Menentukan
tujuan pembangunan memang bukanlah perkara yang mudah. Harus ada keputusan yang
diambil oleh seorang pemimpin mengenai tujuan apa yang hendak dicapai. Maka
dari itu, ada beberapa syarat supaya bisa menjadi ‘penentu keputusan yang bisa
diandalkan’.
Apakah
Kepemimpinan?
Tidaklah
heran jika para pemimpin mendapat kesulitan untuk mengatur beberapa kelompok
manusia agar menjalankan fungsinya tanpa pertikaian mengenai pencapaian tujuan
yang telah ditentukan. Setiap orang masing-masing memiliki kekuatan di dalam
dirinya sendiri yang sulit untuk diselaraskan, bahwa sekalipun ia diletakan di
dalam situasi dimana paling mudah untuk menyusun keharmonisan. Jika reaksi
pikiran setiap individu berada didalam keadaan dimana unit-unit jiwanya tidak
bisa dielaraskan dengan mudah coba pikirkan betapa sulitnya untuk menyelaraskan
kelompok pikiran-pikiran sedemikian rupa hingga bekerja sama sebagai suatu
kesatuan.
Pemimpin
yang sukses mengembangkan dan mengarahkan energi suatu grup mastermind pasti
memiliki kebijaksanaan, kesabaran, kegigihan, kepercayaan pada diri sendiri,
pengetahuan tinggi mengenai reaksi pikiran dan kemampuan untuk menyesuaikan
diri (dalam keadaan keseimbangan sempurna dan harmonis) hingga bisa dengan
cepat mengubah keadaan tanpa memperlihatkan marah atau jengkel.
Berapa
banyakkah mereka yang bisa termasuk di dalamnya?
Pemimpin
yang sukses memiliki kemampuan untuk mengubah warna pikirannya, seperti
bunglon, untuk menyesuaikan diri dengan setiap situasi yang timbul sehubungan
dengan kepemimpinannya. Lebih lagi, di harus memiliki kemampuan untuk mengubah
suatu suasana hati ke suatu hati lainnya tanpa memperlihatkan tanda-tanda marah
atau kurang pengendalian diri sedikitpun. Pemimpin yang berhasil dan sukses
harus memahami Tujuh Belas Prinsip Pengetahuan Keberhasilan Pribadi dan mampu
mempraktekan dalam berbagai kombinasi kapanpun diperlukan.
Tujuh
Belas Prinsip Pengetahuan Keberhasilan Pribadi tersebut adalah : (1) Tujuan
yang tertentu, (2) prinsip kekuatan mastermind, (3) kepercayaan yang
dipraktekan, (4) pribadi yang menyenangkan, (5) melangkah sedikit lebih jauh,
(6) inisiatif pribadi, (7) disiplin pribadi, (8) perhatian yang terkontrol, (9)
semangat, (10) imajinasi, (11) belajar dari kemalangan, (12) pemakaian waktu
dan uang, (13) cara berpikir yang positif, (14) pikiran yang tepat, (15)
kesehatan tubuh yang segar dan bugar, (16) kerjasa sama, (17) kekuatan alam
yang terus-menerus.
Tanpa
kemampuan ini, tidak ada pemimpin bisa
berkuasa, dan tanpa kekuasaan, tidak ada pemimpin yang bisa bertahan
lama.[1]
Menentukan Tujuan
Suatu
tujuan ialah setiap kondisi, jika sudah tercapai, akan menghilangkan
akibat-akibat dari situasi yang tidak diingini. Suatu tujuan bisa saja sebagai
suatu usaha untuk melepaskan dari dari suatu situasi tertentu. Bagaimanapun,
tidak peduli bagaimana kita menggambarkan tujuan itu, tujuan itu mestilah
dianggap sebagai suatu hasil dari seorang yang mencarinya, karena dia tidak
merasa senang untuk tetap berada dalam statusnya yang lama. Seorang pemecah
problema yang baik akan melaksanakan proses pemilihan tujuan itu dengan
efektif. Bahkan beberapa problema justru
dapat dipecahkan tepat dalam hal ini.
Dalam
menghadapi problema, langkah yang paling penting yang harus dilakukan ialah
menyusun tujuan. Disinilah komunikasi itu memainkan suatu peranan yang sangat
penting. Walaupun penyusunan atau penentuan tujuan itu mungkin dilakukan secara
sendirian, kita sangat sering mendiskusikan dan menentukan tujuan-tujuan itu
dengan orang lain. Hal ini memerlukan keterampilan komunikasi yang baik,
istimewa keterampilan berbicara dan mendengarkan.
Pandangan-pandangan
dan pendapat-pendapat yang dipunyai seseorang hanya dapat dipengaruhi, jika
pandangan dan pendapat-pendapat itu dikomunikasikan dan diterima dengan
sepantasnya. Untuk menyusun atau menentukan tujuan-tujuan dan memecahkan
problema-problema itu sekaligus, kita mestilah tetap siaga terhadap
faktor-faktor yang dapat memperlancar atau menghambat komunikasi.
Ada
paling sedikit pertanyaan kunci yang harus ditanyakan tentang suatu tujuan. Apakah
itu dikehendaki? Dapatkah dicapai? yang pertama adalah lebih penting;
jika tujuan itu bukanlah sesuatu yang meringankan atau menghilangkan
ketegangan-ketegangan yang anda alami, maka adalah tidak begitu berguna untuk
menanyakan pertanyaan kedua. Anda haruslah menjawab pertanyaan pertama dengan
segera dalam proses pemecahan problema.
Pertanyaan kedua barulah barulah kemudian.
Terlalu
banyak tujuan-tujuan yang diingini sudah disisihkan, karena para pemimpin
terlalu malas atau tidak cekatan untuk mengatasi pengaruh yang negatif dari
pendapat-pendapat yang biasa, seperti, “Hal itu tak dapat dilakukan!” atau “
Sudah ktia coba sekali, dan tidak berhasil!”. Kita semua sadar akan begitu
banyak hal – hal dan benda yang sudah
menjadi rutin sekarang ini, tapi kemarin atau waktu dulu dianggap “tidak dapat
dilakukan” atau seperti tidak mungkin. Adalah jauh lebih baik untuk berbuat
kesalahan dengan mencoba yang nampaknya tidak mungkin tapi dikehendaki,
daripada menolaknya begitu saja.
Dengan
meringkasnya, di bawah ini ada lima alasan yang biasa, mengapa penyusunan dan
penetapan tujuan itu sering dilakukan dengan tidak baik.
1. Tujuan-tujuan dibuat terlalu tinggi
atau terlalu rendah.
2. Tujuan-tujuan tidak sepantasnya
disetujui atau tidak cukup dikomunikasikan.
3. Tujuan-tujuan diterima dengan begitu
saja tanpa kritik.
4. Tidak ada komitmen yang betul-betul dilakukan
terhadap tujuan-tujuan yang dinyatakan.
5. Tujuan-tujuan yang lama tidak
diperbaharui.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...