Minggu, 13 September 2020

Investasi Pengetahuan

 

Siput di halaman rumah.

Pengetahuan bukan sekedar apa yang kita tahu dari buku. Pengetahuan juga berasal dari sekitar kita.

Saya selalu berpikir jika buku bukan lagi satu-satunya "kitab rujukan" bagi pengetahuan kita. Apabila masih ada dalam pikiran kita jika apa yang terjadi di sekitar adalah hal biasa, maka  pikiran itu perlu dikoreksi. 

Apa yang kita anggap angin lalu dimasa lalu maka dimasa depan akan menjadi sumber kehidupan. Saat ini, Abad 21 bisa disebut juga sebagai Abad Pengetahuan. Modal kehidupan bukan hanya bicara tentang uang dan sumberdaya alam yang luas. Pengetahuan yang terorganisir juga menjadi kapital bagi perubahan peradaban.

Bisa dipahami jika banyak yang menganggap begitu. Karena, ketika sumberdaya alam yang semakin sedikit diperebutkan oleh begitu banyak orang maka setiap orang akan kebagian sedikit sekali.

Saya mengalami sendiri bagaimana keluarga kami tidak kebagian tanah untuk sekedar menanam bahan pangan. Sawah yang digarap oleh Bapa saya juga itu milik orang lain. Lalu, jika begitu apa yang bisa kami investasikan untuk anak cucu?

Jawabannya, ada pada filosofi siput. Siput sangat lambat dalam bergerak. Tetapi, katanya siput adalah makhluk di bumi yang belum punah padahal dia binatang yang sudah hadir di bumi jauh sebelum manusia ada.

Keterlambatan siput malah menjadi cara dia untuk bertahan hidup. Siput tidak tergesa-gesa untuk menjadi makhluk yang unggul di muka bumi. Tapi, berhasil bertahan dengan menyebarkan pengaruhnya dalam radius yang tidak terlalu luas.

Sebagai orang desa, berinvestasi pengetahuan tentang sekitarnya yang tidak terlalu luas bisa menjadi bekal untuk bertahan. Pengetahuan tidak harus selalu sesuatu yang luas dan diluar jangkauan, karena bisa jadi kebingungan antara realita dan kata-kata semata.