untuk menyelaraskan kelompok pikiran-pikiran sedemikian rupa hingga bekerja sama sebagai suatu kesatuan.
Pemimpin yang sukses mengembangkan dan mengarahkan energi suatu grup mastermind pasti memiliki kebijaksanaan, kesabaran, kegigihan, kepercayaan pada diri sendiri, pengetahuan tinggi mengenai reaksi pikiran dan kemampuan untuk menyesuaikan diri (dalam keadaan keseimbangan sempurna dan harmonis) hingga bisa dengan cepat mengubah keadaan tanpa memperlihatkan marah atau jengkel.
Berapa banyakkah mereka yang bisa termasuk di dalamnya?
Pemimpin yang sukses memiliki kemampuan untuk mengubah warna pikirannya, seperti bunglon, untuk menyesuaikan diri dengan setiap situasi yang timbul sehubungan dengan kepemimpinannya. Lebih lagi, di harus memiliki kemampuan untuk mengubah suatu suasana hati ke suatu hati lainnya tanpa memperlihatkan tanda-tanda marah atau kurang pengendalian diri sedikitpun. Pemimpin yang berhasil dan sukses harus memahami Tujuh Belas Prinsip Pengetahuan Keberhasilan Pribadi dan mampu mempraktekan dalam berbagai kombinasi kapanpun diperlukan.
Tujuh Belas Prinsip Pengetahuan Keberhasilan Pribadi tersebut adalah : (1) Tujuan yang tertentu, (2) prinsip kekuatan mastermind, (3) kepercayaan yang dipraktekan, (4) pribadi yang menyenangkan, (5) melangkah sedikit lebih jauh, (6) inisiatif pribadi, (7) disiplin pribadi, (8) perhatian yang terkontrol, (9) semangat, (10) imajinasi, (11) belajar dari kemalangan, (12) pemakaian waktu dan uang, (13) cara berpikir yang positif, (14) pikiran yang tepat, (15) kesehatan tubuh yang segar dan bugar, (16) kerjasa sama, (17) kekuatan alam yang terus-menerus.
Tanpa kemampuan ini, tidak ada pemimpin bisa  berkuasa, dan tanpa kekuasaan, tidak ada pemimpin yang bisa bertahan lama.[1]

Menentukan Tujuan
Suatu tujuan ialah setiap kondisi, jika sudah tercapai, akan menghilangkan akibat-akibat dari situasi yang tidak diingini. Suatu tujuan bisa saja sebagai suatu usaha untuk melepaskan dari dari suatu situasi tertentu. Bagaimanapun, tidak peduli bagaimana kita menggambarkan tujuan itu, tujuan itu mestilah dianggap sebagai suatu hasil dari seorang yang mencarinya, karena dia tidak merasa senang untuk tetap berada dalam statusnya yang lama. Seorang pemecah problema yang baik akan melaksanakan proses pemilihan tujuan itu dengan efektif.  Bahkan beberapa problema justru dapat dipecahkan tepat dalam hal ini.
Dalam menghadapi problema, langkah yang paling penting yang harus dilakukan ialah menyusun tujuan. Disinilah komunikasi itu memainkan suatu peranan yang sangat penting. Walaupun penyusunan atau penentuan tujuan itu mungkin dilakukan secara sendirian, kita sangat sering mendiskusikan dan menentukan tujuan-tujuan itu dengan orang lain. Hal ini memerlukan keterampilan komunikasi yang baik, istimewa keterampilan berbicara dan mendengarkan.
Pandangan-pandangan dan pendapat-pendapat yang dipunyai seseorang hanya dapat dipengaruhi, jika pandangan dan pendapat-pendapat itu dikomunikasikan dan diterima dengan sepantasnya. Untuk menyusun atau menentukan tujuan-tujuan dan memecahkan problema-problema itu sekaligus, kita mestilah tetap siaga terhadap faktor-faktor yang dapat memperlancar atau menghambat komunikasi.
Ada paling sedikit pertanyaan kunci yang harus ditanyakan tentang suatu tujuan. Apakah itu dikehendaki? Dapatkah dicapai? yang pertama adalah lebih penting; jika tujuan itu bukanlah sesuatu yang meringankan atau menghilangkan ketegangan-ketegangan yang anda alami, maka adalah tidak begitu berguna untuk menanyakan pertanyaan kedua. Anda haruslah menjawab pertanyaan pertama dengan segera  dalam proses pemecahan problema. Pertanyaan kedua barulah barulah kemudian.
Terlalu banyak tujuan-tujuan yang diingini sudah disisihkan, karena para pemimpin terlalu malas atau tidak cekatan untuk mengatasi pengaruh yang negatif dari pendapat-pendapat yang biasa, seperti, “Hal itu tak dapat dilakukan!” atau “ Sudah ktia coba sekali, dan tidak berhasil!”. Kita semua sadar akan begitu banyak hal – hal dan benda  yang sudah menjadi rutin sekarang ini, tapi kemarin atau waktu dulu dianggap “tidak dapat dilakukan” atau seperti tidak mungkin. Adalah jauh lebih baik untuk berbuat kesalahan dengan mencoba yang nampaknya tidak mungkin tapi dikehendaki, daripada menolaknya begitu saja.
Dengan meringkasnya, di bawah ini ada lima alasan yang biasa, mengapa penyusunan dan penetapan tujuan itu sering dilakukan dengan tidak baik.
1. Tujuan-tujuan dibuat terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2. Tujuan-tujuan tidak sepantasnya disetujui atau tidak cukup dikomunikasikan.
3. Tujuan-tujuan diterima dengan begitu saja tanpa kritik.
4.  Tidak ada komitmen yang betul-betul dilakukan terhadap tujuan-tujuan yang dinyatakan.
5. Tujuan-tujuan yang lama tidak diperbaharui.[2]



[1] Napoleon Hill dan E. Harold Keown, Sukses dan Berhasil Melalui Keyakinan, Cahaya Abadi, 1978,
[2] James G. Robbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, Tulus Jaya, Jakarta: 1982.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...