Sabtu, 11 Oktober 2014

Si Teoritis Vs. Si Praktis : Cara untuk Menentukan Tujuan Pembangunan

Sumber : tumbas-buku.blogspot.com
Warga desa saat ini mulai menjadi warga yang heterogen dalam artian ada berbagai macam karakter orangnya. Jika dahulu didominasi oleh petani, saat ini warga desa sudah berlatar belakang pedagang, karyawan pabrik, PNS dan sebagainya. Latar belakang warga secara langsung sangat mempengaruhi cara berpikirnya.
Banyaknya karakter orang desa tersebut turut serta mempengaruhi pola pembangunan desa itu sendiri. Hal yang paling terlihat dan terasa adalah bagaimana tujuan pembangunan di desa itu ditetapkan. Karena perbedaan cara berpikir itu, lahirlah berbagai cara warga menentukan masa depannya yang tentu saja bisa berbeda. Akan ada perbedaan pendapat dalam menentukan suatu rencana atau aplikasi dari rencana yang sudah dibuat.
Untuk bisa mengakomodir berbagai cara berpikir itu, kita harus paham pula cara berpikir masing-masing orang. Tetapi, karena banyaknya orang kita hanya bisa membedakan  mereka secara garis besarnya saja. Dalam menentukan tujuan pembangunan, setidaknya ada dua logika yang berlaku yakni logika teori dan logika praktek.
Logika Teori  dan Logika Praktek
Logika teori mengatur tahap keputusan sebagai suatu proses yang teratur, rasional, dimulai dari penetapan sasaran sampai kepada penentuan tindakan terkahir yang harus diambil.[1] Logika teori mempunyai simetri, logika dan suatu permulaan dan penghabisan.
Logika praktek tersusun dari waktu dan minat seseorang, tekanannya dan pertimbangannya sehari-hari terhadap banyak keputusan. Logika praktek senantiasa membuat keputusan kemudian mencoba dan menunggu perkembangannya. Ia jarang sekali mempunyai waktu untuk menyelesaikan satu persoalan pokok seluruhnya melalui beberapa tahap tindakan. Apabila menemui satu persoalan 'yang dianggap lebih penting' maka ia menggunakan waktu yang lebih banyak untuk persoalan tersebut.[2]
Logika praktek memerlukan semacam keterampilan untuk sebentar membuka persoalan, kemudian menutupnya dan membukanya yang lain. Ia mengurusi fase persoalan penting berikutnya, dan apabila fase itu telah selesai maka ia pindah kepada persoalan lain pada fase yang sama yang memerlukan perhatiannya pada saat itu.
Jadi, logika praktek kurang bersifat sistematis dalam memecahkan suatu persoalan.
Jalan Tengah
Ketika menentukan tujuan pembangunan, kedua logika tersebut harus bisa terakomodir. Sebagai contoh, warga desa mempunyai bantuan dari Pemerintah sebesar Rp. 200 juta. Si Praktis akan berpikir bahwa uang tersebut akan lebih baik jika dimanfaatkan untuk membangun rumah warga yang kurang mampu. Tetapi si teoritis  mengusulkan untuk memperbaiki jalan desa sebagai sarana transportasi.
Siapa yang harus diturut?
Si teoritis beralasan bahwa membangun jalan dapat mempermudah transportasi sehingga memperlancar ekonomi pedesaan. Sebaliknya si praktis beralasan bahwa membangun rumah warga lebih terlihat nyata hasilnya.
Karena logika berpikirnya berbeda maka cara mereka memetakan pikirannya pun berbeda. Logika teori akan memaparkan berbagai teori pembangunan berdasarkan pengetahuan yang didapatnya. Dia bisa membayangkan hasil akhir dari isu yang diangkatnya. Logika Si praktis akan memaparkan pendapatnya berdasarkan nalurinya bahkan belum bisa menentukan hasil akhir dari isu yang diangkatnya.
Dalam mengakomodirnya, si pimpinan harus bisa menjelaskan pada kedua karakter warga ini. Pimpinan sebaiknya menjelaskan terlebih dahulu arti penting dari setiap opsi yang disodorkan. Hal terpenting apa yang harus didahulukan, itulah kunci dalam membuat keputusan dari dua pendapat yang berbeda.
Dalam kasus diatas, pimpinan harus menjelaskan arti penting kedua opsi bagi pembangunan masyarakat desa. Apakah membangun rumah warga sangat berpengaruh pada kepentingan warga secara keseluruhan meskipun mereka dianggap 'harus segera ditolong'. Juga, dimana letak arti pentingnya membangun jalan desa bagi warga secara keseluruhan. Jangan-jangan pembangunan jalan hanya menguntungkan 'warga pemilik kendaraan saja'. Atau, malahan menguntungkan pemilik perusahaan yang kebetulan menggunakan jalan desa sebagai jalur transportasi barangnya.
Perlu dipahami, bahwa tujuan dari pembangunan desa adalah untuk memecahkan masalah masyarakat desa bukan untuk mengakomodir opsi warga desa. Bisa jadi dua opsi yang disodorkan harus ditolak kedua-duanya. Karena, harus ada pembicaraan kembali untuk menentukan tujuan pembangunan desa demi kepentingan bersama.  



[1]  George S. Odiorne. Keputusan Manajemen Berdasarkan Sasaran. Gramedia. Jakarta: 1979. Hal. 159.
[2]  Ibid. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...