Sumber : ayahkita.blogspot.com |
Ketika para remaja mulai menginjak dunia kerja maka mereka dihadapkan pada
situasi untuk memilih. Anak-anak SMA
yang baru menyelesaikan Ujian Nasional biasanya ‘dibingungkan’ dengan bagaimana
cara mereka memilih profesi yang akan dijalani. Wajar saja kebingungan itu
terjadi karena tidak adanya program baku yang secara khusus mengenalkan para
siswa untuk mengenal dunia kerja.
Anak muda di pedesaan memang memiliki perbedaan
cara pandang dalam memilih profesi tidak selayaknya kebanyakan anak muda di
perkotaan. Jika di perkotaan tersedia banyak macam profesi untuk dipilih, maka
anak muda desa tidak punya banyak pilihan kecuali mereka harus berurbanisasi.
Kata kunci dari penyelesaian problematika ini adalah kebingungan.
Sebagai orang tua, selayaknya bisa menuntun
anak-anak remaja yang mulai beranjak dewasa untuk memberikan gambaran profesi
yang sudah ada atau bahkan belum ada. Proses ini seperti menjembatani dua dunia
yakni dunia sekolah dan dunia kehidupan bermasyarakat. Para remaja harus
dipahamkan bahwa ada realita yang lumrah terjadi dalam kehidupan bermasyarakat
yakni ‘memilih peran individu dalam kehidupan kolektif’.
Berdasarkan yang saya alami, tidak banyak orang tua
yang bisa menjembatani hal ini. Remaja masih berada dalam kebingungan untuk
menentukan pilihan. Kita tidak dibawa kedalam suatu realita bermasyarakat. Yang
terjadi, malahan didoktrin dengan ‘kewajiban seseorang untuk bekerja’. Karena
dianggapnya sebagai kewajiban, kita sebagai remaja seperti menyesali kehidupan
karena tidak diberi pilihan. Ketika pekerjaan yang didapatkan tidak memuaskan,
kita kan tidak bisa menyalahkan orang tua.
Untuk itu, pemahaman akan peran individu dalam
kehidupan kolektif menjadi semacam pokok bahasan dalam penyampaian pelatihan
persiapan kerja di sekolah-sekolah. Saya berharap bahwa doktrin-doktrin dan
tradisi yang menyiutkan nyali manusia harus sudah dihapuskan. Mendapatkan
pekerjaan bukanlah takdir yang begitu saja diterima tetapi sebagai suatu proses
pengenalan diri akan peran apa yang sedang kita mainkan.
Pelatihan persiapan kerja yang saya maksud, bukan
pelatihan keterampilan seperti menjahit, bengkel dll. Tetapi pelatihan
pengenalan diri dan pengenalan wawasan bermasyarakat. Mengapa? Karena
keterampilan seperti itu akan dengan sendirinya dipelajari sesuai dengan minat,
bakat dan kesempatan yang dimiliki. Juga, pelatihan semacam ini harus
ditekankan pada pembentukan karakter.
Karakter yang dikehendaki oleh dunia kerja/dunia
usaha adalah karakter manusia kreatif, inovatif dll. Mereka harus memiliki etos
kerja yang tinggi sehingga menjadi manusia produktif yang tidak hanya bisa
menuntut hak tetapi juga bisa memberikan kontribusi pada profesi yang digeluti.
Pembinaan karakter berawal dari pembinaan manajemen diri dan kemudian berangsur
pada manejemen lingkungan tempat tinggalnya. Jika seorang pekerja atau
pengusaha sudah bisa memenej diri dan lingkungannya maka mereka bisa menyiptakan
suatu tradisi positif dalam kehidupan masyarakat secara luas. Cara pandang yang
jauh ke depan sudah menjadi tradisi baru masyarakat kita_bukan sebaliknya
dimana bekerja hanyalah suatu keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek.
Indikator keberhasilan pogram pelatihan persiapan
kerja ini adalah bagaimana anak muda bisa mendeskripsikan cita-cita mereka
dalam meniti masa depan. Mereka punya pandangan luas tentang kehidupan dan
menentukan pilihan peran dalam proses pembangunan yang sedang dan terus akan
berlangsung.
Individu-individu yang siap bersaing diharapkan
menjadi keluaran dari program ini. Di era globalisasi seperti sekrang
persaingan adalah mutlak terjadi demi perubahan ke arah yang lebih baik. Hanya
merekalah yang bisa ‘bertempur’ yang tidak tergerus pembangunan. Justru,
merekalah yang menjadi agen pembangunan untuk kelangsungan hidup di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...