Kesadaran pembangunan di perdesaan tidaklah timbul begitu saja.
Perlu adanya upaya sistematis untuk meningkatkan kesadaran membangun diantara
warga desa. Dari berbagai upaya itu, ada salah satu cara yang bisa dianggap
efektif yakni dengan menerapkan prinsip pendidikan holistik-humanistik yang
dimulai sejak dini.
Pendidikan Holistik dan Humanisitik
Pendidikan holistik merupakan suatu
filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang
individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya
dengan masyarakat, lingkungan alam dan nilai-nilai spiritual. Pendidikan ini
penting bagi memastikan setiap individu merasai dan menikamti kehidupan mereka
serta meghargai dan menilai semua pembelajaran, potensi dalaman seperti
kecerdikan, kreatifitas dan nilai-nilai kerohanian. Pandangan humanistik (human
= manusia) adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan
tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi
diri.
Ada lima dalil utama dari psikologi
humanistik, yaitu :
1.
Keberadaan manusia
tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
2.
manusia memiliki
keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya;
3.
manusia memiliki
kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain;
4.
manusia memiliki
pilihan-pilihan dan dapat bertanggungjawab atas pilihan-pilihannya;
5.
manusia memiliki
kesadaran dan sengaja mencari makna, nilai dan kreatifitas.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan,
penghargaan, penerimaan pengagungan dan cinta orang lain. Kebutuhan ini disebut
need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi dua yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat). Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena
nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat
defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human
being): 1) Keterbukaan pada pengalaman; 2) kehidupan eksistensial; 3)
kepercayaan terhadap organisme sendiri; 4) perasaan bebas; 5) kreatifitas.
Keterbukaan pada pengalaman, orang yang berfungsi
sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel
sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian, ia akan mengalami banyak
emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
Kehidupan eksistensial, kualitasdari kehidupan eksistensial
dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan
sesuatu yang baru dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai
respons atas pengalaman selanjutnya.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri
terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa
yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat
mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
Perasaan bebas. Orang yang sehat secara psikologis dapat membua
suatu pilihan tanpa adanya “paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan” antara alternatif
pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki perasaan berkuasa secara
pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya
sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat melihat sangat
banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang
ingin dilakukannya.
Kreatifitas. Keterbukaandiri terhadap pengalaman dan kepercayaan
kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki
kreatiftias dengan ciri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah,
bertumbuh dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang
beraneka ragam di sekitarnya.
Psikologi humanistik berjasa
besar dalam bidang pendidikan. Psikologi humanistik menekankan pentingnya
pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan
melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk
pemaknaan personal.
Prinsip-prinsip belajar yang humanisti, meliputi hasrat untuk
belajar, belajar berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri
dan belajar untuk perubahan.
a. Hasrat untuk belajar. Manusia mempunyai hasrat
untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila
diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Hal ini terbukti dengan
tingginya rasa ingin tahu anak apabial diberi kesempatan untuk mengeksplorasi
lingkungan. Dorongan ingin tahu belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan
humanistik. Di dalam kelas humanistik
anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin
tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan
berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang berarti. Belajar akan mempunyaiarti
atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan
maksud anak. Artinya, anak-anak akan belajar dengan cepat apabila yang
dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar tanpa ancaman. Belajar mudah dilakukan dan
hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan bebas
ancaman. Proses belajar akan berjalan lancar manakala murid dapat menguji
kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat
kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri. Belajar akan
paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan
perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memlilih arah belajarnya sendiri
sangatlah memberikan motifasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk
“belajar bagaimana caranya belajar”(to leran how to learn). Tidaklah perlu
diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih
penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah,
menguji hipotesis atau asumsi dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri
memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas
inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung dan
percaya pada diri sendiri. Apabila murid
belajar atas inisiatif sendiri, ia memliki kesempatan untuk menimbang-nimbang
dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian.
e. Belajar dan perubahan. Prinsip terakhir ialah
bahwa pelajar yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Di
waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan
yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah dan apa yang diperoleh di sekolah
sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan
merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu maju
dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk
hidup dan berfungsi baik di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus
berubah.
...
Prinsip ini tidak hanya berlaku pada pendidikan di sekolah reguler.
Prinsip ini juga berlaku pada setiap bentuk pendidikan_ formal-informal, pelatihan
hingga pengembangan sumberdaya manusia di perusahaan_. Semoga saja prinsip ini
menjadi acuan bagi setiap bentuk pendidikan di pedesaan.
(Sumber : Makalah Psikologi Holistik dan
Humanistik, slideshare.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...