Pilihlah usaha anda sendiri.... |
Ketika
mencermati apa yang tengah terjadi di desa tempat saya tinggal, ternyata ada hal unik mengenai
hubungan antara kepadatan penduduk dengan tipe usaha. Penduduk desa saya cukup
padat bila dibandingkan beberapa tahun kebelakang. Areal pertanian sudah mulai
tergantikan oleh areal pemukiman penduduk. Bahkan ada satu kawasan dimana
kondisi pemukimannya sudah seperti di kota besar, berdempet antar satu rumah
dengan rumah lainnya. Lalu saya berpikir tipe usaha seperti apa yang bisa saya
rintis karena ternyata pertanian sulit menjadi harapan mengingat tanah sebagai
modal utamanya lambat laun mulai berkurang.
Jika
pertanian tidak bisa jadi harapan maka saya mulai berpikir untuk menentukan
kriteria usaha yang cocok dengan kondisi kependudukan seperti itu. Beberapa
kriteria diantaranya memang cocok diterapkan di daerah industri kota besar.
Pertama, usaha yang akan dirintis harus
menyerap banyak tenaga kerja. Di tengah banyak penduduk desa, tentu saja harus
ada perusahaan atau kelompok usaha yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja. Jumlah penduduk yang banyak harus
menjadi modal penggerak usaha menuju ke arah kemajuan suatu daerah. Pembangunan
sumberdaya manusia dengan tersedianya lapangan kerja menjadi kerangka acuan
dalam menentukan pilihan usaha yang akan dijalankan.
Kedua, lokasi usaha tidak membutuhkan
lahan yang luas. Dikarenakan menyempitnya lahan, lokasi usaha sebaiknya tidak
membutuhkan lahan yang luas namun dapat menampung semua faktor-faktor produksi
dan pemasaran seperti mesin, gudang dan kendaraan. Apabila suatu saat usaha
berkembang dan membutuhkan tempat yang luas maka dilakukan pembangunan vertikal
untuk menghemat tempat.
Ketiga, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, maksudnya menjadi sumber pendapatan utama para pekerja. Ketika akan
merekrut karyawan pastikan usaha kita menjadi pilihan utama bukan sebagai usaha
sampingan. Untuk itu, kita pun harus menerapkan konsep perusahaan modern dengan
manajemen baku. Jam kerja selama 8 jam x 5 hari kerja, pengupahan yang transparan,
asuransi dan mengikuti berbagai aturan
ketenagakerjaan pemerintah. Apabila pekerjaan yang digeluti menjadi pilihan
utama, diharapkan karyawan tidak berniat untuk berpindah pekerjaan sehingga
tidak mengalami hambatan personalia dikemudian hari.
Keempat, upah sesuai dengan yang
diinginkan. Ada banyak calon pekerja atau mitra usaha yang memilih pekerjaan
karena upah yang ditawarkan. Besar dan kecilnya upah memang relatif di setiap
daerah. Namun, sebaiknya upah yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan calon karyawan. Sejak awal ada negosiasi untuk menentukan besaran
upah supaya tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari. Sebagai pengusaha
kita harus memberikan upah yang layak pada karyawan, karena sejak awal
kita berniat untuk turut serta dalam pembangunan SDM bukan untuk memeras
keringat mereka.
Kelima, bisa mengakomodir minat dan
keahlian sebagian besar masyarakat. Usaha yang akan kita rintis berada di
kawasan pedesaan dengan kemajemukan karakter masyarakatnya. Untuk itu,
sebaiknya kita bisa menentukan karakter sebagian besar warga desa dengan
harapan usaha yang kita rintis dapat menampung
minat dan keahlian. Jika sebaliknya, dikhawatirkan warga desa akan
mencari pekerjaan di daerah lain malahan sebaliknya kita mengundang pendatang
yang berakibat buruk pada kondisi topografis.
Mungkin
itulah sebagian kriteria untuk merintis usaha di pedesaan dengan kepadatan penduduk
hampir menyerupai perkotaan. Saya sendiri berencana merintis usaha meubeul dan
properti karena sepertinya memenuhi kriteria di atas. Hal yang pasti, sebaiknya
jangan sampai terjadi urbanisasi besar-besaran lagi di kemudian hari karena
kota-kota besar di Indonesia sudah tidak siap lagi menampung penduduk
pendatang. Jika diibaratkan balon, perkotaan sudah seperti balon yang sudah
terisi penuh oleh udara dan siap untuk meledak.
Saya
berharap dengan adanya perusahaan-perusahaan di desa akan ada pola penyebaran
penduduk yang terarah. Dengan begitu, pemerintah tidak harus membatasi jumlah
anak seperti di China karena pedesaan pun masih bisa 'menafkahi' penduduknya.
Pertambahan dan penyebaran penduduk yang terkontrol turut menyumbang situasi
sosial yang kondusif. Lahan pekerjaan yang memadai, sumber pendapatan yang
mencukupi dan pemukiman yang tertata rapi menjadi nilai plus bagi pembangunan pada umumnya.
Menurut
pengamatan saya, apabila hajat hidup orang banyak sudah terpenuhi maka
kesadaran untuk membangun daerah sendiri akan muncul. Warga yang bersikap
apatis dan idividualis mungkin dikarenakan 'sibuk' memikirkan nasibnya sendiri
sehingga tidak terpikirkan untuk turut serta membangun masyarakat. Kualitas hidup
menjadi lebih baik, bahkan lingkungan pun bisa terjaga karena ada kesadaran
untuk membangun tersebut. Situasi sosial yang negatif _seperti kriminalitas_
diharapkan bisa berkurang bahkan hilang sama sekali.
Pengamatan
ini diperkuat oleh teori-teori yang dikemukan oleh Prof. Muhammad Yunus,
pemimpin dan pendiri Grameen Bank, bahwa situasi sosial yang negatif bisa
diminimalisir ketika kesempatan untuk hidup sejahtera lebih terbuka lebar. Dia
mengentaskan kemiskinan dengan mendirikan berbagai usaha untuk memberikan
kesempatan kepada kaum miskin di Bangladesh untuk bekerja dan berwirausaha
dengan kredit mikro. Secara umum, semua tindakannya mengarah pada pemberdayaan
masyarakat pedesaan sehingga kekhawatiran tentang memburuknya kondisi sosial
akibat kemiskinan tidak terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...