Panen tiba. |
Bapak saya mengeluhkan sulitnya mencari buruh
tani untuk memanen padi. Kondisi ini memang sangat berbeda dibandingkan
beberapa tahun yang lalu. Saat itu, masih banyak para buruh tani yang bersedia
untuk memanen padi milik orang lain. Namun, saat ini kesulitan itu mulai terasa
ketika para petani membutuhkan tenaga tambahan untuk menyabit, mengerek dan
mengangkut gabah.
Saya cukup terkejut dengan situasi seperti ini.
Ternyata ada kesulitan yang sebenarnya tidak perlu terjadi mengingat jumlah
orang terus bertambah. Lalu kenapa? Mungkin, jumlah orang yang berurbanisasi
lebih banyak dibandingkan yang menetap di desa. Sudah menjadi gejala umum
ketika menginjak usia angkatan kerja orang di desa kami berurbanisasi ke
perkotaan.
Selain itu, tidak banyak orang yang tertarik
untuk terjun kedalam dunia pertanian. Banyak yang beranggapan bahwa bertani
bukan pekerjaan yang patut menjadi pilihan. Opini umum ini turut menggiring
orang untuk meninggalkan lahan-lahan yang seharusnya digarap dan menghasilkan
pangan untuk kebutuhan sehari-hari. Memang begitu kuat suatu opini mempengaruhi
cara berpikir manusia bahkan sesuatu yang negatif pun bisa menguasai jalan
pikiran.
Apalagi, pendidikan anak sejak usia dini secara
sengaja menjauhkan mereka dari dunianya sendiri. Tidak ayal anak-anak desa
diperkenalkan dengan teknologi berbasis industri sehingga lambat laun mereka lupa akan lahan
pertanian di sekitar rumahnya yang harus digarap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...