Sumber : tumbas-buku.blogspot.com |
Warga desa saat ini mulai menjadi warga yang
heterogen dalam artian ada berbagai macam karakter orangnya. Jika dahulu
didominasi oleh petani, saat ini warga desa sudah berlatar belakang pedagang,
karyawan pabrik, PNS dan sebagainya. Latar belakang warga secara langsung
sangat mempengaruhi cara berpikirnya.
Banyaknya karakter orang desa tersebut turut
serta mempengaruhi pola pembangunan desa itu sendiri. Hal yang paling terlihat
dan terasa adalah bagaimana tujuan pembangunan di desa itu ditetapkan. Karena
perbedaan cara berpikir itu, lahirlah berbagai cara warga menentukan masa
depannya yang tentu saja bisa berbeda. Akan ada perbedaan pendapat dalam
menentukan suatu rencana atau aplikasi dari rencana yang sudah dibuat.
Untuk bisa mengakomodir berbagai cara berpikir
itu, kita harus paham pula cara berpikir masing-masing orang. Tetapi, karena
banyaknya orang kita hanya bisa membedakan
mereka secara garis besarnya saja. Dalam menentukan tujuan pembangunan,
setidaknya ada dua logika yang berlaku yakni logika teori dan logika
praktek.
Logika
Teori dan Logika Praktek
Logika teori mengatur tahap keputusan sebagai
suatu proses yang teratur, rasional, dimulai dari penetapan sasaran sampai
kepada penentuan tindakan terkahir yang harus diambil.[1] Logika teori mempunyai simetri, logika dan
suatu permulaan dan penghabisan.
Logika praktek tersusun dari waktu
dan minat seseorang, tekanannya dan pertimbangannya sehari-hari terhadap banyak
keputusan. Logika praktek senantiasa membuat keputusan kemudian mencoba dan
menunggu perkembangannya. Ia jarang sekali mempunyai waktu untuk menyelesaikan
satu persoalan pokok seluruhnya melalui beberapa tahap tindakan. Apabila
menemui satu persoalan 'yang dianggap lebih penting' maka ia menggunakan waktu
yang lebih banyak untuk persoalan tersebut.[2]
Logika praktek memerlukan semacam
keterampilan untuk sebentar membuka persoalan, kemudian menutupnya dan
membukanya yang lain. Ia mengurusi fase persoalan penting berikutnya, dan
apabila fase itu telah selesai maka ia pindah kepada persoalan lain pada fase
yang sama yang memerlukan perhatiannya pada saat itu.
Jadi, logika praktek kurang
bersifat sistematis dalam memecahkan suatu persoalan.
Jalan
Tengah
Ketika menentukan tujuan pembangunan, kedua
logika tersebut harus bisa terakomodir. Sebagai contoh, warga desa mempunyai
bantuan dari Pemerintah sebesar Rp. 200 juta. Si Praktis akan berpikir bahwa
uang tersebut akan lebih baik jika dimanfaatkan untuk membangun rumah warga
yang kurang mampu. Tetapi si teoritis
mengusulkan untuk memperbaiki jalan desa sebagai sarana transportasi.
Siapa yang harus diturut?
Si teoritis beralasan bahwa membangun jalan
dapat mempermudah transportasi sehingga memperlancar ekonomi pedesaan.
Sebaliknya si praktis beralasan bahwa membangun rumah warga lebih terlihat
nyata hasilnya.
Karena logika berpikirnya berbeda maka cara
mereka memetakan pikirannya pun berbeda. Logika teori akan memaparkan berbagai
teori pembangunan berdasarkan pengetahuan yang didapatnya. Dia bisa
membayangkan hasil akhir dari isu yang diangkatnya. Logika Si praktis akan
memaparkan pendapatnya berdasarkan nalurinya bahkan belum bisa menentukan hasil
akhir dari isu yang diangkatnya.
Dalam mengakomodirnya, si pimpinan harus bisa
menjelaskan pada kedua karakter warga ini. Pimpinan sebaiknya menjelaskan
terlebih dahulu arti penting dari setiap opsi yang disodorkan. Hal
terpenting apa yang harus didahulukan, itulah kunci dalam membuat keputusan dari
dua pendapat yang berbeda.
Dalam kasus diatas, pimpinan harus menjelaskan
arti penting kedua opsi bagi pembangunan masyarakat desa. Apakah membangun
rumah warga sangat berpengaruh pada kepentingan warga secara keseluruhan
meskipun mereka dianggap 'harus segera ditolong'. Juga, dimana letak arti
pentingnya membangun jalan desa bagi warga secara keseluruhan. Jangan-jangan
pembangunan jalan hanya menguntungkan 'warga pemilik kendaraan saja'. Atau,
malahan menguntungkan pemilik perusahaan yang kebetulan menggunakan jalan desa
sebagai jalur transportasi barangnya.
Perlu dipahami, bahwa tujuan dari pembangunan
desa adalah untuk memecahkan masalah masyarakat desa bukan untuk mengakomodir
opsi warga desa. Bisa jadi dua opsi yang disodorkan harus ditolak kedua-duanya.
Karena, harus ada pembicaraan kembali untuk menentukan tujuan pembangunan
desa demi kepentingan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...