Minggu, 12 Oktober 2014

Mengembangkan Hobi, Perlukah?

Anggapan orang tentang hobi memang berbeda-beda. Ada yang menganggap bahwa hobi hanyalah cara orang untuk membuang-buang waktu. Tetapi, ada juga yang menganggap adalah hobi adalah bagian terpenting dalam hidupnya. Bagaimana kita menganggap arti penting sebuah hobi, memang berpengaruh pada bagaimana kita memanfaatkan hobi itu. Banyak orang yang menganggap hobi hanyalah sekedar hobi. Ada juga yang menjadikan hobi itu sebagai jalan hidup yang diseriusi.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan bahwa hobi menjadi salah satu cara kita untuk mengembangkan kreatifitas. Bagi anak-anak hobi adalah bagian dari pendidikan mental. Bagi orang dewasa, hobi bisa menjadi terapi bagi jiwa yang penuh dengan tekanan lingkungan. Dengan mengembangkan hobi, pikiran menjadi lebih jernih sehingga kita lebih siap kembali kepada rutinitas kerja atau sekolah.
Anak-anak harus diajari untuk mengembangkan sedikitnya dua hobi  __satu, hobi mengumpulkan, yang lain, hobi kreatif. Saya yakin bahwa variasi hobi ini mengembangkan banyak kecakapan mental mereka dan memberi mereka jendela dunia. Variasi hobi ini membuat mereka berpusat kepada dunia, ketimbang kepada diri sendiri.[1]
Dengan mengembangkan hobi, cakrawala berpikir kita bisa menjadi lebih terbuka. Seseorang selalu ada keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan hobi, sikap egosentris bisa diredam sehingga ada perasaan siap bersaing dengan sehat. Sportifitas, menjadi ciri bagi penyuka hobi permainan. Dalam realita, penyuka seni bisa lebih punya rasa yang kuat untuk mengatur diri dan orang-orang di sekitarnya.
Dan memang demikianlah kenyataannya. Banyak contoh seseorang yang bisa sukses berkat mengembangkan hobinya. Ada pemain sepakbola yang berawal dari hobi bermain sepakbola. Ada pengusaha yang sukses dengan diawali kesukaannya berdagang.
Sayang, masih banyak orang yang meremehkan hobi. Akibatnya, pendidikan formal kita kurang memfasilitasi hobi setiap individu padahal itu bisa menjadi sarana untuk mengasah bakat peserta didik. Di masyarakat, sikap ini membuat hobi tidak terorganisir padahal itu bisa menjadi sarana untuk bertukar pikiran dan membangun relasi.
Seseorang yang bisa mengembangkan hobinya mempunyai nilai plus di masyarakat. Dia turut serta membangun sektor yang biasanya belum banyak digeluti warga. Contoh, hobi olahraga bisa mendorong banyak orang untuk turut serta berolahraga. Begitu juga dengan hobi seni, bersosial media dan lain-lain.
Mulai sekarang, sudah saatnya menjadikan hobi sebagai sarana untuk membangun masyarakat. Baik itu membangun kualitas sumberdaya manusia hingga membangun sarana fisik yang diperlukan oleh warga. Masyarakat yang dinamis biasanya menjadi ciri masyarakat yang produktif. Produktifitas menjadi kunci keberhasilan pembangunan.



[1] C. Nortchote dkk. Masa Pensiun yang Bahagia. Binarupa Aksara. 1990. Hal. 43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...