Kamis, 27 November 2014

Intuisi untuk Membangun

Secara naluriah manusia menginginkan adanya perubahan dalam hidupnya ke arah perbaikan. Demi mempertahankan eksistensi dirinya, manusia terus menerus berpikir bagaimana menjadikan kehidupan di sekelilingnya menuju ke arah kemajuan.
Warga desa memang perlu adanya keinginan untuk membangun. Entah darimana perasaan itu datang. Mungkin, Alloh memberikan sebagian karunianya kepada kita berupa petunjuk untuk menjadikan lingkungan kita menjadi lebih berkembang. Sebagai warga desa, semestinya kita tidak perlu bingung bagaimana masa depan desa kita. Sebenarnya, sudah ada cara bagaimana menata masyarakat pedesaan yang tertera dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hanya saja, perlu adanya keinginan untuk terus menggalinya lebih dalam lagi.
Sebagai hamba-Nya, kita dikaruniai ilmu pengetahuan dalam berbagai aspek. Diantara ilmu pengetahuan itu adalah ilmu teknis dan non-teknis mengenai kehidupan di desa kita. Para petani, mereka punya ilmu untuk bertani. Para tukang kayu, mereka punya ilmu untuk membangun rumah. Ada hal unik yang luput dari perhatian, bahwa ternyata ilmu pengetahuan itu tidak sepenuhnya berasal dari seorang guru. Ada ilmu pengetahuan yang secara langsung diberikan oleh Alloh kepada seseorang. Misalnya, seorang petani yang bingung karena hama menyerang sawahnya. Secara naluriah, dia meramu obat hama yang disebar ke seluruh areal pesawahan. Alhasil, tanpa diduga hama di sawahnya berangsur menghilang. Nah, sebenarnya itu adalah ilmu pengetahuan yang dianugerahkan Alloh kepadanya.
Intuisi (Kata Hati) Juga sebagai Jalan Ilmu Pengetahuan
Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan didapat dari dua jalan. Pertama, ilmu pengetahuan yang didapat atas perolehan (husuli) dimana ada sumber pengetahuan berupa buku atau guru sebagai perantara. Kedua, ilmu pengetahuan yang didapat atas pemberian (huduri) dimana sumbernya langsung dari Alloh tanpa perantaraan.
Pengetahuan yang dapat dilihat oleh hati ini merupakan pengetahuan dasar yang diperoleh alat yang terlihat oleh hati atau pusat keberadaan manusia bukan hanya oleh akal. Sayangnya, konsepsi pengetahuan batin ini kurang mendapat perhatian karena dianggap tertentangan dengan akal.[1]
Arah Pembangunan sebagai Petunjuk Alloh
Warga desa tidak perlu bingung dengan arah pembangunan yang hendak dicapai. Memang, perlu adanya hitungan matematis dalam menyusun sebuah rencana jangka panjang. Tetapi, perhitungan itu berfungsi untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Secara intuitif, manusia bisa menentukan arah kehidupannya masing-masing.
Dalam prosesnya, warga dituntut untuk senantiasa menggunakan pikiran kreatifnya. Apabila pola pikir kreatif ini terus diasah maka sebenarnya kita sedang mencari data yang ada dalam otak kita. Perlu diketahui, otak kita menyimpan begitu banyak data.
Arah pembangunan bagi setiap warga memang akan berbeda tergantung dari kepentingannya masing. Hanya saja, kejelasan arah ini diperlukan demi tercapainya harapan setiap warga. Arah pembangunan yang besar, bisa dibagi-bagi lagi dalam satuan terkecil hingga sampai ke level keluarga.
Anggota keluarga memiliki pemahaman yang sama akan tujuan dibangunnya sebuah rumah hingga bagaimana menata halaman rumah. Anggota keluarga juga memiliki pemahaman yang sama mengenai pola pendidikan yang akan ditempuh karena itu akan sangat berpengaruh pada pola pembangunan masyarakat di masa depan. Justru, kesederhaan konsep lebih memudahkan tercapainya tujuan dibangunnya suatu masyarakat.
Dalam proses pembangunan, kreatifitas masing-masing individu sangat berperan. Pada kondisi seperti itu, pemerintah hanya menjadi fasilitator bagi kepentingan warganya. Maka dari itu, setiap orang hendaknya memiliki upaya untuk 'mencari' inspirasi sendiri demi kepentingan bersama. Dalam kehidupan kolektif, ide dari seseorang sangat dibutuhkan untuk perubahan secara menyeluruh dan berkesinambungan.




[1] Dr. Sayyid Husein Nasser, Hubungan Antara Intelek dan Intuisi dari Perspektif Islam, dalam Islam dalam Masyarakat Kontemporer, hal. 65.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...