Kamis, 31 Desember 2015

Pendidikan Kecakapan Hidup

Kecakapan hidup yaitu kecakapan untuk melakukan adaptasi dan perilaku positf yang memungkinkan individu untuk melakukan reaksi  secara efektif dalam menghadapi kebutuhan dan tantangan sehari-hari. Pendidikan kecakapan hidup ini sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan pedesaan.
Definisi yang dikemukakan Unicef yaitu perubahan perilakku atau pendekatan pengembangan perilaku yang diarahkan untuk menjamin keseimbangan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan. Definisi ini didasarkan pada penelitian yang menyarankan perlunya perubahan perilaku beresiko yang menyangkut ketidakmampuan menunjukan kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang seharusnya.
Kecakapan hidup pada intinya lebih menekankan pada penguasaan kecakapan yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh mental yang memadai (well being) dan kompetensi bagi kelompok remaja dalam menghadapi kenyataan kehidupan sehari-hari.  Hampir semua profesional yang memiliki kajian dalam pengembangan pendidikan kecakapan hidup, setuju bahwa kecakapan hidup memiliki kaitan dengan kesehatan dan kegiatan sosial.  Dengan memiliki kecakapan hidup seseorang mampu memanfaatkan kemampuannya untuk melindungi diri dari penggunaan minuman keras, kejahatan seksual, dll.  Pengembangan cakupan dari kecakapan hidup meliputi kebutuhan akan pendidikan, pendidikan lingkungan hidup, pendidikan perdamaian, pendidikan untuk pembangunan, kehidupan dan memperoleh pendapatan.
Singkatnya, kecakapan hidup memberdayakan pemuda agar mampu melakukan tindakan positif dalam melindungi diri, meningkatkan kesehatan dan melindungi diri.

Strategi dan Teknik Dasar
Tiga lembaga internasional Unicef, Unesco dan WHO menetapkan sepuluh strategi dan teknik kecakapan hidup yaitu:
pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi efektif, pembuatan keputusan, berpikir kreatif, keterampilan interpersonal, keterampilan untuk mengembangkan kesadaran diri, empati dan upaya mengatasi stress dan gangguan emosi.
Kesadaran diri, empati dan kepercayaan diri merupakan alat untuk memahami kekuatan dan kelemahan. Dengan cara ini, pemuda diharapkan mampu menyaring berbagai peluang yang ada dan mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai kenyataan. Manfaat lebih jauhnya, diharapkan mampu mengembangkan diri dan memiliki kesadaran sosial, bukan hanya untuk dirinya akan tetapi yang berhubungan dengan lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan kemampuan melakukan identifikasi permasalahan yang timbul dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Melalui kecakapan hidup, seseorang harus mampu melakukan esplorasi berbagai alternatif, menimbang baik yang menguntungkan maupun yang merugikan   dan membuat keputusan rasional dalam memecahkan masalah dan isu yang ada. Melalui kecakapan hidup lebih jauh diharapkan mampu bekerja secara produktif dengan pihak lain. Dengan kecakapan hidup, seseorang sampai pada kemampuan berkomunikasi secara efektif, mampu membedakan berbagai informasi yang diperoleh dengan cara mendengarkan dan menyimak dan menjamin bahwa pesan dapat disampaikan secara tepat dan dapat mengindarkan dari misskomunikasi dan missinterpretasi.
Pada esensinya kecakapan hidup adalah keterampilan siswa untuk memahami dirinya dan potensinya dalam kehidupannya, antara lain mencakup penentuan tujuan, memecahkan masalah dan hidup bersama orang lain.  Keterampilan-keterampilan tersebut akan membantunya untuk kehiduan dalam lingkungannya dan mencapai kesehatan serta memiliki perilaku yang produktif. Penelitian ilmiah menunjukan bahwa life skill education membantu siswa untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya, bukan hanya obat terlarang tetapi lebih dari itu untuk mengajarkan basic life skill kepada anak remaja untuk memasuki kehidupan sebagai orang dewasa dengan berhasil.
Pengertian lain tentang kecakapan hidup, dapat diartikan  sebagai:
suatu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan untuk bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun pun tetap memerluka kecapan hidup karena akan tetap menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Bukankah dalam hidup, dimanapun dan kapanpun orang selalu menemui masalah yang harus dipecahkan?

Sumber:

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Imtima, Bandung: 2009.

Senin, 21 Desember 2015

Lima Langkah Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam usaha pembangunan pedesaan. Dalam melangkah,  ada lima hal yang harus dilaksanakan untuk menuju visi pembangunan yang baik.

Satu, mendapatkan para aktor dan aktris, yaitu para pelaku atau pelaksana work force baik pria maupun wanita. Mereka memiliki komitmen, integritas, akuntabilitas, cerdas akal, cerdas moral dan sebagainya yang benar-benar mempunyai kecintaan terhadap masa depan desanya.
Dua, kesiapan dan keteguhan menghadapi berbagai kesukaran, hambatan dan sebrutal apa pun tantangan yang dihadapi untuk menuju masa depan.  Pimpinan harus terus-menerus memberikan semangat pada orang-orang  di sekitarnya.
Tiga, menerapkan konsep hedgehog, bukan konsep fox atau civet. Konsep landak perlu digunakan, bukan konsep rubah atau musang. Betapapun binatang ini memiliki kecerdasan yang tinggi tetapi licik (canning) dan menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuannya. Karena itu, perlu perpaduan antara hal yang paling menggairahkan, potensi kekuatan dalam (internal power) yang terbesar dalam diri, dan motivasi dasar (internal drive) dalam diri pelaku pembangunan.
Empat, mengembangkan budaya disiplin kerja. Jika memiliki petugas yang disiplin, maka tidak perlu pusing-pusing dengan hirarki, yaitu memikirkan siapa yang harus melapor dan siapa yang harus menerima laporan jika kita memiliki pemikiran yang disiplin. Kita tidak perlu pusing-pusing memikirkan sistem birokrasi. Jika kita memiliki tradisi kerja yang disiplin, maka kita tidak perlu memerlukan kontrol kerja yang berlebih-lebihan.
Lima, meningkatkan terus teknologi kerja. Meskipun teknologi amat penting dalam proses mempercepat transformasi mutu kerja, namun penyala api mutu kerja tetap berada pada kreatifitas, inisiatif dan inovasi para tenaga kerja. Oleh karena itu, pimpinan dalam kerja kolektif bertanggung jawab memikirkan inovasi nilai. Sedang para pekerjanya bertanggung jawab pada inovasi teknologi.

Sumber:

Prof. Dr. Mastuhu, M. Ed..Sistem Pendidikan Nasional Visioner. Lentera Hati. Tangerang: 2007. 

Kamis, 17 Desember 2015

Rumah & Pabrik Kreatif

Di bawah ini saya sampaikan beberapa gambar dari berbagai sumber sebagai gambaran bagaimana membangun rumah dan pabrik bagi orang-orang kreatif khususnya dan industri kreatif umumnya.










·         Rumah adalah aset sekaligus investasi masa depan. Selain sebagai tempat tinggal, juga sebagai tempat untuk berkreatifitas.
·         Rumah disatukan dengan pabrik sekala rumah tangga untuk menghemat biaya tetap.
·         Merencanakan pembangunan rumah sejak awal digunakan untuk kegiatan usaha.
·         Dapat dibangun dalam jumlah banyak di satu kawasan.
·         Lantai 1 bagian depan digunakan untuk ruang tamu, ruang makan, kamar tidur utama, WC, kamar mandi, ruang cuci dan dapur.
·         Lantai 2 bagian depan digunakan untuk dua kamar.
·         Ukuran rumah disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Proporsi bagian depan dan belakang pun disesuaikan dengan kebutuhan.
·         Bagian belakang sebagai ruang serbaguna disesuaikan dengan kebutuhan produksi atau pergudangan.
·         Bale-bale depan bisa digunakan untuk kegiatan keluarga, arena bermain anak atau jika tidak diperlukan bisa dibuat garasi.
·         Bahan baku bisa dari kayu/panggung atau tembok tergantung selera dan biaya yang tersedia.
·         Dimasa depan tipe rumah ini sangat penting  untuk mempermudah kegiatan keseharian. Tipe rumah ini cocok untuk warga pedesaan dimana masih tersedia cukup lahan.
·         Secara sosiologis, tipe rumah ini turut mengurangi angka urbanisasi karena setiap anggota keluarga bisa terlibat dalam kegiatan usaha.

Pengaruh Terhadap Lingkungan
·         Polusi udara dan suara biasa terjadi jika bangunan berada dekat dengan pemukiman. Namun, pemakluman dari warga bisa diterima karena mempekerjakan warga sekitar dan berpengaruh besar bagi perekonomian keluarga mereka.
·         Polusi tanah kerap terjadi jika penanganan limbah tidak baik. Untuk itu, harus ada instalasi limbah yang baik sesuai dengan standar Kementerian Lingkungan Hidup.
·         Perubahan struktur sosial masyarakat menjadi lebih dinamis turut berpengaruh pada opini masyarakat tentang keberadaan usaha kita. Jika perusahaan tidak bisa memberikan manfaat maka mungkin saja akan ada penolakan akan keberadaan perusahaan.
·         Lalu lintas kendaraan _sebagai imbas kegiatan distribusi_ biasanya mengundang ketidaknyamanan warga yang sudah tebiasa dengan suasana pedesaan yang tenang.
·         Akan ada banyak lahan pertanian yang harus 'dikorbankan' untuk pendirian tempat usaha.

Menghindari Pengaruh Buruk
·         Penanaman pohon di sekitar lokasi dan jalan menuju lokasi bisa mengurangi polusi udara.
·         Penanganan limbah yang baik menjadi kunci utama untuk menghindari pengaruh buruk industrialisasi di pedesaan.
·         Sosialisasi usaha sebagai langkah mengurangi opini buruk warga akan usaha yang akan dan sedang berlangsung.
·         Kuota tenaga kerja per keluarga bisa juga mengurangi opini buruk para warga akan usaha yang akan dan sedang berlangsung.
·         Pola produksi yang baik turut mengurangi pengaruh buruk industrliasasi. Bahan baku tidak boleh menumpuk hingga jalan umum. Kegiatan produksi sebaiknya tidak sampai malam karena mengganggu kenyamanan.
·         Sebisa mungkin digunakan lahan yang kurang produktif untuk pendirian tempat usaha.

Senin, 07 Desember 2015

Rumah yang Ramah Lingkungan

Rumah yang ramah lingkungan sudah menjadi keharusan bagi masyarakat. Untuk itu, saya menyarankan untuk membangun rumah dengan atap panel surya untuk menyimpan energi listrik dan kolong untuk menyimpan air tanah.

Saya menyarankan untuk membangun rumah dengan atap gaya rumah tambi dari Sulawesi Tengah. Atapnya yang lebar, berguna untuk memasang panel surya dengan lebih luas apabila dibandingkan dengan atap gaya lain. Seperti terlihat di gambar, dinding lantai 2 juga bisa terpasang menjadi atap sehingga terlihat seperti rumah 1 lantai. Atap dengan sudut 600,  biasanya memakai atap gaya gantung.
Rumah seperti ini juga memiliki kolong sebagai daerah resapan.  Seperti kita tahu, air tanah memerlukan daerah resapan ketika musim hujan sebagai tabungan di kala kemarau tiba. Apalagi jika rumah dibangun di kawasan padat penduduk, kolong sebagai daerah resapan air sangat diperlukan.
Untuk bahan baku utama  bisa digunakan tembok/beton atau kayu/bambu atau juga dari keduanya. Karena ini menjadi rumah ramah lingkungan, sebaiknya seminimal mungkin menggunakan bahan yang didapat dari alam yang tidak bisa diperbarui seperti marmer, besi/baja dsb.

Sumber :
Sugiharjo, Bae, R. Bina Bangunan: Gambar-gambar Dasar Ilmu Bangunan Jilid II, Terbitan Pribadi, Yogyakarta: 1976.
Kemalasari, Sandra Rezitha, Karakteristik Rumah Adat Tambi Suku Lore Sulawesi Tengah, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. (online)

Kamis, 03 Desember 2015

Memfasilitasi Orang Kreatif di Pedesaan

Saya pernah berpikir bagaimana caranya memberikan fasilitas bagi orang-orang kreatif. Mereka butuh wadah untuk menyalurkan kreatifitas yang dimilikinya. Untuk itu, perlu adanya suatu perusahaan yang secara khusus menampung semua ‘produk kreatif’ yang mereka miliki.        
Saya pernah menonton TV yang menayangkan wawancara seorang pengrajin keramik di rumahnya. Di rumahnya, begitu nyaman untuk seorang seniman kreatif seperti dia. Berada di dataran tinggi taman yang rindang. Begitulah, rumahnya menjadi sarana untuk mencari inspirasi di tengah aktifitas kreatifnya.
Berdasarkan itu, saya terinspirasi untuk memberikan fasilitas yang sama bagi orang-orang kreatif di pedesaan. Secara teknis, belum terpikirkan bagaimana fasilitas yang harus disediakan. Namun, secara garis besar fasilitas bagi orang-orang kreatif harus memberikan kenyamanan bagi para kreator untuk berkarya.
Orang-orang kreatif ini secara karakter memang berbeda dengan orang-orang pada  umumnya. Dari segi kreatifitas mereka memiliki ciri: dorongan ingin tahu besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap  suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, menonjol dalam salah satu bidang  seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain, daya imajinasi kuat, orisinalitas tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya serta menggunakan cara-cara orisinal dalam pemecahan masalah, dapat bekerja sendiri dan senang mencoba hal-hal baru).
 Studio Khusus Anak Kreatif
Anak-anak kreatif yang bersebaran di beberapa sekolah sebaiknya dikumpulkan dalam studio yang khusus memberikan fasilitas bagi mereka. Sebelum mereka terjun di masyarakat, sebaiknya sudah ada upaya untuk menstimulan kreatifitas orang-orang kreatif sejak awal. Sering kita memperhatikan para artis yang sudah berkarya sejak kecil tetapi itu biasanya terjadi di kota-kota besar. Khusus di pedesaan, sangat jarang pihak yang bisa memfasilitasi anak-anak berbakat ini.
Apabila melihat kondisi pedesaan yang masih ‘sepi’ dari pembangunan maka saya menyarankan untuk menerapkan model pengayaan (enrichmenat) dalam mendidik anak-anak berbakat. Sebagaimana disampaikan Syamsu Yusuf  model pengayaan ini bisa dilakukan dengan memberikan tugas-tugas tambahan di luar pelajaran sekolah yang relevan dengan bidang studi yang diminatinya. Untuk itulah studio anak kreatif ini ada. Anak-anak kreatif akan mengaktualisasikan dirinya di tempat yang membuat mereka nyaman dan bebas untuk berekspresi tanpa adanya tekanan dari lingkungan sekitarnya.    
Proses Kreatif Perlu Sarana Khusus
Proses kreatif adalah proses perubahan, proses pertumbuhan, proses evolusi dalam organisasi dari kehidupan subjektif. Jiwa kreator yang telah memprakarsai kegiatan evolusi tersebut dan sebagian banyak menyelesaikannya, bisa bersemayam hanya dalam diri manusia yang gandrung dengan evolusi itu, yang sangat memperhatikannya. Sebagai manusia, kita kadang tidak memahami mengapa begitu banyak perubahan terjadi. Terkadang, kita tidak tahu darimana awal dari perubahan itu. Orang-orang kreatif inilah yang sangat berperan bag perubahan itu.
Biasanya usaha-usaha mereka itu jarang sekali mendapat dukungan dari masyarakat, bahkan seringkali malah mendapat rintangan. Orang-orang kreatif memang terlihat ‘unik’ di tengah masyarakat. Dengan alasan itu, harus ada sarana yang bisa ‘merangkul’ mereka karena bagaimana pun mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sikap pengertian dibutuhkan bagi mereka, bagaimana pun mereka asset bagi lingkungan sekitarnya.
Pihak yang bisa merangkul itu biasanya perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif. Industri ini menjadi andalan Pemerintah Indonesia untuk bisa bersaing dengan produk-produk impor. Apabila banyak desa menghasilkan produk-produk kreatif, saya yakin maka ketimpangan perdagangan antar negara tidak akan terjadi  dalam perdagangan bebas.
Industri kreatif mempunyai cara unik untuk merangsang para pegawainya dalam berkreatifitas. Berbeda dengan perusahaan pada umumnya, industri kreatif sangat menekankan pada kreatifitas sumber daya manusia. Bagi industri kreatif, tidak akan ada faedahnya berinvestasi begitu banyak pada berbagai asset jika tidak bisa menginvestasikan sumber daya manusia.
Bagi orang-orang kreatif perlu ada sarana yang bisa ‘menyegarkan’ pikiran. Rumah, sarana rekreasi, kantor yang nyaman, sarana olahraga dan lainnya menjadi suatu keharusan demi kenyamanan. Dalam industri kreatif, imajinasi dari otak seorang manusia sangat berharga bila dibandingkan dengan sarana yang diinvestasikan. Bahkan, tempat untuk ‘berhening’ juga berupa investasi  berharga bagi produktifitas dalam industri kreatif.
Fasilitas pemasaran produk yang bisa menfasilitasi pemasaran karya para kreator juga sebaiknya dipersiapkan. Terkadang, orang-orang kreatif ini ‘tidak punya waktu’ untuk memikirkan bagaimana memasarkan produknya. Perusahaan khusus yang dimaksud sebaiknya memiliki visi untuk memasarkan produk para kreator seluas mungkin. 
Apabila dahulu pedesaan terfokus pada usaha tani dan turunannya, maka di kemudian hari industri kreatif diharapkan bisa menjadi andalan. Sumber daya manusia pedesaan tidaklah harus bertebaran ke banyak daerah, mereka bisa ‘memproduksi’ hasil pemikirannya sendiri dari tanah kelahirannya.

Sumber:

Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Imtima, Bandung: 2009.

Selasa, 17 November 2015

Pelatihan Sumber Daya Manusia di Pedesaan (Bagian 2)

 Pelatihan sumber daya manusia di pedesaan mutlak harus dilakukan. Ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat desa untuk menyesuaikan dengan laju perubahan zaman. Untuk itu, harus ada prinsip-prinsip yang bisa menjadi pegangan dalam melaksanakan pelatihan.

Pendekatan Pelatihan Dalam Pembangunan
Permasalahan mendasar di pedesaan adalah SDM. Namun, apa permasalahan sumber daya manusia di pedesaan belumlah jelas. Perlu adanya identifikasi secara mendalam mengenai situasi sumber daya manusia di setiap desa. Akan ada perbedaan antara satu desa dengan desa lainnya.  Hal terlihat secara kasat mata adalah adanya kemandegan pembangunan di pedesaan. Apakah ini berarti warga desa sendiri enggan untuk membangun desanya?
Strategi yang perlu dibangun untuk meningkatkan kualitas SDM di pedesaan adalah dengan pemberdayaan warga. Pemberdayaan dilakukan dengan memotifasi individu untuk meningkatkan kemampuannya dan menentukan jalan hidupnya. Pemberdayaan ditujukan kepada warga desa dengan cara membangun mental dan spiritualnya agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini bisa dilakukan dalam bentuk pelatihan bagi warga desa.
Sebelum melakukan pemberdayaan yang dimaksud harus ada tujuan yang jelas mengenai pembangunan yang diinginkan oleh warga desa. Akan ada perbedaan antara desa yang masih menjadikan pertanian sebagai sumber utama mata pencaharian warganya dengan desa industri sebagai sumber pendapatan utama warganya. Untuk itu, perlu adanya pendekatan dalam proses pemberdayaan itu. Pendekatan pelatihan yang dimaksud harus bisa memaksimalkan potensi desa dan warganya sehingga bisa tercapai pembangunan yang diharapkan.
Dari beberapa pendekatan yang ada, saya setuju apabila pelatihan di desa-desa dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan ini berpatokan pada beberapa hal:
1.    Manusia adalah  pelaku dan pelaksana pembangunan;
2.    Menguasai permasalahan pembangunan dan pemecahannya;
3.    Menjadikan pelaku pembangunan sebagai subjek pembangunan.
Pendekatan pemecahan masalah dianggap cocok dengan kultur pedesaan yang “guyub”. Warga sebagai subjek pembangunan diajak untuk mengidentifikasi permasalahannya sendiri kemudian diajak untuk memecahkannya. Pendekatan pemecahan masalah bisa menjadi refleksi bagi setiap individu akan kapasitasnya masing-masing dalam proses pembangunan. Dengan begitu, pendekatan ini menganggap warga memiliki kemampuan dan  minat yang berbeda-beda. Dalam prakteknya, pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan setiap warga. Meski pun berbeda-beda, semua itu diharapkan akan berakhir pada tujuan bersama.
Ada 5 dimensi yang harus diperhatikan dalam memberikan pelatihan bagi warga desa yakni dimensi kemampuan, dimensi kelancaran, dimensi konsultasi, dimensi kerjasama dan dimensi membimbing. Kelima dimensi ini saling menguatkan satu sama lain. Kelimanya penting untuk diperhatikan sebagai upaya untuk menjadikan para peserta pelatihan para subjek pembangunan bukan sebagai objek pembangunan.  
Pelatihan sumber daya manusia di pedesaan sebaiknya memperhatikan dimensi kemampuan (enabling) dimana setiap individu mengetahui kemampuan dirinya. Apabila mereka mengetahuinya, dibimbing untuk menempatkan diri dimana seharusnya kemampuannya dimaksimalkan. Hanya saja, warga juga mesti memahami bahwa akan ada tantangan dan hambatan untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
Pelatihan juga harus memperhatikan dimensi kelancaran (facilitating) dan dimensi konsultasi (consultating) dimana warga diajak berkonsultasi atas masalah yang sedang dihadapi. Para pelatih/trainer bukanlah sebagai sosok yang ’serba tahu’ dan ‘serba bisa’ sehingga tidak ada sikap menggurui. Warga diajak berbicara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Dimensi kerjasama (collaborating) dan dimensi membimbing (mentoring) juga perlu diperhatikan karena sebenarnya para pelatih/trainer sebetulnya sedang bekerjasama untuk menyelesaikan masalah masyarakat bukan sebagai ‘Sinterklas’ yang datang memberikan ’hadiah’ bagi para warga.  
Dalam tulisan ini, saya kemukakan salah satu contoh terkenal di dunia yang telah sukses mendirikan program pembinaan warga pedesaan. Di Bangladesh, ada seorang Profesor yang telah membangun Grameen Bank (Bank Desa) dimana dia fokus membantu warga desa menyelesaikan permasalahan mereka sendiri. Dari sekian banyak prinsip yang dipegangnya, ada prinsip mendasar yang kiranya perlu diterapkan dalam usaha pelatihan bagi warga pedesaan di negeri kita.
Muhammad Yunus berpendapat bahwa warga pedesaan tidak perlu diberikan pelatihan formal. Dia menerapkan pendekatan pemecahan masalah masing-masing individu warga desa. Dengan begitu, secara simultan permasalahan pedesaan yang lebih besar bisa terpecahkan. Yunus yakin bahwa semua manusia memiliki keterampilan bawaan lahir. Dia menyebutnya keterampilan bertahan hidup. Warga desa tidak perlu diajari cara bertahan hidup, mereka sudah tahu bagaimana caranya. Jadi, daripada membuang waktu mengajari mereka keterampilan baru, lebih baik memanfaatkan semaksimal   mungkin keterampilan yang sudah dimiliki. Pelatihan formal tidaklah perlu dipaksakan. Pelatihan seharusnya ditawarkan hanya saat mereka secara aktif mencarinya.
Program pelatihan bagi warga desa sebaiknya tidak menekankan pada pelatihan teknis. Malahan, warga desa perlu dimotifasi untuk membangun dirinya sendiri dan lingkungannya dengan bakat alami yang telah mereka miliki. Hal yang bersifat teknis, akan mereka pelajari  sendiri apabila dirasa perlu. Bahkan, diantara warga sendiri ada kegiatan saling bertukar pengetahuan.
Saya menyimpulkan, bahwa pendekatan apa pun yang akan   dilakukan warga desa harus memahami tujuan dari pelatihan yang diberikan. Terutama anak muda, warga desa harus memiliki impian akan masa depan desa sendiri. Apabila hal itu tidak ada, pelatihan itu kiranya tidak akan bertahan lama dan berkesinambungan. Malahan, warga hanya akan menganggap semua pelatihan yang akan diberikan sebagai ‘formalitas’ belaka.


Sumber :
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, Marjin Kiri, Depok: 2007. Hal. 141-143
Grendi Hendrastomo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, FISE-UNY, (online).

Muhammad Saeful Anwar, Membangun Ekonomi Pedesaan Melalui Strategi Konvensional, FISIP-Unjani, (online).

Kamis, 12 November 2015

Pelatihan Sumber Daya Manusia di Pedesaan (Bagian 1)

Pelatihan sumber daya manusia di pedesaan mutlak harus dilakukan. Ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat desa untuk menyesuaikan dengan laju perubahan zaman. Untuk itu, harus ada prinsip-prinsip yang bisa menjadi pegangan dalam melaksanakan pelatihan.

Pelatihan untuk Perubahan Masyarakat
Terdapat beberapa pandangan yang berbeda terhadap perubahan yang menjadi fenomena alamiah dalam kehidupan masyarakat (perorangan, kelompok, lembaga dan komunitas). Pandangan pertama menyatakan bahwa perubahan merupakan hakekat kehidupan sehingga realitas atau kenyataan yang tetap berlangsung secara terus-menerus dalam kehidupan masyarakat adalah perubahan itu sendiri. Pandangan kedua menyatakan bahwa pada umumnya tidak ada seseorang yang menginginkan perubahan dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya pada suatu lembaga  dimana ia bertugas atau bekerja.
Pandangan Pertama
Menurut Rogers (1985) masyarakat pada umumnya berubah dari kategori masyarakat ekonomi agraris ke masyarakat ekonomi industri dan kemudian ke masyarakat ekonomi informasi.
Pada masyarakat ekonomi agraris, yang diduga mulai sekitar sepuluh ribu tahun yang lalu, fokus kegiatan masyarakat adalah (1) untuk memenuhi kebutuhan dasar, terutama pangan, (2) pekerjaan lebih mengandalkan kemampuan fisik dengan menggunakan alat-alat sederhana, bukan alat berwujud mesin, (3) kegiatan penduduk di bidang pertanian sehingga sebagian besar penduduk adalah petani, (4) komunikasi dilakukan melalui media satu arah, dan (5) sumber daya utama masyarakat adalah lahan pertanian.
Pada masyarakat ekonomi industri, yang dimulai di Inggris tahun 1750 sejak penemuan mesin uap, ditandai oleh (1) zone-zone perkembangan industri yang makin meluas, (2) sumber daya utama adalah energi dan modal utamanya adalah uang dan alat-alat canggih, (3) konsentrasi pekerjaan adalah di pabrik-pabrik dan sebagian terbesar tenaga kerja ialah buruh di pabrik, (4) teknologi dasar adalah mesin, dan pabrik baja sebagai institusi pemicu kemajuan, serta (5) komunikasi menggunakan media elektronika satu arah seperti radio, televisi dan film.
Pada masyarakat ekonomi informasi, yang dimulai di Amerika Serikat sekitar tahun limapuluhan, ditandai oleh : (1) kebutuhan yang makin besar terhadap sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi, (2) lapangan pekerjaan yang dominan adalah di bidang informasi, (3) teknologi dasar yaitu elektronik dan komputer, (4) lembaga pemicu kemajuan adalah univeristas riset, dan (5) komunikasi antar manusia menggunakan teknologi komunikasi informasi yang interaktif.
Ketiga tingkatan perubahan masyarakat di atas mempunyai implikasi terhadap kegiatan pelatihan. Pada masyarakat ekonomi agraris, pelatihan berpusat pada pelatih sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran. Sumber-sumber lain kurang memadai sehingga interaksi pembelajaran sangat tergantung pada keterampilan pelatih secara perorangan. Bahan belajar dalam pelatihan dianggap sebagai alat bantu bagi pelatih. Interaksi pembelajaran dalam pelatihan  mirip dengan  “banking system”, yaitu kegiatan pelatih mendepositokan pengetahuannya ke dalam otak peserta pelatihan yang dianggap sebagai penerima deposito (deposan). Pembelajaran dalam pelatihan dipandang sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta pelatihan yang memenuhi syarat dan telah diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu. Pembelajaran dilakukan oleh pelatih untuk peserta pelatihan.
Pada masyarakat ekonomi industri, pelatihan berpusat pada kurikulum atau program pelatihan. Bahan belajar dalam pelatihan bervariasi dan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti pelatih, perpustakaan, media massa khususnya internet dan lingkungan sekitar. Proses pembelajaran lebih banyak menggunakan media dan teknologi pembelajaran. Peranan pelatih sama pentingnya dengan peranan pembimbing, nara sumber teknis dan tenaga kependidikan lainnya. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan lembaga penyelenggara pelatihan dan lingkungannya.  Pembelajaran merupakan proses penyebaran keterampilan, pengetahuan, nilai-nilai dan teknologi tertentu kepada peserta pelatihan sebanyak mungkin. Proses pembelajaran dalam pelatihan dilaksanakan oleh pelatih bersama peserta pelatihan.
Pada masyarakat ekonomi informasi, kurikulum pelatihan berpusat pada kebutuhan peserta pelatihan. Bahan pembelajaran yang berbentuk informasi melimpah, mudah diperoleh dan terdapat di mana-mana. Pembelajaran dalam pelatihan dilakukan melalui komunikasi interaktif. Peserta pelatihan diberi kebebasan untuk menggunakan berbagai sumber belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Informasi adalah mendunia dan bahan pembelajaran dikaitkan dengan kepentingan kehidupan peserta didik pada era global. Peserta pelatihan dapat memaksimalkan penggunaan sumber informasi internasional melalui jaringan informasi seperti internet melalui e-learning (electronic learning) dan/atau u-learning (ubiqouitus learning). Pembelajaran menekankan pada aktifitas peserta pelatihan, sedangkan pelatih berperan sebagai fasilitator. Pelatihan menggunakan pendekatan individual dalam pembelajaran untuk peserta pelatihan yang bersifat masal.     
Pandangan Kedua
Pandangan kedua menyatakan bahwa pada umumnya tidak ada seseorang yang menginginkan perubahan dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya pada suatu lembaga di mana ia bertugas atau bekerja. Seseorang cenderung menyenangi perubahan pada pihak lain yang dapat membantu atau mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dan kepusan dirinya. Pada kondisi ini cenderung tidak ada karyawan bahkan seseorang staf manajer dalam suatu lembaga, mengharapkan suatu perubahan atau menginginkan supaya tugas dan pekerjaannya berbeda dengan yang biasa ia lakukan. Perubahan pun hanya menjadi buah bibir (lip-service) dalam kehidupan di lingkungan kerja dan masyarakat.
Menurut McGregor, yang memperkenalkan Teori X dan Teori Y, menyatakan bahwa terdapat dua pandangan terhadap orang-orang yang terlibat dalam suatu lembaga.
Teori X berasumsi bahwa karakteristik umum orang yang terlibat dalam lembaga adalah: (1) keinginan untuk bekerja seringan mungkin dan bertahan untuk tidak berubah, (2) supaya  pekerjaan dapat sesuai dengan keinginan lembaga maka mereka harus dimotifasi, diberi ganjaran dan hukuman, dan selalu diawasi, (3) orang-orang lebih mementingkan dirinya sendiri dan cenderung untuk mengabaikan  tugas pekerjaannya.
Sedangkan Teori Y berasumsi bahwa orang yang terlibat dalam lembaga memiliki ciri umum yaitu : (1) tidak dengan sendirinya kurang menyenangi kerja, (2) mereka mempunyai potensi untuk bertanggung jawab yang perlu didorong dalam kegiatan bersama, dan (3) pemenuhan kebutuhan sosial, pengakuan dan pengembangan diri dapat dicapai melalui kerja kelompok.
Pelatihan dapat digunakan untuk mengubah perilaku orang-orang yang memiliki kedua karakteristik tersebut  dalam lembaga, walaupun upaya merubah perilaku manusia yang memiliki ciri-ciri yang digambarkan Teori X dianggap lebih sulit dibandingkan dengan mengubah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagaimana digambarkan dalam Teori Y.


(Sumber : Djudju Sudjana, Pendidikan dan Pelatihan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Imtima: Bandung: 2009. ) 

Selasa, 10 November 2015

Pemimpin : Penentu Tujuan Pembangunan

Menentukan tujuan pembangunan memang bukanlah perkara yang mudah. Harus ada keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin mengenai tujuan apa yang hendak dicapai. Maka dari itu, ada beberapa syarat supaya bisa menjadi ‘penentu keputusan yang bisa diandalkan’.

Apakah Kepemimpinan?
Tidaklah heran jika para pemimpin mendapat kesulitan untuk mengatur beberapa kelompok manusia agar menjalankan fungsinya tanpa pertikaian mengenai pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Setiap orang masing-masing memiliki kekuatan di dalam dirinya sendiri yang sulit untuk diselaraskan, bahwa sekalipun ia diletakan di dalam situasi dimana paling mudah untuk menyusun keharmonisan. Jika reaksi pikiran setiap individu berada didalam keadaan dimana unit-unit jiwanya tidak bisa dielaraskan dengan mudah coba pikirkan betapa sulitnya untuk menyelaraskan kelompok pikiran-pikiran sedemikian rupa hingga bekerja sama sebagai suatu kesatuan.
Pemimpin yang sukses mengembangkan dan mengarahkan energi suatu grup mastermind pasti memiliki kebijaksanaan, kesabaran, kegigihan, kepercayaan pada diri sendiri, pengetahuan tinggi mengenai reaksi pikiran dan kemampuan untuk menyesuaikan diri (dalam keadaan keseimbangan sempurna dan harmonis) hingga bisa dengan cepat mengubah keadaan tanpa memperlihatkan marah atau jengkel.
Berapa banyakkah mereka yang bisa termasuk di dalamnya?
Pemimpin yang sukses memiliki kemampuan untuk mengubah warna pikirannya, seperti bunglon, untuk menyesuaikan diri dengan setiap situasi yang timbul sehubungan dengan kepemimpinannya. Lebih lagi, di harus memiliki kemampuan untuk mengubah suatu suasana hati ke suatu hati lainnya tanpa memperlihatkan tanda-tanda marah atau kurang pengendalian diri sedikitpun. Pemimpin yang berhasil dan sukses harus memahami Tujuh Belas Prinsip Pengetahuan Keberhasilan Pribadi dan mampu mempraktekan dalam berbagai kombinasi kapanpun diperlukan.
Tujuh Belas Prinsip Pengetahuan Keberhasilan Pribadi tersebut adalah : (1) Tujuan yang tertentu, (2) prinsip kekuatan mastermind, (3) kepercayaan yang dipraktekan, (4) pribadi yang menyenangkan, (5) melangkah sedikit lebih jauh, (6) inisiatif pribadi, (7) disiplin pribadi, (8) perhatian yang terkontrol, (9) semangat, (10) imajinasi, (11) belajar dari kemalangan, (12) pemakaian waktu dan uang, (13) cara berpikir yang positif, (14) pikiran yang tepat, (15) kesehatan tubuh yang segar dan bugar, (16) kerjasa sama, (17) kekuatan alam yang terus-menerus.
Tanpa kemampuan ini, tidak ada pemimpin bisa  berkuasa, dan tanpa kekuasaan, tidak ada pemimpin yang bisa bertahan lama.[1]

Menentukan Tujuan
Suatu tujuan ialah setiap kondisi, jika sudah tercapai, akan menghilangkan akibat-akibat dari situasi yang tidak diingini. Suatu tujuan bisa saja sebagai suatu usaha untuk melepaskan dari dari suatu situasi tertentu. Bagaimanapun, tidak peduli bagaimana kita menggambarkan tujuan itu, tujuan itu mestilah dianggap sebagai suatu hasil dari seorang yang mencarinya, karena dia tidak merasa senang untuk tetap berada dalam statusnya yang lama. Seorang pemecah problema yang baik akan melaksanakan proses pemilihan tujuan itu dengan efektif.  Bahkan beberapa problema justru dapat dipecahkan tepat dalam hal ini.
Dalam menghadapi problema, langkah yang paling penting yang harus dilakukan ialah menyusun tujuan. Disinilah komunikasi itu memainkan suatu peranan yang sangat penting. Walaupun penyusunan atau penentuan tujuan itu mungkin dilakukan secara sendirian, kita sangat sering mendiskusikan dan menentukan tujuan-tujuan itu dengan orang lain. Hal ini memerlukan keterampilan komunikasi yang baik, istimewa keterampilan berbicara dan mendengarkan.
Pandangan-pandangan dan pendapat-pendapat yang dipunyai seseorang hanya dapat dipengaruhi, jika pandangan dan pendapat-pendapat itu dikomunikasikan dan diterima dengan sepantasnya. Untuk menyusun atau menentukan tujuan-tujuan dan memecahkan problema-problema itu sekaligus, kita mestilah tetap siaga terhadap faktor-faktor yang dapat memperlancar atau menghambat komunikasi.
Ada paling sedikit pertanyaan kunci yang harus ditanyakan tentang suatu tujuan. Apakah itu dikehendaki? Dapatkah dicapai? yang pertama adalah lebih penting; jika tujuan itu bukanlah sesuatu yang meringankan atau menghilangkan ketegangan-ketegangan yang anda alami, maka adalah tidak begitu berguna untuk menanyakan pertanyaan kedua. Anda haruslah menjawab pertanyaan pertama dengan segera  dalam proses pemecahan problema. Pertanyaan kedua barulah barulah kemudian.
Terlalu banyak tujuan-tujuan yang diingini sudah disisihkan, karena para pemimpin terlalu malas atau tidak cekatan untuk mengatasi pengaruh yang negatif dari pendapat-pendapat yang biasa, seperti, “Hal itu tak dapat dilakukan!” atau “ Sudah ktia coba sekali, dan tidak berhasil!”. Kita semua sadar akan begitu banyak hal – hal dan benda  yang sudah menjadi rutin sekarang ini, tapi kemarin atau waktu dulu dianggap “tidak dapat dilakukan” atau seperti tidak mungkin. Adalah jauh lebih baik untuk berbuat kesalahan dengan mencoba yang nampaknya tidak mungkin tapi dikehendaki, daripada menolaknya begitu saja.
Dengan meringkasnya, di bawah ini ada lima alasan yang biasa, mengapa penyusunan dan penetapan tujuan itu sering dilakukan dengan tidak baik.
1. Tujuan-tujuan dibuat terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2. Tujuan-tujuan tidak sepantasnya disetujui atau tidak cukup dikomunikasikan.
3. Tujuan-tujuan diterima dengan begitu saja tanpa kritik.
4.  Tidak ada komitmen yang betul-betul dilakukan terhadap tujuan-tujuan yang dinyatakan.
5. Tujuan-tujuan yang lama tidak diperbaharui.[2]



[1] Napoleon Hill dan E. Harold Keown, Sukses dan Berhasil Melalui Keyakinan, Cahaya Abadi, 1978,
[2] James G. Robbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, Tulus Jaya, Jakarta: 1982.

Sabtu, 07 November 2015

Pendidikan Holistik-Humanistik untuk Meningkatkan Kesadaran Pembangunan Perdesaan

Kesadaran pembangunan di perdesaan tidaklah timbul begitu saja. Perlu adanya upaya sistematis untuk meningkatkan kesadaran membangun diantara warga desa. Dari berbagai upaya itu, ada salah satu cara yang bisa dianggap efektif yakni dengan menerapkan prinsip pendidikan holistik-humanistik yang dimulai sejak dini.

Pendidikan Holistik dan Humanisitik
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam dan nilai-nilai spiritual. Pendidikan ini penting bagi memastikan setiap individu merasai dan menikamti kehidupan mereka serta meghargai dan menilai semua pembelajaran, potensi dalaman seperti kecerdikan, kreatifitas dan nilai-nilai kerohanian. Pandangan humanistik (human = manusia) adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri.
Ada lima dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu :
1.    Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
2.    manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya;
3.    manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain;
4.    manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggungjawab atas pilihan-pilihannya;
5.    manusia memiliki kesadaran dan sengaja mencari makna, nilai dan kreatifitas.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan pengagungan dan cinta orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi dua yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being): 1) Keterbukaan pada pengalaman; 2) kehidupan eksistensial; 3) kepercayaan terhadap organisme sendiri; 4) perasaan bebas; 5) kreatifitas.
Keterbukaan pada pengalaman, orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian, ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
Kehidupan eksistensial, kualitasdari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
Perasaan bebas. Orang yang sehat secara psikologis dapat membua suatu pilihan tanpa adanya “paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan” antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
Kreatifitas. Keterbukaandiri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreatiftias dengan ciri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
 Psikologi humanistik berjasa besar dalam bidang pendidikan. Psikologi humanistik menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal.
Prinsip-prinsip belajar yang humanisti, meliputi hasrat untuk belajar, belajar berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri dan belajar untuk perubahan.  
a. Hasrat untuk belajar. Manusia mempunyai hasrat untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabial diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas  humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang berarti. Belajar akan mempunyaiarti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak-anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar tanpa ancaman. Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancar manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri. Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memlilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motifasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar”(to leran how to learn). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung dan percaya pada diri sendiri.  Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian.
e. Belajar dan perubahan. Prinsip terakhir ialah bahwa pelajar yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
... 
Prinsip ini tidak hanya berlaku pada pendidikan di sekolah reguler. Prinsip ini juga berlaku pada setiap bentuk pendidikan_ formal-informal, pelatihan hingga pengembangan sumberdaya manusia di perusahaan_. Semoga saja prinsip ini menjadi acuan bagi setiap bentuk pendidikan di pedesaan.


(Sumber : Makalah Psikologi Holistik dan Humanistik, slideshare.net)