Saya merasa sangat bersyukur ketika
di sekitar saya ada orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama. Ketika
ide-ide muncul dari benak saya maka respon positif datang dari teman-teman
dekat. Sepekan yang lalu saya bertemu dengan teman lama di Jatinangor. Ada banyak
hal yang kami bicarakan ketika sudah lama tidak bertemu. Saya sempat mengatakan
pada dia bahwa saya punya teman-teman yang luar biasa di kampung tempat tinggal
saya. Walaupun mereka tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi tetapi cara
berpikir mereka lebih dari teman-teman saya yang berpendidikan tinggi. Teman
saya yang satu ini sepertinya tidak bisa berkomentar apa-apa. Hanya terdiam.
Apa yang menjadi hal luar biasa pada
teman-teman saya ini?
Pelajaran tentang membangun desa pertama saya diskusikan di salah satu seminar
di ITB. Bayarnya cukup mahal buat saya. Saya pikir sulit untuk melaksanakan isi
dari seminar itu. Biasa lah saya hanya suka seminar buat mengumpulkan
sertifikat (lumayan buat melamar pekerjaan….).
Namun, saya tidak menyesali mengikuti seminar-seminar itu karena saya
punya banyak teman untuk melaksanakannya.
Mereka bisa belajar dari pengalaman
dan menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik. Bukan sekedar slogan. Sering
kami berdiskusi tentang banyak hal. Mereka menatap masa depan dengan penuh
harapan. Cara pandang mereka benar-benar sesuai dengan teori yang saya dapatkan
di buku-buku dan seminar waktu itu. Kami bersepakat untuk menjadi warga desa
yang mau membangun desanya sendiri.
Beberapa orang dari kami bahkan
sudah memulai berwirausaha di tempat tinggalnya dan memberdayakan masyarakat
sekitar. Ini menjadi contoh nyata bagi kami. Jika selama ini saya hanya membaca
dari media tentang bagaimana pemerataan pembangunan di daerah maka saat ini
contohnya sudah ada di depan mata. Bagi kami sebuah ide dan pemikiran ternyata
dapat diwujudkan dan berpengaruh pada kehidupan keseharian kami di pedesaan.
Ketika kami berkumpul begitu banyak
ide mengalir dari mulut kami. Saya percaya bahwa sebuah ide dan pemikiran akan
mengubah arah hidup manusia ketika dilaksanakan. Setiap diskusi dan obrolan
adalah sebuah ‘rapat umum’ tanpa protokoler. Bertahun-tahun saya menimba ilmu
pengetahuan di sekolah ternyata semuanya tersedia di depan mata. Setiap ide
saya catat dalam ingatan karena itu sangatlah berharga buat saya dibandingkan
omongan seorang profesor yang tidak pernah membuktikan teorinya.
Memang benar kata para pengusaha
sukses, modal tidak hanya cukup dengan uang tetapi juga rekan kerja yang
memiliki visi dan misi yang sama dengan kita. Jika selama ini saya mengeluh
bagaimana mendapatkan modal maka sekarang sebenarnya Alloh sudah memberikan
modal terbesar untuk melaksanakan ide-ide yang ada dalam kepala. Jika selama
ini saya merasa seret rezeki, ternyata inilah rezeki terbesar bagi saya.
Ya, ini rezeki luar biasa. Memang
benar-benar luar biasa! Saya bisa
membandingkan ternyata ada orang yang berwirausaha sulit untuk berkembang
karena rekan kerjanya tidak seperti teman-teman saya ini. Bahkan sepertinya dia rugi. Besarnya gaji
tidak sesuai dengan kinerja yang diharapkan.
Mudah-mudahan orang-orang di sekitar
saya bisa menjadi penyemangat dan peneguh hati untuk tetap ‘on the track’ .
Adik saya berkomentar ketika saya
banyak membeli buku hingga ratusan ribu rupiah harganya, “daripada beli buku mending beli yang lain.” Saya hanya
tersenyum. Saya berpikir bahwa ketika kita bisa memahami kehidupan lewat buku
itu adalah rezeki besar yang diberikan Alloh untuk kita. Ketika kita sulit
melaksanakan ide-ide itu maka teman-teman kita yang akan membantunya.
Persahabatan memang bagai kepompong……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...