Jumat, 24 Oktober 2014

Pembangunan Masyarakat Desa (Bagian 1)

Tidak mudah menentukan definisi manakah yang paling cocok dalam mengambil pengertian pembangunan masyarakat desa pada suatu negara. Banyak yang mengidentifikasikan bahwa pembangunan masyarakat desa sebagai usaha-usaha perbaikan setempat yang bisa dicapai dengan keinginan masyarakat untuk bekerja sama (T.R. Batten, 1957). Oleh karena itu setiap bangsa memiliki ideal tertentu mengenai pembangunan masyarakat desa yang diidam-idamkannya. Idaman tersebut dapat kita perhatikan secara eksplisit atau inplisit dalam falsafah negara, undang-undang dasar negara bersangkutan.
Sering terdapat berbagi bentuk dan variasi wajah masyarakat dalam lingkungan suatu negara terntentu, walaupun telah diikat oleh persamaan filsafat/keyakinan hidup, ekologi lingkungan yang relatif sama dan sosial budaya yang berasal dari muara yang sama pula. Berdasarkan uraian di atas maka tidak heran jika terdapat bermacam pengertian tentang pembangunan masyarakat desa.
Pengertian Pembangunan Masyarakat Desa
Pembangunan masyarakat desa berasal dari kata community development yang dapat diartikan sebagai suatu proses, metode atau sebagai suatu gerakan, begitulah menurut Irwin Sanders (Lee J. Cary, 1971). Community Development sebagai suatu proses berarti suatu aksi sosial yang didalamnya warga dari masyarakat mengorganisasi diri mereka sendiri untuk planning, action, menentukan needs & problems individu maupun orang banyak, membuat berbagai bentuk kegiatan untuk kepentingan, masyarakat dengan menggunakan segala daya masyarakat semaksimal mungkin dan jika terpaksa meminta bantuan pemerintah atau dari luar negeri. Dari sumber yang sama JD. Mezirov mengemukakan bahwa community development sebagai proses perencanaan dan mengorganisir usaha-usaha untuk membantu individu-individu ataupun masyarakat sehingga tercapai sikap-sikap tertentu, kecakapan-kepcakapan dan konsep-konsep untuk partisipasi mereka yang demokratis di dalam solusi yang efektif dalm range yang mungkin dari suatu masyarakat dengan menggunakan kemampuan mereka sendiri.
Community Development sebagai suatu metode:
· Sebagai induksi dan manajemen pendidikan dari semacam interaksi antara perorangan dengan masyarakat untuk kemajuan keduabelah pihak.
· Sebagai sarana untuk mengajar orang dewasa untuk memanfaatkan timing dan squense daripada aktifitas dalam menyelesaikan suatu proyek melalui tingkat-tingkat yang lebih lanjut untuk mencapai cita-cita yang diidam-idamkan.
Pembangunan masyarakat desa yang untuk selanjutnya disebut dengan PMD sebagai suatu gerakan dalam berbagai bentuk aktifitas misalnya dalam sektor kesehatan, pertanian, industri, rekreasi dan lain-lain. Arthur Duncan  menekankan bahwa pembangunan masyarakat sebagai program meliputi segala bentuk pengorganisasian yang dapat mempengaruhi untuk peningkatan:
·  Tingkat hidup masyarakat
·  Kapasitas untuk integrasi
·  Penentuan sendiri masyarakat
Hal itu diarahkan kepada empat elemen yang terpenting:
1. Perencanaan program
2. Mendorong selfhelp
3. Bantuan teknis dan
4. Megintegrasikan berbagai sektor untuk membantu kemajuan masyarakat.
Dari uraian di atas jelas bahwa definisi-definisi tersebut dikembangkan dalam konteks demokrasi (liberal) di Barat yang kadang-kadang belum tentu sesuai dengan kondisi mental atau struktur kebudayaan masyarakat lain, terutama di dunia ketiga. Namun demikian prinsip-prinsip community development dapat diaplikasikan ke dalam masyarakat kita sepanjang tidak merusak atau disesuaikan dengan cita-cita/filsafat hidup bangsa.
Dalam PMD ada sesuatu yang mendorong individu untuk melibatkan dirinya dalam masyarakat untuk mencapai suatu tujuan atau meningkatkan ke taraf yang lebih tinggi. Dengan kata lain, PMD akan mendorong terjadinya perubahan yang mulai dari jiwa/batin (perubahan persepsi, sikap dan seterusnya) setiap/beberapa individu yag berengaruh atau tidak yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan sosial (social change). Perubahan sosial adalah suatu proses yang didalamnya terjadi perubahan struktur dan fungsi dari suatu sistem sosial (EM. Roger, Shoemaker, 1971). Perubahan sosial pada umumnya diartikan sebagai pertumbuhan dan perkembangan yang mengahsilkan tambahan kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan sosial dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran, kesenangan atau kesusahan. Perubahan sosial dewasa ini berlangsung lebih cepat ketimbang beberapa ratus tahun lalu (A. Sanusi, 1975).perubahan sosial itu merupakan efek dari komunikasi yang prosesnya melalui inovasi, intervensi,  diffusi dan konsekuensi-konsekuensi. Perubahan sosial itu dapat terjadi karena sumber-sumber yang berasal dari dalam (internal) sistem sosial. Apabila perubahan itu berasal dari dalam dapat mengakibatkan perubahan immanent, lalu hal itu dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan permanent. Perubahan sosial dari sumber luar (eksternal) dapat terjadi perubahan selective contact dan directive contact (Roger, Shoemaker).
Beberapa Teori Perubahan Sosial
Dalam menganalisis perubahan sosial tidaklah lengkap jika tidak menyinggung tentang teori-teori perubahan sosial sebagai berikut:
1. Teori evolusi yang karakterisitiknya terlihat bahwa perubahan itu diasumsikan berjalan lancar tapi lambat (smooth), perubahan commulative, selalu dalam bentuk linear dan selalu menuju ke arah perkembangan yang kompleksitas dan adaptabilitas.
2. Teori keseimbangan yang karakteristiknya dilandasi atas konsep homeostatis dan fokusnya menyiptakan kondisi yang cenderung ke arah yang stabil dan konsekuen.
3.Teori konflik yang karakteristiknya bahwa perubahan itu dengan asumsi terjadi dalam organisme sosial itu suatu endemik  terhadap unsur-unsur sosial yang terfokus pada kondisi-kondisi yang tidak stabil sebagai konsekuensinya.
4. Teori jatuh bangun (rise and fall) yang karakteristiknya berasumsi masyarakat-masyarakat, kebudayaan-kebudayaan atau peradaban-peradaban itu tenggelam atau bangkit secara sendiri-sendiri dan kesemuanya itu tidak bergerak ke arah yang sama (Richard P. Apelbaum, 1970).

Teori manakah yang aktual dalam perubahan sosial di negeri ini, memerlukan studi sendiri. Dalam era pembangunan dewasa ini kecenderungan yang santer di kalangan pemimpin nasional kita kepada teori kedua _yang selaras dan seimbang. Harus diakui bahwa dalam proses perubahan sosial kadang-kadang sulit dibedakan secara clear-cut teori manakah yang akan dijadikan landasan pijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...