Senin, 21 Oktober 2013

Revitalisasi Sungai Cimanuk


Revitaliasi sungai

Sungai menjadi salah satu sumber kehidupan  bagi warga pedesaan. Perannya begitu besar dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan bahkan sektor manufaktur.  Sebagaimana kita tahu dalam bidang pertanian sungai memegang peranan dalam menunjang pengairan bagi sawah-sawah milik petani. Begitu juga bagi eksistensi perikanan, banyak nelayan air tawar yang memanfaatkan sungai untuk pembesaran ikan-ikan karena dianggap dapat memicu pertumbuhan ikan peliharaannya.  Jika kita kreatif, maka sungai dapat dimanfaatkan untuk sektor manufaktur seperti industri penyamakan kulit yang banyak menggunakan air. Selian itu, masih banyak bentuk pemanfaatan sungai di sekitar kita.
Banyak diantara kita tidak menyadari arti penting sungai untuk lestarinya kehidupan.  Sungai seakan tempat pembuangan sampah dimana warga dengan seenaknya membuang sampah. Bahkan, ada warga yang menambang pasir di sungai tanpa memperhatikan ekologi di dalamnya. Ikan-ikan, biawak, pepohonan dan organisme lain yang ada disana terganggu habitatnya sehingga mengancam kelestarian lingkungan untuk jangka panjang.
Memperhatikan semua itu, revitalisasi sungai perlu dilakukan. Ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian kita dalam upaya revitalisasi sungai yaitu:
Pertama, sungai harus dijaga kelestariannya.  Poin pentingnya adalah bahwa sungai dapat menjadi sumber penghidupan utama mulai kini hingga generasi selanjutnya. Sungai bukan sebagai sumber bencana tetapi sumber kehidupan yang bisa memberikan nilai sosial-ekonomis  dalam jangka panjang.
Kedua, sungai bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Bila nilai ekonomis sungai sudah ditemukan maka merekayasanya menjadi lebih penting. Rekayasa yang dimaksud adalah rekayasa ekologis yang bersifat konstruktif bukan destruktif.
Apabila dua hal diatas sudah kita perhatikan, maka langkah selanjutnya adalah membuat rencana pembangunan Daerah Aliran Sungai. Rencana tersebut meliputi pengembangan potensi, pemanfaatan dan upaya pelestariannya. Rencana tersebut tentu saja menjadi rencana bersama antara pemerintah, pengusaha dan warga di sepanjang aliran sungai. Apabila berbagai pihak merasakan manfaat maksimal maka diharapkan dapat menjaganya secara bersama dengan penuh kesadaran.

Pengembangan Potensi
Potensi sungai begitu banyak sehingga tidak bisa disebutkan satu persatu. Namun yang pasti, penggalian potensi sungai disesuaikan dengan kebutuhan warga dan masyarakat di luar daerah aliran sungai. Dalam tulisan ini saya akan memaparkan potensi sungai Cimanuk yang mengalir dari Kabupaten Garut hingga Kabupaten Indramayu. Potensi-potensi yang bisa dikembangkan adalah:
1.       Pemerintah telah merencanakan pemanfaatan sungai Cimanuk sebagai irigasi. Untuk menyambut itu, masyarakat harus memaksimalkan penggunaan air untuk meningkatkan produksi pertanian.
2.       Sungai Cimanuk bisa digunakan sebagai jalur transportasi alternatif disamping transportasi darat.
3.       Di sepanjang pinggir sungai Cimanuk bisa dijadikan kawasan industri baru. Akan ada banyak pabrik yang bisa dibangun mengikuti jalur aliran sungai. Pemanfaatan air sebagai sumber energi juga baik untuk menghemat  biaya produksi.
4.       Perumahan yang menghadap ke sungai menjadi tren saat ini dengan segala kelebihannya.
5.       Komunitas ilmiah bisa menggunakan sungai Cimanuk sebagai lokasi penelitian. Peran penelitian sangat penting untuk kelangsungan kehidupan sungai Cimanuk.

Rencana Pemanfaatan
Apabila saya diberi kelapangan rezeki oleh Alloh SWT, maka saya berencana untuk memanfaatkan sungai Cimanuk  untuk sebesar-besarnya kesejahteraan umat. Ada beberapa strategi pembangunan yang akan dilakukan dengan pertimbangan bahwa pembangunan yang akan dilakukan terintegrasi antara berbagai sektor di dalamnya. Misalnya, pemanfaatan pasir dan batu dari sungai untuk pemanfaatan pembangunan properti dan pabrik di sepanjang aliran sungai.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun jembatan untuk menghubungkan akses jalan raya dengan kawasan industri yang diperkirakan jauh dari pemukiman. Jembatan dibangun dengan perencanaan matang dan biaya yang cukup mahal, untuk itu diperlukan kerjasama dengan pemerintah dan investor. Kawasan industri yang akan dibangun memerlukan material dan bahan baku sehingga jembatan ini diharapkan dapat mempermudah akses.
Apabila ada kemungkinan untuk membangun jalan langsung ke kawasan industri, maka inilah langkah selanjutnya. Jalan dibangun dengan kontruksi beton tetapi tidak melupakan aspek kenyamanan pengguna jalan. Pepohonan yang rindang di setiap sisinya menjadi hal yang wajib diusahakan. Untuk keamanan, jalan ini tertutup untuk umum sehingga hanya kendaraan perusahaan yang diperbolehkan melewatinya.
Sebagai langkah awal pembangunan kawasan industri, maka diawali dengan membangun pabrik bata ringan, beton, perahu barang dan penambangan batu/pasir. Pabrik-pabrik ini dibangun untuk menunjang kemajuan kawasan industri di kemudian hari. Apabila pembangunan bisa berjalan dengan baik di kemudian hari, maka keuntungan bisa diperoleh dalam jangka panjang. Investasi untuk masa depan demi perekonomian yang lestari memang perlu dilakukan. Saya berpendapat bahwa industri ini akan bisa bertahan lama karena kebutuhan manusia akan pembangunan infrastruktur fisik akan terus berlangsung. Di bawah bendera PT. Sawargi Group, kawasan industri ini bisa menjadi alternatif lokasi manufakturing di luar Bandung, Jababeka dan Pantai Utara Jawa Barat.
Ketika membangun kawasan industri maka jangan lupakan membangun perumahan untuk tempat tinggal karyawan. Peluang ini kita sambut dengan membangun banyak rumah susun dengan variasi harga. Saya terinspirasi dari kawasan kota Tembagapura, Papua dalam hal pembangunan kota industri. Tanpa mengesampingkan keasrian lingkungan, kota mandiri dibangun dengan penuh perencanaan. Begitu pun nanti, rekayasa infrastruktur fisik dan non-fisik perlu direncanakan dengan baik sehingga mengundang kenyamanan bagi penghuninya.
Jika diperlukan, dibangun dermaga-dermaga yang menghubungkan berbagai lokasi dengan menggunakan tranportasi sungai. Dermaga dibagi menjadi dermaga barang dan dermaga orang. Pemisahan dilakukan untuk memudahkan mobilisasi karena perbedaan kebutuhan.
Seperangkat aturan akan dibuat dengan tujuan memberikan kenyamanan dan kepastian investasi di kawasan industri sepanjang daerah aliran sungai Cimanuk. Aturan dibuat mulai dari pembuangan limbah, penjagaan kawasan sungai, interaksi industri, bongkar muat dan lain sebagainya. Seperangkat aturan dibuat dengan persetujuan dari Asosiasi Usaha, Pemerintah dan semua kalangan yang berkepentingan. Aturan juga memuat tentang visi usaha bersama untuk menjaga kelangsungan kehidupan menuju hidup yang lebih baik.

Stop Urbanisasi



Urbanisasi yang begitu masif memang tidak bisa distop begitu saja. Setidaknya, urbanisasi bisa dikurangi sampai angka sekecil mungkin. Tentu saja, harus ada upaya maksimal dari berbagai pihak untuk mengurangi urbanisasi agar tidak terjadi kepadatan penduduk di perkotaan. Upaya-upaya tersebut bisa dibagi kedalam tiga kategori. Pertama, upaya personal _dari diri sendiri; kedua, upaya sosial _dari lingkungan terdekat dan ketiga, upaya nasional.
Upaya Personal
Upaya personal yang dimaksud adalah bagaimana meyakinkan diri kita sendiri untuk tidak melakukan urbanisasi. Perlu ada perubahan pola pikir bahwa kesuksesan hidup tidak hanya diperoleh dari 'nyaba' ke kota tetapi tentu bisa saja diperoleh di desa. Urbanisasi menjadi semacam budaya dimana seakan sudah menjadi suatu keharusan bagi orang dewasa terutama lelaki untuk mencari pengalaman hidup di kota. Padahal, di era informasi seperti sekarang ini kemajuan daerah atau negara lain bisa dengan mudah diketahui. Jadi, tidak harus selalu merasakan kemajuan negeri orang terlebih dahulu maka kita bisa memajukan negeri sendiri.
Selanjutnya, ada niat yang kuat dan ikhlas untuk membangun desanya sehingga memiliki rencana masa depan untuk membawa kehidupan desa ke arah yang lebih baik. Meskipun memiliki resiko ketidakpastian usaha, jika ada niat yang kuat dan ikhlas maka Insya Alloh orang desa tidak akan ingin 'terburu-buru' untuk menjadi kaya dengan urbanisasi ke kota.
Memiliki rencana masa depan memang menjadi langkah selanjutnya untuk  memastikan diri kita tetap tinggal di desa. Alangkah lebih baik jika rencana kita ditulis rapi sebagai catatan di kemudian hari. Ketika ada rencana yang akan diwujudkan maka diharapkan kita memiliki pikiran yang fokus untuk menggapainya. Ketika ada godaan untuk berpaling dari apa yang telah direncanakan, maka kita bisa menanyakan kembali pada diri kita _apa sebenarnya visi hidup kita?.
Visi hidup manusia berisi tentang bagaimana dia ingin dikenang ketika meninggal dunia. Bayangkanlah suatu ketika kita meninggal dan meninggal sesuatu untuk orang-orang di sekitar kita. Nah, itulah visi hidup. Ada yang ingin dikenang sebagai guru yang baik, pedagang yang sukses atau kepala pemerintahan yang berintegritas. Apapun visi hidup kita maka tulislah di selembar kertas dan benamkam dalam pikiran. Dengan mengucapkan Basmallah dan berdoa kepada Alloh untuk ditetapkan hati maka mudahan-mudahan visi hidup menjadi pembakar semangat untuk membangun desa.
Mungkin akan ada opini yang tidak mendukung apa yang kita cita-citakan, untuk itu kita pun harus bisa memberikan pengertian kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan perkataan yang bijaksana, kita bisa memaparkan dengan jelas apa isi hati dan pikiran kita. Wajar jika tidak semua orang mendukung, perbedaan persepsi selalu ada dalam cara manusia menatap masa depan. Imajinasi kesuksesan setiap orang memang berbeda. Begitulah Alloh menciptakan manusia.
Perbedaan keinginan, hasrat, ilmu pengetahuan dan kesempatan membedakan pula imajinasi kesuksesan setiap orang. Akan lebih baik jika imajinasi yang kita miliki digambarkan dengan gamblang layaknya seorang arsitek menggambar denah rumah. Ya, kenapa tidak kita menggambarkannya. Jika kita ingin membuka usaha peternakan maka kita gambarkan dengan jelas kandang, ternak dan dimana lokasinya. Apabila kita ingin menjadi pengusaha tahu, maka selayaknya menggambarkan pabrik, lokasi dan sarana apa yang ada di dalamnya. Sangat detail. Gambaran itu menjadi pikiran dominan yang selalu kita bicarakan dengan teman, kerabat bahkan dengan orang-orang yang belum kita kenal.
Memikirkan hal yang sama di setiap waktu adalah pikiran dominan yang saya maksud. Tidak ada pikiran lain selain apa yang kita cita-citakan. Pikiran dominan bisa membawa seseorang untuk mencari tahu apa dan bagaimana meraihnya. Belajar, berdiskusi, membaca buku, mencari di internet tentang hal yang dicita-citakan menjadi keseharian kita. Tidak akan ada waktu terbuang karena berkhayal tanpa dibarengi aksi.
Yakinlah, bahwa masa depan adalah milik kita bukan orang lain. Menjadi orang yang mendengar pendapat orang lain adalah sebuah kebijaksanaan tetapi keputusan ada di tangan kita.  Pendapat orang lain menjadi bahan renungan ketika memikirkan rumitnya kehidupan. Membandingkan dengan pendapat kita serta ilmu pengetahuan yang kita miliki maka putuskanlah segera kita akan memilih jalan yang mana. Tidak ada jalan yang berliku yang ada hanya jalan dengan relief bergelombang sebagai karya seni Yang Maha Kuasa. Tidak ada kesulitan justru yang ada adalah kesenangan memainkan permainan kehidupan untuk mendapatkan bonus di kemudian hari. Bonusnya bisa berupa kesejahteraan hidup pribadi, keluarga dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Semoga ketika raga sudah tidak bernyawa, kita akan dikenang sebagai orang yang penuh dedikasi untuk membangun bangsa dari desa.
Berteman dengan Resiko. Ya, sudah menjadi kepastian akan ada resiko yang dihadapi ketika kita menyatakan diri akan membangun desa. Kehidupan di pedesaan memang sedikit berbeda dengan perkotaan. Kondisi alam, kondisi sosial dan kondisi ekonomi memang berbeda. Justru disanalah keunikannya! Ketika banyak orang memandang ketiga hal itu secara negatif maka kita coba lihat saja positifnya.
Di desa, kita menikmati udara yang bersih untuk kehidupan yang lebih baik. Sumber pangan dekat, sumber air juga dekat, masih banyak lahan yang luas untuk digarap. Nah, itu menjadi kelebihan dan tidak harus dilihat sebagai kekurangan. Bentang alam yang masih luas bisa menjadi tempat kita untuk mengembangkan sayap bisnis kita di kemudian hari. Perhatikan bagaimana sebuah pabrik membutuhkan begitu banyak lahan. Ingin membangun lokasi wisata maka di desa masih memungkinkan. Mau apa lagi? Pokoknya banyak kelebihan pedesaan dibandingkan kota. Dan fokuslah pikiran kita pada kelebihannya. Kekurangannya (itu pun kalau ada) aggaplah sebuah keunikan tersendiri.
Di desa, warganya masih memegang tradisi ramah tamah, gotong royong dan keguyuban. Masyarakat seperti ini merupakan kekuatan bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan. Ya lah, lihat saja perusahaan-perusahaan raksasa di dunia, mereka tumbuh dari komunitas yang memiliki visi, integritas dan kerjasama yang baik. Warga desa bisa kita ajak untuk ikut serta membangun desanya dengan menjadi rekan kerja kita. Saya pikir mereka akan memilih anda tinimbang bekerja di kota karena mereka bisa membandingkan dua kondisi yang jelas berbeda. Bila rekan kerja kita menginginkan gaji sebesar Upah Minimum Regional (UMR) ya berikan saja. Bagi para pekerja pun akan senang jika mendapatkan gaji sedikit lebih kecil dari UMR karena jelas biaya hidup tidak sebesar di kota. Itu tantangan bagi kita untuk terus mengembangkan bisnis sehingga bisa memberikan upah yang jauh lebih baik.
Perbaikan ekonomi pedesaan menjadi isu nasional bahkan global. Siapa pun setuju bahwa perbaikan ekonomi pedesaan harus dilakukan untuk memberikan pemerataan pendapatan. Nah, jika saat ini desa tempat tinggal kita belum mengalami perkembangan yang kita harapkan maka yakinlah masa depan menuju perubahan akan bisa terjadi. Untuk dana, pemerintah menyediakan bahkan perusahaan swasta pun rajin menggalakan perbaikan ekonomi pedesaan melalui program CSR (Corporate Social Responsiblitiy). Jadi, jangan khawatir tidak ada modal! Alloh punya cara untuk memberikan kasih sayang pada hamba-Nya.
Nah, mugkin itu  'upaya personal' untuk menyetop urbanisasi secara bertahap dari diri kita. Meyakinkan diri untuk menetap di desa dengan senantiasa menatap masa depan lebih mapan adalah kunci motifasi bagi diri. Apabila secara personal kita sudah teryakinkan, Insya Alloh secara sosial kita bisa menemukan caranya. Itupun tergantung pada setiap orang dan daerah yang ditinggali. Saya disini hanya memberikan gambaran umum saja. Selanjutnya, terserah anda.

Upaya Sosial
Investasi. Ada beberapa buku yang saya baca diantaranya buku Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (ML. Jinghan) yang berkali-kali mengatakan bahwa betapa pentingnya investasi bagi negara terbelakanng _seperti Indonesia. Kebiasaan berinvestasi ini belum tumbuh secara merata pada orang Indonesia. Kalau punya uang, yang ada di pikiran orang Indonesia adalah, "Mau beli apa ya?" bukannya, "Mau diinvestasikan untuk apa?". 
Budaya menanamkan sedikit uang untuk kehidupan masa depan memang sepertinya tidak ada pada masyarakat kita. Lihat sekeliling kita, banyak orang yang lebih suka membelanjakan uangnya untuk barang konsumtif, itu pun tidak salah. Tetapi, ya berimbang lah. Kita pun boleh menikmati hasil jerih payah kita dengan bebelanja apa yang kita inginkan. Tetapi, apakah pernah kita berpikir bagaimana generasi setelah kita bisa menikmati kekayaan dimiliki sekarang.
Kalau bicara investasi, jangan selalu berpikir harus besar hingga puluhan bahkan ratusan juta. Kami, mulai berljar berinvestasi dengan uang Rp. 10.000 hingga Rp. 20.000. ya, uang yang cukup untuk merokok satu hari! Caranya, kami sekeluarga menginginkan kandang ayam untuk kebutuhan pangan hewani maka kami membeli beberapa batang bambu. Dengan bambu yang ada, dimulai memotong dan membilahnya hingga menjadi ukuran sebesar pagar. Sambil menunggu punya uang lagi, bambu tersebut direndam di kolam agar lebih tahan lama. Tahu nggak, untuk punya uang lagi kami harus menunggu hingga satu bulan. Dan, dibelilah paku, asbes dan terus begitu hingga menjadi kandang ayam. Ayamnya? Kami pelihara ayam punya orang lain. Dalam tradisi Sunda ini disebut nengah nanti anaknya dibagi dua. Pakannya? Ya, dari pakan sisa  atau gabah atau apa saja yang ada. Alhamdulillah ayamnya bertambah banyak dan lebih dari cukup untuk kebutuhan keluarga. Selebihnya, kami jual.
Memang terkesan menyederhanakan masalah. Tetapi justru dengan cara berpikir sesederhana itu maka kita berani berinvestasi! Jangan terus berpikir "bagaimana kalau rugi, nggak balik modal" dan sebagainya. Pokoknya pikirkan bahwa kita memiliki cita-cita mulia  dan dari sana akan lahir kegemaran berinvestasi bahkan lambat laun menjadi hobi! Aggap saja kita main monopoli, investasi jadi bagi dari permainan yang ada keasyikan tersendiri ketika menjalankannya.
Kalau upaya personal itu ada dalam hati dan pikiran kita maka upaya sosial ini memang terlihat secara nyata dan berpengaruh pada kehidupan sosial kemasyarakatan. Di kampung kami, ada sekelompok orang yang secara sengaja berinvestasi membuat sekolah untuk pendidikan anak-anaknya di masa depan. Ya, saya salah satu alumninya. Ceritanya, dulu sekitar tahun 1970-an beberapa orang tua prihatin karena di kampung kami belum ada sekolah yang berbasis ke-Islaman.  Untuk itu, dibangunlah madrasah dengan pola pendidikan agama.  Sekarang, yayasan ini sudah menjadi mapan dan diakui memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan di desa kami. Nama yayasan itu adalah Yayasan Tarbiyatul Islamiyah (YTI).
Di bidang pertanian dan pendidikan sudah kita bahas. Apa lagi? Di bidang transportasi. Banyak cara untuk mempermudah akses ke desa kita. Salah satunya dengan membangun jalan-jalan desa. Nah, pernahkah terpikir bahwa menginvestasikan waktu, tenaga, pikiran dan uang untuk membangun jalan adalah bentuk rasa syukur kita kepada Alloh. Simak QS. Az-Zuhruf ayat 10, "…..dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk."
Luar biasa! Membangun jalan saja bisa mendapat petunjuk. Petunjuk kepada kebenaran dan masa depan yang lebih mapan.  Seperti diketahui, ciri perkembangan ekonomi suatu wilayah adalah dengan dibangunnya jalan-jalan baik darat, laut bahkan udara. Dahulu, para pelaut dari Timur Tengah dan Eropa berlomba-lomba membuka jalur perdagangan di laut  untuk kemajuan ekonomi kedua wilayah. Ada yang berlayar hingga berkeliling dunia. Dibukalah jalur perdagangan hingga negeri nun jauh disana  yakni Amerika dan Afrika. Hingga pada akhirnya terbangunlah kemajuan ekonomi dunia hingga kini.  Bahkan, untuk menghemat waktu perjalanan, orang Mesir justru membangun terusan Suez. Untuk kemajuan, mereka rela menggali daratan supaya terbuka tersambung dua lautan yang terpisah selama ribuan tahun. Mereka saja bisa, masa kita tidak mampu untuk membangun jalan di desa kita….
Rekondisi Desa. Sentuhan tangan kreatif bisa membuat wajah desa kita menjadi berbeda dari sebelumnya. Kreatifitas warga desa berbeda-beda tergantung dari keahliannya. Ada yang suka bertani, beternak, memelihara ikan, musik, olahraga pokoknya apapun minat setiap warga desa bisa menjadikan desa berubah secara berkala. Jika sebelumnya desa kita 'sepi' dengan kegiatan positif maka aktifitas kreatif warga sebagai wujud dari citia-cita masing-masing.
Jika selama ini perkotaan dijadikan pusat kegiatan manusia dalam berbagai bidang maka sudah saatnya warga desa pun membuat desanya 'hidup'. Hal yang dibutuhkan warga desa tidak hanya infrastruktur fisik tetapi juga wahana untuk mengekspresikan diri bahkan bisa jadi wahana kreasi. Bertambahnya penduduk desa dalam jangka panjang, bisa menjadikan desa memiliki daya tarik tersendiri untuk manusia beraktifitas dan memperoleh kenyamanan. Kebutuhan warga desa untuk mengekpresikan diri dan rekreasi menjadi hal vital bahkan bisa menjadi daya tarik wisata.
Misalnya, satu desa mempunyai tradisi olahraga yang baik. Maka sebaiknya disana ada sarana olahraga  terbaik menyerupai sarana yang dimiliki warga kota. Lapangan sepakbola, lapangan voli, lapangan badminton dan lain sebagainya menjadi prioritas pembangunan sarana olahraga.  Memang perlu investasi yang tidak sedikit tetapi membuat warga betah tinggal di kampungnya menjadi hal yang penting. Di tengah kelelahan bekerja, warga pun perlu menjalankan hobinya.
Apabila satu desa punya studio musik atau sanggar seni, itu bagus untuk mengembangkan kreatifitas. Dengan pengelolaan yang baik,  itu bisa menjadi sumber pendapatan tambahan. Ada banyak tradisi yang menjadi kebanggaan suatu desa terpelihara bahkan menjadi aset desa yang tidak ternilai. Misalnya, tradisi musik calung di pedesaan-pedesaan Jawa Barat.
Apabila warga desa bisa mengekspresikan dirinya, maka diharapkan kondisi sosial akan membaik. Maksudnya, bisa meminimalisasi kenakalan  remaja, narkoba dan kejahatan lainnya. Desa yang makmur tidak hanya dilihat dari aspek pendapatan warganya saja tetapi juga bagaimana mereka bisa menjadikan desanya lebih beradab.

Upaya Nasional: Pemerataan Pembangunan
Di TV, saya menyaksikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa perlu adanya investasi di daerah supaya bisa menahan laju urbanisasi ke kota besar. Spertinya itu sudah menjadi rencana nasional, dan sering kita mendengarnya. Banyak upaya yang dilakukan untuk menenkan urbanisasi, diantaranya membuka lapangan kerja baru di daerah-daerah. Apabila kita secara individu berniat membuka lapangan kerja baru di desa berarti sudah membantu program pemerintah.
Ketika investasi beralih ke daerah, maka diharapkan terjadi pemerataan pembangunan antara kota dengan desa. Pemerataan pembangunan berarti penyebaran pendapatan supaya kue ekonomi nasional bisa dinikmati oleh seluruh rakyat. Jika selama ini terjadi ketimpangan maka sudah saatnya kita menggugah kesadaran diri kita dan orang-orang di sekitar kita untuk berinvestasi dan membangun desanya tanpa harus selalu berpangku pada pemerintah. Meskipun pemerintah berperan penting tetapi peran masyarakatlah yang sangat menentukan laju pembangunan di daerahnya masing-masing.
Karena sekarang otonomi daerah, maka sebenarnya pemerintah benar-benar hanya pembuat aturan main. Yang memainkannya, tentu saja masyarakat umum di mana pun mereka berpijak.  Akhir kata, marilah kita mainkan permainan hidup kita sendiri.

Reformasi Pemikiran Orang Desa


Pikiran manusia

Reformasi pemikiran perlu dilakukan sebelum mengubah banyak hal tentang diri dan lingkungan kira. Ternyata, begitu sulit membangun kehidupan di pedesaan ketika orang desa sendiri masih menggunakan pemikiran lama sebagai tolak ukurnya. Sebagai contoh, ketika orang desa masih beranggapan bahwa menjadi karyawan/bekerja lebih baik daripada berwirausaha maka sepertinya sulit untuk diajak mengembangkan desanya menjadi desa mandiri. Masih saja ada ketergantungan penduduk desa kepada penduduk kota yang begitu besar .
Selain itu, diantara pemikiran lama yang sepertinya harus diubah adalah bagaimana orang desa menyadari alam sebagai limpahan karunia. Orang desa belum menyadari sepenuhnya bahwa Alloh SWT telah menjadikan desa tempat kelahirannya sebagai rizki tak ternilai. Apabila pemikiran itu belum ada maka jangan aneh kalau orang desa belum memiliki rasa percaya diri dan kurang bersyukur atas anugerah alam yang diberikan-Nya.
Sering kita mendengar suara keputusasaan orang desa akan kondisi desanya sendiri. Kecendrungan wilayah pedesaan yang kurang tersentuh pembangunan dijadikan kambing hitam atas 'ketidakberuntungan' tinggal di desa. Suara-suara keputusasaan ini jelas harus hilang dalam benak orang desa karena Alloh sudah melimpahkan 'segalanya' bagi orang desa.  
Energi negatif yang ada dalam diri orang desa seyogyanya bisa sirna dengan asupan ilmu pengetahuan tanpa henti. Ada banyak bukti bagaimana ilmu pengetahuan memompa semangat dan kepercayaan diri manusia. Dengan ilmu pengetahuan,  orang bisa mengubah dunia. Apalagi 'sekedar' mengubah desanya menjadi lebih baik untuk kehidupan sejahtera di masa depan.
Sebagai orang desa,  pencarian makna dalam diri harus dimulai terlebih dahulu sebelum membangun desanya. Ada banyak teori, program dan anjuran para akademisi  untuk membangun desa secara fisik. Apa yang saya rasakan, ternyata pembangunan fisik itu sulit berjalan ketika orang desa sendiri belum memiliki makna hidup sebagai orang desa. Makna disini maksudnya adalah bagaimana orang desa punya keteguhan hati dan keinginan kuat untuk menjadikan desanya maju dan sejahtera.
Keinginan yang kuat itu tidak datang begitu saja tetapi tentu saja melalui proses pendidikan formal ataupun informal. Selayaknya anak-anak di pedesaan diajak dan diajarkan untuk menjadikan desanya laboratorium kehidupan yang sebenarnya. Segala aktifitas terpusat di sana. Mereka mengacu kepada bagaimana mereka menjadikan masa depan desa lebih baik dan lebih baik lagi. Terkadang, anak desa diajari 'teknologi terkini' tetapi tidak diajari bagaimana hidup 'survival' di desanya sendiri. Imajinasi mereka dijejali kemajuan kota  bukan kemajuan desanya di masa depan.
Rancangan desa di masa depan memang sudah disosialisasikan kepada generasi muda sejak awal. Ketika saat ini desa masih hamparan tanah yang kurang produktif maka para anak muda sudah memiliki 'gambaran utuh' tentang situasi masa depan desanya. Peran orang tua sangat dominan disini.  Orang tua harus tegas menceritakan cita-cita mereka kepada anak-anaknya ingin seperti apa kehidupan desanya ketika terjadi pergantian generasi. Jangan sampai anak muda pedesaan tidak memiliki cita-cita. Hal yang justru terjadi adalah adanya 'rantai yang hilang' antara cita-cita orang tua dan anak-anaknya.
Cita-cita orang tua bisa tergambar dalam bentuk lisan maupun tulisan. Saya memahami cita-cita orang tua saya dari lisan kemudian saya gambar dalam sehelai kertas. Saya menggambar rumah, kandang ayam, kandang domba, kolam ikan dsb. Sehingga tergambar secara jelas apa yang harus saya lakukan kini dan nanti. Kami bekerja sama menggapai cita-cita bersama. Alhamdulillah, pelan tapi pasti satu-persatu kami dapat menyelesaikan proyek rumah tangga dan merasakan hasilnya dalam waktu dekat.
Kerjasama antara anak dan orang tua adalah bentuk interaksi alami baik ditinjau dari aspek sosiologis maupun biologis.  Sebagai makhluk hidup, interaksi ini memiliki makna mendalam karena melibatkan emosional. Ikatan fisis antara keduanya begitu melekat.  Energi yang memancar dari pemikiran dan perilaku anak dan orang tua begitu dahsyat karena adanya gelombang elektromagnetik antara dua atau lebih manusia di dalamnya.
Pola interaksi ini yang sering tidak disadari oleh masyarakat desa. Para orang tua justru menjauhkan anak-anaknya dari desanya sendiri. Tradisi merantau dan membangun kehidupan sendiri seakan sudah melekat dalam pemikiran kita. Akhirnya, pembangunan desa terbengkalai karena setiap orang memiliki cita-cita yang berbeda. Anak dan orang tua berbeda keinginan dan gambaran akan masa depan yang mapan. Cita-cita lama tidak terlaksana dan hilang ditelan zaman. Cita-cita yang baru belum tentu tercapai. Dan begitu seterusnya, berulang tapi tidak berkesinambungan.
Pembangunan yang berkesinambungan adalah pembangunan desa yang seharusnya. Itu memerlukan waktu yang tidak sebentar bahkan antar generasi.  Pembangunan yang berkesinambungan tidak terlaksana mungkin karena generasi selanjutnya tidak tahu apa dan bagaimana cita-cita generasi sebelumnya. Untuk itu, dokumentasi menjadi sangat penting untuk memahami pemikiran masing-masing. Dan itu kelemahan kita. Masyarakat kita tidak punya kebiasaan  untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan maupun lukisan. Makanya, saya memulai kebiasaan itu dengan menuliskan di buku catatan harian saya yang berisi pemikiran dan cita-cita masa depan. Ada juga yang dilukis dan didokumentasikan walupun bukan lukisan rapi tidak setidaknya pokok pikirannya dapat dipahami oleh pembacanya.
Sudah menjadi kelemahan bangsa ini ketika kita malas membaca. Kegiatan membaca banyak buku, koran dan media massa lainnya jelas akan mempengaruhi jalan pikiran yang tertuang dalam tulisan kita. Semakin banyak wawasan kita tentang dunia ini maka akan semakin tinggi pula cita-cita yang kita miliki untuk generasi masa depan. Ilmu memegang peranan kunci kemajuan manusia. Ilmu pengetahuan bisa menerawang masa depan bahkan menciptakannya. Ada pendapat bahwa cara termudah untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya.
Menciptakan masa depan yang lebih mapan tentu saja perlu perencanaan yang sistematis. Meskipun tidak harus formal, rencana sistematis itu perlu supaya kita dan orang disekitar kita terus berjalan pada 'rel' yang sebenarnya. Rel yang kita sepakati bersama sejak awal bukan rel yang membawa kita pada kesengsaraan dan kehidupan yang tidak menentu. Kesepakatan itu terlaksana ketika semua orang secara sadar terjun langsung menjalankan apa yang telah dimulai. Bukan sebaliknya, setiap generasi memulai kembali dari awal.

Pelaksanaan yang Baik Diawali dengan Perencanaan yang Baik
Orang desa sepertinya tidak biasa merencanakan usahanya _bahkan hidupnya_ sejak awal. Saya memperhatikan situasi di desa tempat saya tinggal. Ada istilah bahwa hidup itu mengalir begitu saja. Begitu sering saya perhatikan para petani di desa yang tidak mengalami perkembangan padahal dia bisa melakukannya jika ada kemauan dan usaha. Atau, para pedagang yang berjualan 'sekedarnya' saja padahal dia bisa memutar otak untuk menjalankan berbagai strategi bisnis. Hingga saat ini saya belum faham betul apa yang ada dalam pikiran mereka.
Untuk menjawab itu, saya memberanikan diri untuk terjun secara langsung sebagai 'orang desa tulen'. Saya bertani, tidak pergi ke kota dan mulai berinteraksi dengan mereka secara alami.  Anggap saja ini sebagai penelitian berperan serta dimana teorinya saya temukan di bukunya Dr. Deddy Mulyana M.A., Metode Penelitian Kualitatif. Ada beberapa jawaban yang mulai bermunculan untuk menjawab apa yang dalam pikiran orang desa. Salah satu jawaban itu adalah bahwa ternyata orang desa tidak biasa merencanakanan usahanya dalam jangka panjang.
Alur jawaban seperti demikian, orang desa tidak merencanakan usahanya karena mereka tidak punya mimpi tentang masa depan usahanya. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki cita-cita untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut. Dalam artian, usahanya saat ini sekedar untuk menutupi biaya hidup dalam jangka pendek. Bagi mereka, mencari uang cukup untuk sandang, papan, pangan, pendidikan anak-anak, sudah begitu saja.
Ketika melihat kenyataan ini, saya mulai mencoba menggali benang merah antara impian, rencana dan hasilnya di masa depan. Impian atau cita-cita masa depan sebaiknya dimanifestasikan dalam rencana tertulis atau tidak tertulis supaya dapat dipetik hasilnya nanti oleh beberapa generasi mendatang. Saya selalu ingin tahu apa impian orang tua saya dan generasi sebelumnya dengan terus melakukan 'wawancara informal'.  Ketika saya tahu impian orang tua saya maka saya coba menyusun rencana tertulis/terlukis dan mulai melaksanakannya. Walaupun hasilnya belum terasa seratus persen tetapi saya mulai melihat perbaikan kecil pada kehidupan kami sekeluarga. Kandang-kandang ternak mulai tertata rapi, kolam ikan diperluas bahkan kami sudah berencana untuk menjadikan rumah kami sebagai 'gudang pangan' warga yang membutuhkan.
Buat saya ini kemajuan luar biasa. Hal sederhana dimana siapa pun bisa melakukannya. Tapi, kenapa orang lain tidak melakukannya.  Sedikit sekali orang yang mau meneruskan cita-cita orang tuanya demi kemajuan desanya. Mungkin, keengganan ini terjadi karena tidak singkron antara cita-cita orang tua dan kemauan generasi penerusnya. Untuk itu, saya mencoba mengajak kepada siapa pun untuk mencoba berpikir tradisional-rasional. Berpikir tradisional artinya masih menggunakan pola pikir lama untuk kemajuan desa yang kita cintai. Berpikir rasional artinya tidak menggunakan perasaan atau egois dalam menentukan sikap tetapi mengambil manfaat dari pemikiran orang tua kita. Saya menggunakan pola pikir itu. Apa yang saya lakukan adalah hal yang sama dengan apa yang orang tua saya lakukan dulu. Saya hanya meneruskannya dan mengambil manfaatnya dengan maksimal lebih dari apa yang dicaapai orang tua saya dulu. Walaupun kita memiliki rencana pribadi yang ingin diraih, tetapi apa salahnya menjadikan rencana lama orang tua kita sebagai referensi kehidupan kita.