Urbanisasi yang
begitu masif memang tidak bisa distop begitu saja. Setidaknya, urbanisasi bisa
dikurangi sampai angka sekecil mungkin. Tentu saja, harus ada upaya maksimal
dari berbagai pihak untuk mengurangi urbanisasi agar tidak terjadi kepadatan
penduduk di perkotaan. Upaya-upaya tersebut bisa dibagi kedalam tiga kategori.
Pertama, upaya personal _dari diri sendiri; kedua, upaya sosial _dari
lingkungan terdekat dan ketiga, upaya nasional.
Upaya Personal
Upaya personal
yang dimaksud adalah bagaimana meyakinkan diri kita sendiri untuk tidak
melakukan urbanisasi. Perlu ada perubahan pola pikir bahwa kesuksesan hidup
tidak hanya diperoleh dari 'nyaba' ke kota tetapi tentu bisa saja diperoleh di
desa. Urbanisasi menjadi semacam budaya dimana seakan sudah menjadi suatu
keharusan bagi orang dewasa terutama lelaki untuk mencari pengalaman hidup di
kota. Padahal, di era informasi seperti sekarang ini kemajuan daerah atau
negara lain bisa dengan mudah diketahui. Jadi, tidak harus selalu merasakan
kemajuan negeri orang terlebih dahulu maka kita bisa memajukan negeri sendiri.
Selanjutnya, ada
niat yang kuat dan ikhlas untuk membangun desanya sehingga memiliki rencana
masa depan untuk membawa kehidupan desa ke arah yang lebih baik. Meskipun
memiliki resiko ketidakpastian usaha, jika ada niat yang kuat dan ikhlas maka
Insya Alloh orang desa tidak akan ingin 'terburu-buru' untuk menjadi kaya
dengan urbanisasi ke kota.
Memiliki rencana
masa depan memang menjadi langkah selanjutnya untuk memastikan diri kita tetap tinggal di desa.
Alangkah lebih baik jika rencana kita ditulis rapi sebagai catatan di kemudian
hari. Ketika ada rencana yang akan diwujudkan maka diharapkan kita memiliki
pikiran yang fokus untuk menggapainya. Ketika ada godaan untuk berpaling dari
apa yang telah direncanakan, maka kita bisa menanyakan kembali pada diri kita
_apa sebenarnya visi hidup kita?.
Visi hidup
manusia berisi tentang bagaimana dia ingin dikenang ketika meninggal dunia.
Bayangkanlah suatu ketika kita meninggal dan meninggal sesuatu untuk
orang-orang di sekitar kita. Nah, itulah visi hidup. Ada yang ingin dikenang
sebagai guru yang baik, pedagang yang sukses atau kepala pemerintahan yang
berintegritas. Apapun visi hidup kita maka tulislah di selembar kertas dan
benamkam dalam pikiran. Dengan mengucapkan Basmallah dan berdoa kepada Alloh
untuk ditetapkan hati maka mudahan-mudahan visi hidup menjadi pembakar semangat
untuk membangun desa.
Mungkin akan ada opini
yang tidak mendukung apa yang kita cita-citakan, untuk itu kita pun harus bisa
memberikan pengertian kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan perkataan yang
bijaksana, kita bisa memaparkan dengan jelas apa isi hati dan pikiran kita. Wajar
jika tidak semua orang mendukung, perbedaan persepsi selalu ada dalam cara
manusia menatap masa depan. Imajinasi kesuksesan setiap orang memang berbeda.
Begitulah Alloh menciptakan manusia.
Perbedaan
keinginan, hasrat, ilmu pengetahuan dan kesempatan membedakan pula imajinasi
kesuksesan setiap orang. Akan lebih baik jika imajinasi yang kita miliki
digambarkan dengan gamblang layaknya seorang arsitek menggambar denah rumah.
Ya, kenapa tidak kita menggambarkannya. Jika kita ingin membuka usaha
peternakan maka kita gambarkan dengan jelas kandang, ternak dan dimana lokasinya.
Apabila kita ingin menjadi pengusaha tahu, maka selayaknya menggambarkan
pabrik, lokasi dan sarana apa yang ada di dalamnya. Sangat detail. Gambaran itu
menjadi pikiran dominan yang selalu kita bicarakan dengan teman, kerabat bahkan
dengan orang-orang yang belum kita kenal.
Memikirkan hal
yang sama di setiap waktu adalah pikiran dominan yang saya maksud. Tidak ada
pikiran lain selain apa yang kita cita-citakan. Pikiran dominan bisa membawa
seseorang untuk mencari tahu apa dan bagaimana meraihnya. Belajar, berdiskusi,
membaca buku, mencari di internet tentang hal yang dicita-citakan menjadi
keseharian kita. Tidak akan ada waktu terbuang karena berkhayal tanpa dibarengi
aksi.
Yakinlah, bahwa
masa depan adalah milik kita bukan orang lain. Menjadi orang yang mendengar
pendapat orang lain adalah sebuah kebijaksanaan tetapi keputusan ada di tangan
kita. Pendapat orang lain menjadi bahan renungan
ketika memikirkan rumitnya kehidupan. Membandingkan dengan pendapat kita serta
ilmu pengetahuan yang kita miliki maka putuskanlah segera kita akan memilih
jalan yang mana. Tidak ada jalan yang berliku yang ada hanya jalan dengan
relief bergelombang sebagai karya seni Yang Maha Kuasa. Tidak ada kesulitan
justru yang ada adalah kesenangan memainkan permainan kehidupan untuk
mendapatkan bonus di kemudian hari. Bonusnya bisa berupa kesejahteraan hidup
pribadi, keluarga dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Semoga ketika raga sudah
tidak bernyawa, kita akan dikenang sebagai orang yang penuh dedikasi untuk
membangun bangsa dari desa.
Berteman
dengan Resiko. Ya, sudah
menjadi kepastian akan ada resiko yang dihadapi ketika kita menyatakan diri
akan membangun desa. Kehidupan di pedesaan memang sedikit berbeda dengan
perkotaan. Kondisi alam, kondisi sosial dan kondisi ekonomi memang berbeda.
Justru disanalah keunikannya! Ketika banyak orang memandang ketiga hal itu
secara negatif maka kita coba lihat saja positifnya.
Di desa, kita
menikmati udara yang bersih untuk kehidupan yang lebih baik. Sumber pangan
dekat, sumber air juga dekat, masih banyak lahan yang luas untuk digarap. Nah,
itu menjadi kelebihan dan tidak harus dilihat sebagai kekurangan. Bentang alam
yang masih luas bisa menjadi tempat kita untuk mengembangkan sayap bisnis kita
di kemudian hari. Perhatikan bagaimana sebuah pabrik membutuhkan begitu banyak
lahan. Ingin membangun lokasi wisata maka di desa masih memungkinkan. Mau apa
lagi? Pokoknya banyak kelebihan pedesaan dibandingkan kota. Dan fokuslah
pikiran kita pada kelebihannya. Kekurangannya (itu pun kalau ada) aggaplah
sebuah keunikan tersendiri.
Di desa, warganya
masih memegang tradisi ramah tamah, gotong royong dan keguyuban. Masyarakat
seperti ini merupakan kekuatan bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan. Ya lah,
lihat saja perusahaan-perusahaan raksasa di dunia, mereka tumbuh dari komunitas
yang memiliki visi, integritas dan kerjasama yang baik. Warga desa bisa kita
ajak untuk ikut serta membangun desanya dengan menjadi rekan kerja kita. Saya
pikir mereka akan memilih anda tinimbang bekerja di kota karena mereka bisa
membandingkan dua kondisi yang jelas berbeda. Bila rekan kerja kita
menginginkan gaji sebesar Upah Minimum Regional (UMR) ya berikan saja. Bagi
para pekerja pun akan senang jika mendapatkan gaji sedikit lebih kecil dari UMR
karena jelas biaya hidup tidak sebesar di kota. Itu tantangan bagi kita untuk
terus mengembangkan bisnis sehingga bisa memberikan upah yang jauh lebih baik.
Perbaikan ekonomi
pedesaan menjadi isu nasional bahkan global. Siapa pun setuju bahwa perbaikan
ekonomi pedesaan harus dilakukan untuk memberikan pemerataan pendapatan. Nah,
jika saat ini desa tempat tinggal kita belum mengalami perkembangan yang kita
harapkan maka yakinlah masa depan menuju perubahan akan bisa terjadi. Untuk
dana, pemerintah menyediakan bahkan perusahaan swasta pun rajin menggalakan
perbaikan ekonomi pedesaan melalui program CSR (Corporate Social
Responsiblitiy). Jadi, jangan khawatir tidak ada modal! Alloh punya cara untuk
memberikan kasih sayang pada hamba-Nya.
Nah, mugkin
itu 'upaya personal' untuk menyetop urbanisasi
secara bertahap dari diri kita. Meyakinkan diri untuk menetap di desa dengan
senantiasa menatap masa depan lebih mapan adalah kunci motifasi bagi diri.
Apabila secara personal kita sudah teryakinkan, Insya Alloh secara sosial kita
bisa menemukan caranya. Itupun tergantung pada setiap orang dan daerah yang
ditinggali. Saya disini hanya memberikan gambaran umum saja. Selanjutnya,
terserah anda.
Upaya Sosial
Investasi. Ada beberapa buku yang saya baca
diantaranya buku Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (ML. Jinghan) yang
berkali-kali mengatakan bahwa betapa pentingnya investasi bagi negara
terbelakanng _seperti Indonesia. Kebiasaan berinvestasi ini belum tumbuh secara
merata pada orang Indonesia. Kalau punya uang, yang ada di pikiran orang
Indonesia adalah, "Mau beli apa ya?" bukannya, "Mau
diinvestasikan untuk apa?".
Budaya menanamkan
sedikit uang untuk kehidupan masa depan memang sepertinya tidak ada pada
masyarakat kita. Lihat sekeliling kita, banyak orang yang lebih suka
membelanjakan uangnya untuk barang konsumtif, itu pun tidak salah. Tetapi, ya
berimbang lah. Kita pun boleh menikmati hasil jerih payah kita dengan bebelanja
apa yang kita inginkan. Tetapi, apakah pernah kita berpikir bagaimana generasi
setelah kita bisa menikmati kekayaan dimiliki sekarang.
Kalau bicara
investasi, jangan selalu berpikir harus besar hingga puluhan bahkan ratusan
juta. Kami, mulai berljar berinvestasi dengan uang Rp. 10.000 hingga Rp.
20.000. ya, uang yang cukup untuk merokok satu hari! Caranya, kami sekeluarga
menginginkan kandang ayam untuk kebutuhan pangan hewani maka kami membeli
beberapa batang bambu. Dengan bambu yang ada, dimulai memotong dan membilahnya
hingga menjadi ukuran sebesar pagar. Sambil menunggu punya uang lagi, bambu
tersebut direndam di kolam agar lebih tahan lama. Tahu nggak, untuk punya uang
lagi kami harus menunggu hingga satu bulan. Dan, dibelilah paku, asbes dan
terus begitu hingga menjadi kandang ayam. Ayamnya? Kami pelihara ayam punya
orang lain. Dalam tradisi Sunda ini disebut nengah nanti anaknya dibagi
dua. Pakannya? Ya, dari pakan sisa atau
gabah atau apa saja yang ada. Alhamdulillah ayamnya bertambah banyak dan lebih
dari cukup untuk kebutuhan keluarga. Selebihnya, kami jual.
Memang terkesan
menyederhanakan masalah. Tetapi justru dengan cara berpikir sesederhana itu
maka kita berani berinvestasi! Jangan terus berpikir "bagaimana kalau
rugi, nggak balik modal" dan sebagainya. Pokoknya pikirkan bahwa kita
memiliki cita-cita mulia dan dari sana
akan lahir kegemaran berinvestasi bahkan lambat laun menjadi hobi! Aggap saja
kita main monopoli, investasi jadi bagi dari permainan yang ada keasyikan
tersendiri ketika menjalankannya.
Kalau upaya
personal itu ada dalam hati dan pikiran kita maka upaya sosial ini memang terlihat
secara nyata dan berpengaruh pada kehidupan sosial kemasyarakatan. Di kampung
kami, ada sekelompok orang yang secara sengaja berinvestasi membuat sekolah
untuk pendidikan anak-anaknya di masa depan. Ya, saya salah satu alumninya.
Ceritanya, dulu sekitar tahun 1970-an beberapa orang tua prihatin karena di
kampung kami belum ada sekolah yang berbasis ke-Islaman. Untuk itu, dibangunlah madrasah dengan pola
pendidikan agama. Sekarang, yayasan ini
sudah menjadi mapan dan diakui memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
pembangunan di desa kami. Nama yayasan itu adalah Yayasan Tarbiyatul Islamiyah
(YTI).
Di bidang
pertanian dan pendidikan sudah kita bahas. Apa lagi? Di bidang transportasi.
Banyak cara untuk mempermudah akses ke desa kita. Salah satunya dengan membangun
jalan-jalan desa. Nah, pernahkah terpikir bahwa menginvestasikan waktu, tenaga,
pikiran dan uang untuk membangun jalan adalah bentuk rasa syukur kita kepada
Alloh. Simak QS. Az-Zuhruf ayat 10, "…..dan Dia membuat jalan-jalan di
atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk."
Luar biasa!
Membangun jalan saja bisa mendapat petunjuk. Petunjuk kepada kebenaran dan masa
depan yang lebih mapan. Seperti
diketahui, ciri perkembangan ekonomi suatu wilayah adalah dengan dibangunnya
jalan-jalan baik darat, laut bahkan udara. Dahulu, para pelaut dari Timur
Tengah dan Eropa berlomba-lomba membuka jalur perdagangan di laut untuk kemajuan ekonomi kedua wilayah. Ada
yang berlayar hingga berkeliling dunia. Dibukalah jalur perdagangan hingga
negeri nun jauh disana yakni Amerika dan
Afrika. Hingga pada akhirnya terbangunlah kemajuan ekonomi dunia hingga kini. Bahkan, untuk menghemat waktu perjalanan,
orang Mesir justru membangun terusan Suez. Untuk kemajuan, mereka rela menggali
daratan supaya terbuka tersambung dua lautan yang terpisah selama ribuan tahun.
Mereka saja bisa, masa kita tidak mampu untuk membangun jalan di desa kita….
Rekondisi Desa. Sentuhan tangan kreatif bisa membuat
wajah desa kita menjadi berbeda dari sebelumnya. Kreatifitas warga desa
berbeda-beda tergantung dari keahliannya. Ada yang suka bertani, beternak,
memelihara ikan, musik, olahraga pokoknya apapun minat setiap warga desa bisa
menjadikan desa berubah secara berkala. Jika sebelumnya desa kita 'sepi' dengan
kegiatan positif maka aktifitas kreatif warga sebagai wujud dari citia-cita
masing-masing.
Jika selama ini
perkotaan dijadikan pusat kegiatan manusia dalam berbagai bidang maka sudah
saatnya warga desa pun membuat desanya 'hidup'. Hal yang dibutuhkan warga desa
tidak hanya infrastruktur fisik tetapi juga wahana untuk mengekspresikan diri
bahkan bisa jadi wahana kreasi. Bertambahnya penduduk desa dalam jangka
panjang, bisa menjadikan desa memiliki daya tarik tersendiri untuk manusia
beraktifitas dan memperoleh kenyamanan. Kebutuhan warga desa untuk
mengekpresikan diri dan rekreasi menjadi hal vital bahkan bisa menjadi daya
tarik wisata.
Misalnya, satu
desa mempunyai tradisi olahraga yang baik. Maka sebaiknya disana ada sarana
olahraga terbaik menyerupai sarana yang
dimiliki warga kota. Lapangan sepakbola, lapangan voli, lapangan badminton dan
lain sebagainya menjadi prioritas pembangunan sarana olahraga. Memang perlu investasi yang tidak sedikit
tetapi membuat warga betah tinggal di kampungnya menjadi hal yang penting. Di
tengah kelelahan bekerja, warga pun perlu menjalankan hobinya.
Apabila satu desa
punya studio musik atau sanggar seni, itu bagus untuk mengembangkan
kreatifitas. Dengan pengelolaan yang baik, itu bisa menjadi sumber pendapatan tambahan.
Ada banyak tradisi yang menjadi kebanggaan suatu desa terpelihara bahkan
menjadi aset desa yang tidak ternilai. Misalnya, tradisi musik calung di
pedesaan-pedesaan Jawa Barat.
Apabila warga
desa bisa mengekspresikan dirinya, maka diharapkan kondisi sosial akan membaik.
Maksudnya, bisa meminimalisasi kenakalan
remaja, narkoba dan kejahatan lainnya. Desa yang makmur tidak hanya
dilihat dari aspek pendapatan warganya saja tetapi juga bagaimana mereka bisa
menjadikan desanya lebih beradab.
Upaya Nasional: Pemerataan Pembangunan
Di TV, saya
menyaksikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa perlu
adanya investasi di daerah supaya bisa menahan laju urbanisasi ke kota besar.
Spertinya itu sudah menjadi rencana nasional, dan sering kita mendengarnya.
Banyak upaya yang dilakukan untuk menenkan urbanisasi, diantaranya membuka
lapangan kerja baru di daerah-daerah. Apabila kita secara individu berniat
membuka lapangan kerja baru di desa berarti sudah membantu program pemerintah.
Ketika investasi
beralih ke daerah, maka diharapkan terjadi pemerataan pembangunan antara kota
dengan desa. Pemerataan pembangunan berarti penyebaran pendapatan supaya kue
ekonomi nasional bisa dinikmati oleh seluruh rakyat. Jika selama ini terjadi
ketimpangan maka sudah saatnya kita menggugah kesadaran diri kita dan
orang-orang di sekitar kita untuk berinvestasi dan membangun desanya tanpa
harus selalu berpangku pada pemerintah. Meskipun pemerintah berperan penting
tetapi peran masyarakatlah yang sangat menentukan laju pembangunan di daerahnya
masing-masing.
Karena sekarang
otonomi daerah, maka sebenarnya pemerintah benar-benar hanya pembuat aturan
main. Yang memainkannya, tentu saja masyarakat umum di mana pun mereka
berpijak. Akhir kata, marilah kita
mainkan permainan hidup kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...