Jumat, 18 Oktober 2013

Menjadi Menara Gading atau Lampu Pijar?

Komunitas masyarakat biasanya memiliki tokoh sentral dalam sendi kehidupannya. Ada tokoh yang lahir karena jabatan karir, keturunan, pengangkatan, tradisi dan ada juga karena dia memiliki jasa luar biasa terhadap masyarakat. Realita masyarakat dimanapun senantiasa melahirkan tokoh-tokoh baru di setiap zaman yang berbeda. Para tokoh itu adalah manusia unggul yang punya kelebihan dibandingkan orang lain di sekitarnya. Sehingga, dia terlihat berbeda dan berpengaruh besar terhadap kondisi di lingkungannya.
Setiap diri kita adalah tokoh. Sebagaimana peran dalam drama panggung, setiap peran sangat berarti bagi jalan  cerita. Lalu bagaimana kita bisa menjadi tokoh sentral dalam suatu alur cerita. Biasanya ada dua cara, apakah kita akan seperti menara gading atau lampu pijar.
Menara gading menjulang tinggi dan terlihat dominan dibandingkan yang lainnya. Namun dia tidak berpengaruh kuat terhadap lingkungan terdekatnya. Mereka adalah orang-orang yang selalu ingin ‘one man show’­_terlihat eksis sendiri.
Sedangkan lampu pijar bentuknya kecil bahkan lebih kecil dari ruangan yang diteranginya. Pengaruhnya sangat dominan terhadap lingkungannya meskipun secara lahiriah dia kecil dan tidak terlihat dominan.
Kata orang hidup ini adalah pilihan. Kita tinggal memilih yang mana diantara dua tipe manusia di atas. Kalau saya memilih menjadi lampu pijar. Saya banyak menemukan tipe orang seperti lampu pijar. Dia bisa menerangi lingkungannya dengan energi yang kuat walaupun dari fisik yang nyaris tidak terlihat. Tidak kaya, tidak pintar, bukan terpelajar, namun dia punya kekuatan hati untuk membawa masyarakat mengarungi zaman menuju pulau ‘kesejahteraan’.
Mari Kita Lihat Perubahan yang Terjadi Para Individu Dan Komunitas
Dua tipe manusia diatas tentu memiliki efek perubahan yang berbeda pada diri dan lingkungannya. Ketika menjadi menara gading maka dia menjadi manusia yang unggul dalam banyak hal namun terlihat sendirian dan tidak membawa serta komunitasnya. Baginya, kejayaan diri menjadi harga mati dan tidak bisa ditawar lagi. Malahan, kemajuan bersama hanyalah sebuah ilusi dan terdengar fiksi. Ibaratnya, ketika ada lima mobil dalam satu rombongan maka dia adalah yang pertama mencapai tujuan dan meninggalkan yang lainnya di belakang.
Bagi manusia si lampu pijar maka dia menjadi penerang bagi komunitasnya. Kemajuan diri sama dengan kemajuan komunitasnya. Perlahan tapi pasti. Orang seperti ini menjadikan musyawarah sebagai metode ampuh untuk sampai pada kesimpulan bersama tentang apa dan bagaimana kemajuan yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...