Minggu, 12 Oktober 2014

Masa Tua Bahagia di Desa

Perbandingan populasi orang tua dengan anak muda di pedesaan memang berbeda cukup jauh. Ketika anak muda sibuk dengan urbanisasi, maka yang tiggal di desa adalah para orang tua. Hal ini menjadi perhatian saya dimana situasi ini bisa menjadi kurang baik jika desa hanya dijadikan tempat untuk 'mengisi hari tua' saja. Saya menganggap bahwa desa harus menjadi tempat yang dinamis di masa depan, dimana orang tua dan anak muda saling bergotong royong untuk membangun desa.
Untuk itu, desa harus dibuat sedemikian rupa supaya 'prospektif' bagi segala usia. Desa bisa menjadi tempat yang ideal untuk mencari pendapatan juga desa menjadi tempat yang ideal untuk peristirahatan.
Mulai saat ini, sebaiknya desa dipersiapkan menjadi tempat yang yang bisa memberikan kebahagiaan bagi segala usia. Jika begitu, anak muda sekarang bisa mengisi hari tuanya nanti dengan kebahagiaan pula. Caranya, dengan mempersiapkan segala infratruktur yang baik dimana desa menjadi tempat tinggal yang aman, nyaman dan beradab. Sebaiknya ada lembaga khusus yang bisa memberdayakan para orang tua.
Dalam membangun infrastruktur itu, perlu diperhatikan beberapa hal yang bisa menjadi prasyarat kepuasan orang tua dalam mengisi hari tuanya.[1]
(1)  Kesehatan emosi dan fisik yang baik. Bagi orang tua _dan anak muda juga _ perlu disediakan sarana khusus untuk berolahraga. Secara emosional para orang tua memiliki kekhasan, maka sebisa mungkin ada komunitas yang khusus memberikan pelayanan bagi para orang tua. Apabila memungkinkan, para orang tua bisa diajak berkegiatan dalam memanfaatkan waktu dan tenaga yang masih dimiliki.
(2)  Pendapatan yang mencukupi di atas tingkat subsistensi. Untuk 'menjamin' pemenuhan kebutuhan di hari tua maka ada lembaga khusus yang memberikan pembiayaan bagi orang tua. Asuransi masa tua sebaiknya dimulai dari saat ini. Para orang tua tidak bisa selalu bergantung pada anak-anaknya karena bisa jadi pendapatan yang mereka miliki juga tidak besar. Kepedulian warga akan para orang tua bisa tercermin dari sumbangan yang diiberikan secara berkala kepada lembaga jompo ini. Saya tidak menyarankan adanya panti jompo karena sudah menjadi kewjiban anak menjaga orang tua mereka.
(3)  Akomodasi yang cocok. Tempat tinggal yang nyaman sebaiknya disiapkan dari sekarang. Mungkin kita beranggapan bahwa kebutuhan orang tua dan anak muda sama padahal ada banyak hal yang bersifat khusus. Perlu dipahami, bahwa para orang tua ini butuh perhatian lebih. Maka, harus ada sistem terintegrasi yang ditujukan untuk para orang tua. Rumah, kendaraan dan berbagai kebutuhan perlu ada kriteria khusus yang dibuat oleh Pemerintah Desa. Harus ada aturan tegas dalam menata rumah, kendaraan dan prasarana umum yang berpihak pada orang tua.
(4)  Rekan dan tetangga yang sehaluan. Dalam komunitas, para orang tua bisa saling bertukar pikiran. Apabila ada program khusus _misal olahraga bersama_ maka orang tua memiliki tujuan lain setelah sekian lama bergelut dengan kehidupan yang 'melelahkan'. Kita harus paham bahwa ada perasaan tidak' diperlukan lagi' dalam diri orang tua. Untuk itu, kita bangkitkan lagi rasa percaya diri mereka sehingga mereka menjadi warga yang masih memiliki peran dalam pembangunan desa.
(5)  Satu atau lebih minat yang mengasyikan. Komunitas bisa menjadi tempat untuk menyalurkan kegemaran mereka. Berkebun, merajut atau berolahraga bisa menjadi salah satu hobi yang bisa dilakukan. Apabila ketika muda tidak cukup waktu untuk menyakurkan hobi, maka sudah saatnya dikembangkan karena keluangan waktu yang dimiliki.
(6)  Filosofi hidup yang memadai. Para orang tua sudah 'mapan' dalam hal spiritual. Mereka memiliki pengalaman hidup yang lebih dari cukup untuk disampaikan kembali pada anak muda. Komunitas juga bisa menjadi sarana untuk menjembatani dua generasi ini. Filosofi hidup orang tua ditularkan dengan berbagai forum yang dibentuk. Orang tua yang memiliki keahlian di bidangnya, bisa menjadi guru bagi anak-anak muda.
Jadi, keliru untuk percaya bahwa semakin bertambah tua maka tidak cocok untuk bekerja dan tidak cocok untuk bermain, bahwa semakin bodoh setiap hari dan bahwa penyakit tidak bisa disembuhkan. Jangan biarkan mitos ini mengendalikan hidup para orang tua.



[1]  C. Northcote Parkinson dkk. Masa Pensiun yang Bahagia. Binarupa Aksara. Jakarta:  1990. Hal. 39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...