Sabtu, 12 Oktober 2013

Bagai Anak Ayam Mati Di Lumbung Padi



Lumbung padi orang Badui
Aku belum juga mendapatkan jawaban yang pasti hingga saat ini. Kenapa masih ada orang yang tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber pangan di negeri ini. Sebuah ironi, ketika masih ada orang yang sulit mendapatkan beras padahal di sekelilingnya terdapat hamparan sawah. Terlepas dari siapa yang memiliki sawah, tetapi dia berada dekat dengan sumber pangan.
Apakah mungkin orang seperti itu lupa bahwa dia hidup untuk makan sehingga semasa hidupnya tidak begitu memperhatikan bagaimana dia mendapatkan makanan. Baginya, makanan tidak menjadi prioritas dalam kehidupannya. Hal yang ada dipikirannya hanyalah mengejar semua keinginannya dan dia lupa untuk mengumpulkan makanan sebagai bekal hidup di masa depan. Baginya, makanan hanya sekedar pelengkap bagi dinamika kehidupan yang terus berubah.
Tahukah kita bahwa ketika kita melupakan bekal makanan, maka yang ada adalah kerawanan pangan yang berujung pada kelaparan. Tidak jarang kita melihat orang yang kelaparan padahal dia hidup di negeri yang subur makmur. Kita harus belajar pada rakyat Amerika. Mereka menjadikan makanan sebagai sumber pendapatan juga sebagai alat untuk ‘mengintimidasi’ bangsa lain. Makanan adalah hal utama yang harus tersedia. Semua berawal dari makanan. Saya belum pernah mendengar negara maju yang kekurangan makanan. Justru negara miskinlah yang selalu kekurangan makanan. Arab Saudi saja _sebagai negara gurun pasir_ berlimpah dengan makanan. Dengan makanan, kita bisa berpikir dengan jernih sehingga ada usaha untuk mencapai kemajuan dalam rangka menyongsong masa depan.
Saya selalu berbicara tentang masa depan. Tetapi tentu saja bukan kemajuan teknologi tanpa dasar yang kuat. Apalah artinya mesin yang canggih dan gedung yang tinggi jika kita tidak memiliki  makanan. Apakah uang bisa dimakan? Banyak uang pun belum tentu bisa makan. Cara berpikir saya simpel saja.
Masih banyak orang yang beranggapan bahwa bekerja mengumpulkan makanan adalan pekerjaan yang ketinggalan zaman. Seperti zaman prasejarah. Tetapi sadarkah kita ketika kita lupa untuk mengumpulkan makanan. Manusia bekerja untuk makan dan makan untuk bekerja, begitulah seterusnya. Perubahan-perubahan teknologi adalah sebagai pendukung  untuk proses pengumpulan makanan itu sendiri. Cara mengumpulkan makanan yang tadinya dengan tangan sekarang berubah dengan robot. Intinya sama saja. Hal yang berubah hanya teknologinya saja bukan pola pikir dan pola tindaknya.
Alat-alat berat diciptakan untuk mengumpulkan makanan mulai dari traktor, mobil pengangkut, kereta hingga kapal kargo. Semuanya untuk mengangkut makanan. Jika dulu diangkut dengan pedati maka kini dengan truk pengangkut barang. Jika dulu menanam padi dengan tangan maka sekarang dengan mesin bahkan robot penanam padi.
So, kenapa kita melupakan kegiatan alami kita yakni mengumpulkan makanan. Sebagai anggota ekosistem maka mengumpulkan makanan menjadi insting alami manusia. Ketika insting itu sudah mulai hilang maka sudah terlihat jelas akibatnya. Alam ini adalah sumber kehidupan bagi penghuninya. Kenapa kita tidak memanfaatkan dan merawatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...