Minggu, 12 Oktober 2014

Memprediksi Situasi Masa Depan Anak-anak

Zaman terus mengalami perubahan.  Situasi dunia memang sulit untuk diprediksi. Tanpa adanya pengetahuan yang cukup, warga desa sulit mengimbangi kemajuan yang sedang terjadi. Ada kebingungan yang sedang dialami orang desa dengan keluguannya. Dalam kondisi kebingungan itu, banyak diantaranya yang 'coba-coba' untuk meniru kesuksesan orang kota. Anak-anak mereka dibekali pendidikan setinggi mungkin namun terkadang belum bisa mendefinisikan arti penting pendidikan bagi anak-anak. Orang desa masih 'berjudi' dengan masa depan anaknya. Bahkan, banyak orang tua di desa-desa tidak tahu betapa banyak profesi baru bermunculan dan banyak pula profesi lama yang terhapus masa.
Terkadang, perubahan itu tidak disadari oleh kebanyakan orang tua. Anak-anaknya terus disuruh untuk belajar tanpa diberikan pemahaman 'untuk apa mereka belajar'. Minimnya akses informasi membuat orang tua justru merasa khawatir akan masa depan anak-anaknya. Banyak orang tua tidak menyadari jikalau zaman berubah, sehingga apa yang dipikirkan oleh orang tua kini mungkin akan berbeda dengan kejadian yang sebenarnya di masa depan. Karena sama-sama mengalami kebingungan, banyak orang tua malah  menyerahkan masa depan anak-anaknya begitu saja pada waktu.
Pada awalnya mereka sangat berharap pada pendidikan. Namun, seiring berjalannya waktu pendidikan formal pun belum bisa menjawab tantangan masa depan. Pendidikan formal belum bisa menjembatani antara situasi masa kini dengan situasi masa depan anak-anak. Kenapa? Mungkin orientasi pendidikan kita yang masih berfokus pada penalaran pelajaran-pelajaran dan belum mendidik anak-anak untuk mandiri dan kreatif.
Perlu dipahami bahwa saat ini pendidikan bukan lagi sebagai jalan untuk mencari kerja. Orientasi orang tua menyekolahkan anaknya perlu diubah. Pendidikan menjadi bentuk investasi masa depan, sehingga akan ada banyak waktu, tenaga dan uang yang dikeluarkan. Keliru jika para orang tua menyerahkan masa depan anak sepenuhnya pada pendidikan formal. Tidak semua hal tentang kehidupan diajarkan di sekolah. Untuk itu, orang tua di pedesaan perlu juga 'memperkenalkan' situasi pedesaan yang sebenarnya. Dalam prakteknya, tidak ada salahnya jika anak-anak bermain di sawah. Mereka akan belajar memahami apa yang biasa terjadi di sana. Jangan sekali-kali 'mengurung anak' di rumah. Masa depan desa kita ada di tangan mereka, jadi jangan cegah mereka untuk menggali potensi desanya juga demi masa depannya.
Bagaimana memprediksi masa depan anak-anak?
Apabila kita sudah punya cara untuk mempersiapkan masa depan anak-anak kita maka kita bisa memprediksi bagaimana masa depan mereka. Caranya: pola pendidikan yang kita terapkan di sekolah plus di rumah akan berujung pada situasi masa depan yang kurang lebih sama dengan apa yang kita harapkan.
Saya percaya bahwa anak-anak layaknya komputer yang belum diisi software maka mereka  pun akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh tergantung pada software apa yang mengisi hati dan pikirannya. Dengan kata lain, masa depan anak-anak kita bisa direkayasa oleh kita sendiri. Sebagaimana ungkapan cara termudah untuk memprediksi masa depan adalah dengan merekayasanya.
Apabila kita ingin tahu apa profesi anak-anak kita di masa depan, memang sulit. Tetapi, kita bisa memprediksi seperti apa kehidupan anak kita di masa depan _baik atau burukkah_ itu adalah buah dari investasi kita. Dengan menyiptakan situasi kehidupan yang lebih beradab, maka masa depan anak-anak kita pun akan lebih beradab.
Memang terdengar sulit dan muluk-muluk apa yang saya kemukakan. Namun, saya yakin bahwa berlaku hukum kausalitas (sebab-akibat) dalam kehidupan dunia ini. Jika kita menanam benih yang baik maka akan menghasilkan pohon yang baik. Begitu pun sebaliknya.
Masa depan sangat dipengaruhi situasi sosial, ekonomi, politik. Maka dari itu, bukan merekayasa situasi globalnya tetapi merekayasa bagaimana anak-anak bisa menghadapi situasi itu. Tentu saja diperlukan orang-orang yang tangguh untuk mengarungi kemajuan zaman apabila tidak ingin tergerus oleh zaman. Pendidikan adalah proses 'memasukan' ide-ide untuk merekayasa masa depan sehingga si anak bisa menyiptakan masa depannya sendiri.
Biarkanlah si anak berimajinasi tentang masa depannya sendiri. Sebagai orang tua, kita hanya perlu mengarahkannya. Jangan sok tahu akan masa depan anak, tetapi kita hanya memberikan mereka ide-ide dari apa yang kita pikirkan tentang masa depan mereka. Bukan saatnya lagi orang tua terlalu memaksakan keinginannya. Setiap anak punya keunikannya sendiri.

Anak-anak sudah harus siap menghadapi situasi apa pun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...