Kamis, 31 Juli 2014

Persiapan Memasuki Dunia Kerja

Sumber : ayahkita.blogspot.com
Ketika para remaja mulai menginjak  dunia kerja maka mereka dihadapkan pada situasi untuk memilih.  Anak-anak SMA yang baru menyelesaikan Ujian Nasional biasanya ‘dibingungkan’ dengan bagaimana cara mereka memilih profesi yang akan dijalani. Wajar saja kebingungan itu terjadi karena tidak adanya program baku yang secara khusus mengenalkan para siswa untuk mengenal dunia kerja.
Anak muda di pedesaan memang memiliki perbedaan cara pandang dalam memilih profesi tidak selayaknya kebanyakan anak muda di perkotaan. Jika di perkotaan tersedia banyak macam profesi untuk dipilih, maka anak muda desa tidak punya banyak pilihan kecuali mereka harus berurbanisasi. Kata kunci dari penyelesaian problematika ini adalah kebingungan.
Sebagai orang tua, selayaknya bisa menuntun anak-anak remaja yang mulai beranjak dewasa untuk memberikan gambaran profesi yang sudah ada atau bahkan belum ada. Proses ini seperti menjembatani dua dunia yakni dunia sekolah dan dunia kehidupan bermasyarakat. Para remaja harus dipahamkan bahwa ada realita yang lumrah terjadi dalam kehidupan bermasyarakat yakni ‘memilih peran individu dalam kehidupan kolektif’.
Berdasarkan yang saya alami, tidak banyak orang tua yang bisa menjembatani hal ini. Remaja masih berada dalam kebingungan untuk menentukan pilihan. Kita tidak dibawa kedalam suatu realita bermasyarakat. Yang terjadi, malahan didoktrin dengan ‘kewajiban seseorang untuk bekerja’. Karena dianggapnya sebagai kewajiban, kita sebagai remaja seperti menyesali kehidupan karena tidak diberi pilihan. Ketika pekerjaan yang didapatkan tidak memuaskan, kita kan tidak bisa menyalahkan orang tua.
Untuk itu, pemahaman akan peran individu dalam kehidupan kolektif menjadi semacam pokok bahasan dalam penyampaian pelatihan persiapan kerja di sekolah-sekolah. Saya berharap bahwa doktrin-doktrin dan tradisi yang menyiutkan nyali manusia harus sudah dihapuskan. Mendapatkan pekerjaan bukanlah takdir yang begitu saja diterima tetapi sebagai suatu proses pengenalan diri akan peran apa yang sedang kita mainkan.
Pelatihan persiapan kerja yang saya maksud, bukan pelatihan keterampilan seperti menjahit, bengkel dll. Tetapi pelatihan pengenalan diri dan pengenalan wawasan bermasyarakat. Mengapa? Karena keterampilan seperti itu akan dengan sendirinya dipelajari sesuai dengan minat, bakat dan kesempatan yang dimiliki. Juga, pelatihan semacam ini harus ditekankan pada pembentukan karakter.
Karakter yang dikehendaki oleh dunia kerja/dunia usaha adalah karakter manusia kreatif, inovatif dll. Mereka harus memiliki etos kerja yang tinggi sehingga menjadi manusia produktif yang tidak hanya bisa menuntut hak tetapi juga bisa memberikan kontribusi pada profesi yang digeluti. Pembinaan karakter berawal dari pembinaan manajemen diri dan kemudian berangsur pada manejemen lingkungan tempat tinggalnya. Jika seorang pekerja atau pengusaha sudah bisa memenej diri dan lingkungannya maka mereka bisa menyiptakan suatu tradisi positif dalam kehidupan masyarakat secara luas. Cara pandang yang jauh ke depan sudah menjadi tradisi baru masyarakat kita_bukan sebaliknya dimana bekerja hanyalah suatu keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.
Indikator keberhasilan pogram pelatihan persiapan kerja ini adalah bagaimana anak muda bisa mendeskripsikan cita-cita mereka dalam meniti masa depan. Mereka punya pandangan luas tentang kehidupan dan menentukan pilihan peran dalam proses pembangunan yang sedang dan terus akan berlangsung.
Individu-individu yang siap bersaing diharapkan menjadi keluaran dari program ini. Di era globalisasi seperti sekrang persaingan adalah mutlak terjadi demi perubahan ke arah yang lebih baik. Hanya merekalah yang bisa ‘bertempur’ yang tidak tergerus pembangunan. Justru, merekalah yang menjadi agen pembangunan untuk kelangsungan hidup di masa depan.