Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sepuluh
hingga duapuluh tahun ke depan. Ketidakpastian senantiasa menyelimuti kita.
Kondisi dunia yang semakin tidak menentu turut mempengaruhi kehidupan pribadi
kita. Kita tidak tahu jika kekacauan atau kesejahteraan akan menghampiri kita.
Namun, kita harus selalu optimis menyambut masa
depan untuk menjadi lebih baik. Sudah sepatutnya kita mempersiapkan diri untuk
menghadapi segala kondisi yang terjadi. Ketika kemenangan itu datang maka kita
pun sudah siap sehingga tidak terlena. Begitupun ketika goncangan datang maka
kita sudah mempersiapkan fisik dan mental kita untuk tetap bertahan.
Secara fisik kita sudah melatih tubuh kita
untuk tahan terhadap segala kondisi. Kita harus sudah siap untuk bekerja di
mana saja dan kapan saja baik di sawah, hutan atau gedung perkantoran. Hanya
bangsa yang siap bekerja dalam segala kondisilah yang selalu menjadi pemenang
di pentas dunia. Bangsa Amerika terkenal sebagai bangsa petualang dan pekerja
keras. Mereka terkenal siap menjalani segala profesi untuk sebuah kemapanan
hidup.
Sudah seyogyanya kita membiasakan diri untuk
mengerjakan pekerjaan ‘kasar’ semampu kita. Bisa jadi itulah yang akan menjadi
bekal di kehidupan kita. Saya sering mellihat orang-orang yang ‘kalah
bertarung’ karena fisiknya tidak kuat untuk mengerjakan pekerjaan kasar.
Alhasil, untuk sekedar makan saja mereka tidak mampu mendapatkannya.
Tidak hanya tubuh kita saja yang harus
dipersiapkan. Infrastruktur penunjang untuk hidup kita harus segera
dipersiapkan. Infrastruktur utama adalah penunjang kebutuhan pokok hidup kita
yakni sandang, papan dan pangan. Alangkah baiknya sejak saat ini kita
mengadakan alat jahit, perkakas rumah dan lumbung pangan. Ini serius. Dalam kondisi perang sekalipun semua itu
pasti dibutuhkan.
Sekarang saya sedang belajar membuat rumah,
beternak, bertani dan menjahit pakaian. Saya yakin semua itu akan berguna di
kemudian hari. Mungkin kita akan menemui kondisi dimana harga untuk membuat
rumah begitu mahal. Jangankan untuk membelinya, membangunnya saja sulit karena
mahalnya bahan bangunan dan tenaga kerja. Alam ini begitu pemurah, maka kita
gunakan bahan yang ada untuk membangun rumah. So, kita tidak harus selalu
mengontrak atau bahkan menjadi tunawisma hidupnya terkatung-katung.
Untuk bahan pangan, kita bisa memanfaatkan ternak atau hasil pertanian
yang kita miliki. Krisis pangan selalu
menghantui negeri ini. Sebelum kita menjadi korban berikutnya, alangkah baiknya
kita persiapkan semuanya sebelum semuanya terjadi. Keluaga saya merasakan
manfaatnya. Ketika harga beras naik, harga cabai naik, harga daging naik maka
kami bisa menikmati semuanya tanpa harus membeli.
Membuat pakaian sendiri adalah wujud
kemandirian luar biasa. Saya pernah membaca salah satu buku yang ditulis oleh
penulis Afghanistan. Dia mengalami sendiri dimana keahlian menjahit pakaian
bisa menjadi berkah tersendiri untuk dirinya dan keluarganya. Waktu itu,
Afghanistan sedang dilanda peperangan. Banyak orang yang kehilangan harta
bendanya. Justru, dia mendapatkan banyak pesanan pembuatan baju dan celana karena
keahliannya membuat pakaian.
Dunia Tidak Seindah yang Kita
Bayangkan
Sadarilah bahwa dunia tidak seindah yang kita
bayangkan. Ada banyak kemungkinan yang tidak sesuai dengan perkiraan kita. Saya
tidak bermaksud menyiutkan nyali anda sekalian. Tetapi prinsip kehatian-hatian
perlu kita terapkan. Fakta membuktikan bahwa negara yang sudah mempersiapkan
segalanyalah yang kuat ketika krisis menerjang. Malaysia, Thailand, Vietnam,
Singapura dan negara-negara Asia Timur terbukti lebih cepat pulih dari krisis
karena segala infrastrukturnya sudah siap. Investasi jangka panjang terbukti
menjadi penyelamat ketika badai krisis menerjang.
Dalam skala kecil saya dan keluarga
mempersiapkan semua kemungkinan itu. Kami sedang membuat lumbung padi, kandang
domba, kandang ayam, kandang kelinci, kandang entok, kandang itik dan kebun
sayuran. Kami akan meningkatkan produksi padi kami dengan menerapkan prinsip
pertanian organik dan modern. Revitalisasi pertanian perlu segera dilakukan supaya
kami dapat menghadapi cuaca yang semakin tidak menentu.
Infrastruktur sederhana seperti itulah yang
harus dibangun. Kemudahan akses akan sumber-sumber ekonomi menjadi pemicu
menggeliatnya kembali perekonomian masyarakat. Banyak diantara kita yang malas
untuk menginvestasikan waktu, tenaga, pikiran dan finansial demi kelangsungan
hidup di masa depan.
Sambil
terus berdoa dan berusaha maka kami berharap memperoleh anugerah
terindah dari Yang Maha Kuasa. Ayo semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...