Secara naluriah
manusia menginginkan adanya perubahan dalam hidupnya ke arah perbaikan. Demi mempertahankan
eksistensi dirinya, manusia terus menerus berpikir bagaimana menjadikan
kehidupan di sekelilingnya menuju ke arah kemajuan.
Warga desa memang perlu adanya keinginan untuk
membangun. Entah darimana perasaan itu datang. Mungkin, Alloh memberikan
sebagian karunianya kepada kita berupa petunjuk untuk menjadikan lingkungan
kita menjadi lebih berkembang. Sebagai warga desa, semestinya kita tidak perlu
bingung bagaimana masa depan desa kita. Sebenarnya, sudah ada cara bagaimana
menata masyarakat pedesaan yang tertera dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hanya
saja, perlu adanya keinginan untuk terus menggalinya lebih dalam lagi.
Sebagai hamba-Nya, kita dikaruniai ilmu
pengetahuan dalam berbagai aspek. Diantara ilmu pengetahuan itu adalah ilmu
teknis dan non-teknis mengenai kehidupan di desa kita. Para petani, mereka
punya ilmu untuk bertani. Para tukang kayu, mereka punya ilmu untuk membangun
rumah. Ada hal unik yang luput dari perhatian, bahwa ternyata ilmu pengetahuan
itu tidak sepenuhnya berasal dari seorang guru. Ada ilmu pengetahuan yang
secara langsung diberikan oleh Alloh kepada seseorang. Misalnya,
seorang petani yang bingung karena hama menyerang sawahnya. Secara naluriah,
dia meramu obat hama yang disebar ke seluruh areal pesawahan. Alhasil, tanpa
diduga hama di sawahnya berangsur menghilang. Nah, sebenarnya itu adalah ilmu
pengetahuan yang dianugerahkan Alloh kepadanya.
Intuisi (Kata Hati) Juga sebagai Jalan Ilmu Pengetahuan
Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan
didapat dari dua jalan. Pertama, ilmu pengetahuan yang didapat atas perolehan
(husuli) dimana ada sumber pengetahuan berupa buku atau guru sebagai perantara.
Kedua, ilmu pengetahuan yang didapat atas pemberian (huduri) dimana sumbernya
langsung dari Alloh tanpa perantaraan.
Pengetahuan yang dapat dilihat oleh hati ini
merupakan pengetahuan dasar yang diperoleh alat yang terlihat oleh hati atau
pusat keberadaan manusia bukan hanya oleh akal. Sayangnya, konsepsi pengetahuan
batin ini kurang mendapat perhatian karena dianggap tertentangan dengan akal.[1]
Arah Pembangunan sebagai Petunjuk Alloh
Warga desa tidak perlu bingung dengan arah
pembangunan yang hendak dicapai. Memang, perlu adanya hitungan matematis dalam
menyusun sebuah rencana jangka panjang. Tetapi, perhitungan itu berfungsi untuk
membantu dalam pengambilan keputusan. Secara intuitif, manusia bisa menentukan
arah kehidupannya masing-masing.
Dalam prosesnya, warga dituntut untuk
senantiasa menggunakan pikiran kreatifnya. Apabila pola pikir kreatif ini terus
diasah maka sebenarnya kita sedang mencari data yang ada dalam otak kita. Perlu
diketahui, otak kita menyimpan begitu banyak data.
Arah pembangunan bagi setiap warga memang akan
berbeda tergantung dari kepentingannya masing. Hanya saja, kejelasan arah ini
diperlukan demi tercapainya harapan setiap warga. Arah pembangunan yang besar, bisa
dibagi-bagi lagi dalam satuan terkecil hingga sampai ke level keluarga.
Anggota keluarga memiliki pemahaman yang sama
akan tujuan dibangunnya sebuah rumah hingga bagaimana menata halaman rumah.
Anggota keluarga juga memiliki pemahaman yang sama mengenai pola pendidikan
yang akan ditempuh karena itu akan sangat berpengaruh pada pola pembangunan
masyarakat di masa depan. Justru, kesederhaan konsep lebih memudahkan
tercapainya tujuan dibangunnya suatu masyarakat.
Dalam proses pembangunan, kreatifitas masing-masing
individu sangat berperan. Pada kondisi seperti itu, pemerintah hanya menjadi
fasilitator bagi kepentingan warganya. Maka dari itu, setiap orang hendaknya memiliki
upaya untuk 'mencari' inspirasi sendiri demi kepentingan bersama. Dalam
kehidupan kolektif, ide dari seseorang sangat dibutuhkan untuk perubahan secara
menyeluruh dan berkesinambungan.
[1] Dr. Sayyid Husein
Nasser, Hubungan Antara Intelek dan Intuisi dari Perspektif Islam, dalam Islam
dalam Masyarakat Kontemporer, hal. 65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...