Pelatihan sumber daya manusia di pedesaan
mutlak harus dilakukan. Ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat desa untuk
menyesuaikan dengan laju perubahan zaman. Untuk itu, harus ada prinsip-prinsip
yang bisa menjadi pegangan dalam melaksanakan pelatihan.
Pendekatan Pelatihan Dalam Pembangunan
Permasalahan mendasar di pedesaan adalah
SDM. Namun, apa permasalahan sumber daya manusia di pedesaan belumlah jelas.
Perlu adanya identifikasi secara mendalam mengenai situasi sumber daya manusia
di setiap desa. Akan ada perbedaan antara satu desa dengan desa lainnya. Hal terlihat secara kasat mata adalah adanya
kemandegan pembangunan di pedesaan. Apakah ini berarti warga desa sendiri
enggan untuk membangun desanya?
Strategi yang perlu dibangun untuk
meningkatkan kualitas SDM di pedesaan adalah dengan pemberdayaan warga.
Pemberdayaan dilakukan dengan memotifasi individu untuk meningkatkan kemampuannya
dan menentukan jalan hidupnya. Pemberdayaan ditujukan kepada warga desa dengan
cara membangun mental dan spiritualnya agar memiliki kepercayaan diri yang
tinggi. Hal ini bisa dilakukan dalam bentuk pelatihan bagi warga desa.
Sebelum melakukan pemberdayaan yang
dimaksud harus ada tujuan yang jelas mengenai pembangunan yang diinginkan oleh
warga desa. Akan ada perbedaan antara desa yang masih menjadikan pertanian
sebagai sumber utama mata pencaharian warganya dengan desa industri sebagai
sumber pendapatan utama warganya. Untuk itu, perlu adanya pendekatan dalam
proses pemberdayaan itu. Pendekatan pelatihan yang dimaksud harus bisa
memaksimalkan potensi desa dan warganya sehingga bisa tercapai pembangunan yang
diharapkan.
Dari beberapa pendekatan yang ada, saya
setuju apabila pelatihan di desa-desa dilakukan dengan pendekatan pemecahan
masalah. Pendekatan ini berpatokan pada beberapa hal:
1.
Manusia adalah pelaku dan pelaksana pembangunan;
2.
Menguasai
permasalahan pembangunan dan pemecahannya;
3.
Menjadikan pelaku
pembangunan sebagai subjek pembangunan.
Pendekatan pemecahan masalah dianggap
cocok dengan kultur pedesaan yang “guyub”. Warga sebagai subjek pembangunan
diajak untuk mengidentifikasi permasalahannya sendiri kemudian diajak untuk
memecahkannya. Pendekatan pemecahan masalah bisa menjadi refleksi bagi setiap
individu akan kapasitasnya masing-masing dalam proses pembangunan. Dengan
begitu, pendekatan ini menganggap warga memiliki kemampuan dan minat yang berbeda-beda. Dalam prakteknya,
pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan setiap warga. Meski pun
berbeda-beda, semua itu diharapkan akan berakhir pada tujuan bersama.
Ada 5 dimensi yang harus diperhatikan
dalam memberikan pelatihan bagi warga desa yakni dimensi kemampuan, dimensi
kelancaran, dimensi konsultasi, dimensi kerjasama dan dimensi membimbing.
Kelima dimensi ini saling menguatkan satu sama lain. Kelimanya penting untuk
diperhatikan sebagai upaya untuk menjadikan para peserta pelatihan para subjek
pembangunan bukan sebagai objek pembangunan.
Pelatihan sumber daya manusia di pedesaan
sebaiknya memperhatikan dimensi kemampuan (enabling) dimana setiap
individu mengetahui kemampuan dirinya. Apabila mereka mengetahuinya, dibimbing
untuk menempatkan diri dimana seharusnya kemampuannya dimaksimalkan. Hanya
saja, warga juga mesti memahami bahwa akan ada tantangan dan hambatan untuk
memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
Pelatihan juga harus memperhatikan
dimensi kelancaran (facilitating) dan dimensi konsultasi
(consultating) dimana warga diajak berkonsultasi atas masalah yang sedang
dihadapi. Para pelatih/trainer bukanlah sebagai sosok yang ’serba tahu’ dan
‘serba bisa’ sehingga tidak ada sikap menggurui. Warga diajak berbicara untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Dimensi kerjasama (collaborating) dan dimensi membimbing (mentoring) juga perlu diperhatikan
karena sebenarnya para pelatih/trainer sebetulnya sedang bekerjasama untuk
menyelesaikan masalah masyarakat bukan sebagai ‘Sinterklas’ yang datang
memberikan ’hadiah’ bagi para warga.
Dalam tulisan ini, saya kemukakan salah satu
contoh terkenal di dunia yang telah sukses mendirikan program pembinaan warga
pedesaan. Di Bangladesh, ada seorang Profesor yang telah membangun Grameen Bank
(Bank Desa) dimana dia fokus membantu warga desa menyelesaikan permasalahan
mereka sendiri. Dari sekian banyak prinsip yang dipegangnya, ada prinsip mendasar
yang kiranya perlu diterapkan dalam usaha pelatihan bagi warga pedesaan di
negeri kita.
Muhammad Yunus berpendapat bahwa warga
pedesaan tidak perlu diberikan pelatihan formal. Dia menerapkan pendekatan
pemecahan masalah masing-masing individu warga desa. Dengan begitu, secara
simultan permasalahan pedesaan yang lebih besar bisa terpecahkan. Yunus yakin
bahwa semua manusia memiliki keterampilan bawaan lahir. Dia menyebutnya
keterampilan bertahan hidup. Warga desa tidak perlu diajari cara bertahan
hidup, mereka sudah tahu bagaimana caranya. Jadi, daripada membuang waktu
mengajari mereka keterampilan baru, lebih baik memanfaatkan semaksimal mungkin
keterampilan yang sudah dimiliki. Pelatihan formal tidaklah perlu dipaksakan.
Pelatihan seharusnya ditawarkan hanya saat mereka secara aktif mencarinya.
…
Program pelatihan bagi warga desa
sebaiknya tidak menekankan pada pelatihan teknis. Malahan, warga desa perlu
dimotifasi untuk membangun dirinya sendiri dan lingkungannya dengan bakat alami
yang telah mereka miliki. Hal yang bersifat teknis, akan mereka pelajari sendiri apabila dirasa perlu. Bahkan,
diantara warga sendiri ada kegiatan saling bertukar pengetahuan.
Saya menyimpulkan, bahwa pendekatan apa
pun yang akan dilakukan warga desa harus memahami tujuan
dari pelatihan yang diberikan. Terutama anak muda, warga desa harus memiliki
impian akan masa depan desa sendiri. Apabila hal itu tidak ada, pelatihan itu
kiranya tidak akan bertahan lama dan berkesinambungan. Malahan, warga hanya akan
menganggap semua pelatihan yang akan diberikan sebagai ‘formalitas’ belaka.
Sumber :
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, Marjin
Kiri, Depok: 2007. Hal. 141-143
Grendi Hendrastomo, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, FISE-UNY, (online).
Muhammad Saeful Anwar, Membangun Ekonomi Pedesaan Melalui
Strategi Konvensional, FISIP-Unjani, (online).
apak ang anjiang
BalasHapus