Berikut adalah beberapa catatan yang berasal dari buku Pertumbuhan Dunia
Modern, semoga bisa menjadi acuan/pertimbangan berpikir kita sebagai pembaca.
Renaissance itu bersifat “faustis”, tetapi sifat yang
dimaksud itu bukanlah usaha perseorangan untuk melepaskan diri dari segala
sesuatu, tetapi kehendak yang tak pernah puas akan menyelami diri sendiri
dengan jalan menyerahkan diri kepada hal yang mutlak atau tak terhingga. Sifat
perseorangan yang rasionalistis hampir tak tampak. Cita – cita dan ilmu pengetahuan yang eksak dan
berdiri sendiri belum tumbuh diantara cita-cita yang dikemukakan beramai-ramai
tentang menyelami alam dengan cara keagamaan dan tasawuf.[1]
…
“Tak mungkin manusia berusaha menghampiri Tuhan, jika Tuhan tak
menghampiri manusia”.[2]
…
Merleau Ponty, ahli filsafat dan
ilmu jiwa Perancis, mengemukakan tiga tanda yang khas dari Eropa dalam kelakuan
dan sikap:
1.
Adalah sifat Eropa yang khas untuk mengadaan perbedaan yang jela antara
pribadi dan dunia. Dalam banyak peradaban lain, dunia lebih dipandang sebagai
semacam selubung atau sebuah barang yang bulat yang pernuh artinya, yang
menunjukan dan memberikan tempatnya masing-masing kepada manusia, daripada
sebagai sebuah objek yang harus diselidiki nilai kebenarannya.
2.
Faham tentang pekerjaan adalah sifat khas Eropa. Pekerjaan itu bisa
ditafsirkan sebagai usaha untuk mengubah dunia.
3.
Sifat Eropa yang khas adalah faham tentang negara sebagai lingkungan
pergaulan manusia, tempat kebebasan dapat diwujudkan.[3]
…
Peranan yang sangat penting
dalam batin Eropa : soal objektifitas, teknik dan kebebasan.
1)
Soal objektifitas, menurut anggapan yang biasa, atau oleh dikatakan
menurut anggapan yang sewajarnya, objektf ialah barang apa yang ditunjukan oleh
objek-objek, benda-benda dan keadaan di sekitar kita dan barang apa, yang dapat
kita lihat atau rasa sebagai subjek. Hal itu ialah pendirian realistis,
pendirian dalam hidup sehari-hari dan juga dalam praktek ilmu pengetahuan.
2)
Teknik dipandang sebagai alat untuk mengubah dunia. Jiwa Eropa telah
melahirkan teknik sebagai alat penolong manusia yang paling berkuasa untuk
menguasai kenyataan lahir.
Bangsa Eropa _dan bangsa Barat pada umumnya_ menerima dunia sebagai
tantangan, yang ia harus bertindak terhadapnya. Hal itu bukan kenyataan yang
pasti, tetapi satu kewajiban. Bukan ketentuan dunia itu ada, akan tetapi
pertanyaan “apakah dunia itu sebenarnya?”, yang harus didahulukan. Dunia itu
ialah dunia menurut pikiran dan perbuatan kita, bukan kaki langit yang meliputi
segala-galanya.
3)
Faham tentang negara sebagai lingkungan pergauan manusia tempat
mewujudkan kebebasan. Kita dapaat menarik kesimpulan bahwa jiwa Eropa selalu
menghubungkan dan memikiran soal persekutuan politik dengan soal perseorangan
manusia.[4]
…
Para ahli pikir berpikir pada
masa lampau telah diganggi dengan pertanyaan, kalau-kalau kebudayaan Eropa
sungguh dapat dipandang sebagai kesatuan. Apabila mereka menyeldiki
bagian-bagian dan anasir-anasirnya, yang membantu pembentukan Eropa,
maka pertelaan yang didapatnya, misalnya, ialah :
1.
Peradaban kuno, boleh dikatakan juga peradaban Yunani-Romawi, yang tetap
terus juga menjalankan pengaruhnya, setelah negeri kuno itu binasa;
2.
Agama kristen sebagai pelajaran keselamatan sendiri dan keselamatan
umum;
3.
Ilmu pengetahuan modern dengan hasratnya yang tak dapat ditahan akan mendapat
keterangan yang berdasarkan akal dan penguasaan kenyataan.
…
Optimisme yang tak dapat
dibinasakan dari watak manusia itulah yang menghendakinya. Kita manusia tidak
dapat hidup, jika tidak ada pengharapan. Apabilapun alasan yang mengenai pokok
mendesakan kesimpulan kepada kita, bahwa pengharapan itu sebenarnya sudah tidak
ada lagi, maka kemauanlah yang menang dan melahirkan sebuah gambaran, sebuah
persangkaan, sebuah faham, yang memungkinkan kita melanjutkan perjalanan kita.[5]
…
Gambaran, tanggapan dan
pengertian tidak mencerminkan kenyataan.
Tetapi, semua itu bukanlah
fantasi belaka atau angan-angan yang sama sekali tak ada hubungannya dengan
kenyataan : ia adalah alat atau alat penolong _’lambang’ atau ‘tanda’, menurut
kata orang sekarang _ untuk menunjukan kenyataan.
Kenyataan lebih banyak isi dan
seluk beluknya dan pada alat-alat penolong intelektuil yang kita pakai itu.
Tetapi kalau alat-alat penolong itu tidak dipergunakan, maka tak dapat kita
membicarakan kenyataan.[6]
…
Kalau memikirkan sejarah, perlu
digunakan skema. Kita sekalian mempunyai tanggapan yang barangkali amat samar
tentang berbagai peristiwa dalam sejarah, bukan tanggapan tentang
peristiwa-peristiwa yang tak ada hubungannya antara-antara sesamanya, tetapi
tanggapan tentang perhubungan dan pertalian antara peristiwa-peristiwa itu
sesamanya.
[1] RF. Beerling, Prof. Dr.,
Pertumbuhan Dunia Modern, Pusataka
Rakyat, Jakarta: Hal. 123.
[2] RF. Beerling, Prof. Dr.,
Pertumbuhan Dunia Modern, Pusataka
Rakyat, Jakarta: Hal. 121.
[3] RF. Beerling, Prof. Dr.,
Pertumbuhan Dunia Modern, Pusataka
Rakyat, Jakarta: Hal. 23.
[4] RF. Beerling, Prof. Dr.,
Pertumbuhan Dunia Modern, Pusataka
Rakyat, Jakarta: Hal. 24-27.
[5] RF. Beerling, Prof. Dr.,
Pertumbuhan Dunia Modern, Pusataka
Rakyat, Jakarta: Hal. 28.
[6] RF. Beerling, Prof. Dr.,
Pertumbuhan Dunia Modern, Pusataka
Rakyat, Jakarta: Hal. 36.
[7] RF. Beerling, Prof. Dr.,
Pertumbuhan Dunia Modern, Pusataka
Rakyat, Jakarta: Hal. 37.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...