Sabtu, 07 November 2015

Pendidikan Holistik-Humanistik untuk Meningkatkan Kesadaran Pembangunan Perdesaan

Kesadaran pembangunan di perdesaan tidaklah timbul begitu saja. Perlu adanya upaya sistematis untuk meningkatkan kesadaran membangun diantara warga desa. Dari berbagai upaya itu, ada salah satu cara yang bisa dianggap efektif yakni dengan menerapkan prinsip pendidikan holistik-humanistik yang dimulai sejak dini.

Pendidikan Holistik dan Humanisitik
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam dan nilai-nilai spiritual. Pendidikan ini penting bagi memastikan setiap individu merasai dan menikamti kehidupan mereka serta meghargai dan menilai semua pembelajaran, potensi dalaman seperti kecerdikan, kreatifitas dan nilai-nilai kerohanian. Pandangan humanistik (human = manusia) adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri.
Ada lima dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu :
1.    Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
2.    manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya;
3.    manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain;
4.    manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggungjawab atas pilihan-pilihannya;
5.    manusia memiliki kesadaran dan sengaja mencari makna, nilai dan kreatifitas.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan pengagungan dan cinta orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi dua yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being): 1) Keterbukaan pada pengalaman; 2) kehidupan eksistensial; 3) kepercayaan terhadap organisme sendiri; 4) perasaan bebas; 5) kreatifitas.
Keterbukaan pada pengalaman, orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian, ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
Kehidupan eksistensial, kualitasdari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
Perasaan bebas. Orang yang sehat secara psikologis dapat membua suatu pilihan tanpa adanya “paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan” antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
Kreatifitas. Keterbukaandiri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreatiftias dengan ciri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
 Psikologi humanistik berjasa besar dalam bidang pendidikan. Psikologi humanistik menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal.
Prinsip-prinsip belajar yang humanisti, meliputi hasrat untuk belajar, belajar berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri dan belajar untuk perubahan.  
a. Hasrat untuk belajar. Manusia mempunyai hasrat untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabial diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas  humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang berarti. Belajar akan mempunyaiarti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak-anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar tanpa ancaman. Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancar manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri. Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memlilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motifasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar”(to leran how to learn). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung dan percaya pada diri sendiri.  Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian.
e. Belajar dan perubahan. Prinsip terakhir ialah bahwa pelajar yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
... 
Prinsip ini tidak hanya berlaku pada pendidikan di sekolah reguler. Prinsip ini juga berlaku pada setiap bentuk pendidikan_ formal-informal, pelatihan hingga pengembangan sumberdaya manusia di perusahaan_. Semoga saja prinsip ini menjadi acuan bagi setiap bentuk pendidikan di pedesaan.


(Sumber : Makalah Psikologi Holistik dan Humanistik, slideshare.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...