Kamis, 30 Agustus 2018

Keotentikan Kultural: Modal Berselancar di Dunia Digital

Keotentikan kultural merupakan modal kita untuk "memenuhi" konten di dunia digital. Meskipun Barat punya teknologi informasi super canggih, tetapi kontennya kita bisa isi dengan "sumber lokal".
Pernahkah kita berpikir, bagaimana mengisi media sosial yang menjadi keseharian kita. Sudah banyak bukti, bahwa media sosial dengan menampilkan 'konten lokal' punya "follower" setia. Pengikutnya, tidak hanya saudara senegara tetapi juga saudara dari mancanegara.
Konsep ini sudah saya coba di Instagram. Saya menampilkan kondisi alam sekitar desa mulai dari flora, fauna hingga suasana kesehariannya. Ternyata, ada banyak orang yang tidak saya kenal menyukainya. Sayangnya, Bahasa Inggris saya yang jelek membuat saya kurang komunikatif.

Keotentikan kultural merupakan gagasan yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi era informasi digital. Hal ini tidak saja berarti bahwa kultur-kultur tradisional, lingkungan dan nilai-nilai  harus dihormati. Tetapi, juga berarti bahwa sistem-sistem tradisional harus dilihat sebagai sumber kekuatan dan solusi-solusi untuk masalah yang dihadapi masyarakat harus diupayakan didalamnya.

Pertama, keotentikan kultural memerlukan penekanan atas pembangunan yang berasal dari kultur-kultur pedesaan dan perlindungan atas kultur-kultur tradisional dari serbuan pola-pola konsumsi Barat dan barang-barang konsumsi yang mencerminkan kemahakuasaan teknologi. Diperlukan rasa hormat yang dalam terhadap norma-norma, bahasa, keyakinan-keyakinan, kesusateraan dan kesenian, serta ke-prigel-an masyarakat _ faktor-faktor yang membuat hidup masyarakat itu kaya dan bermakna.

Kedua, arti keotentikan kultural ialah bahwa sistem-sistem tradisional -yang ternyata secara ekologis lebih sehat dan berorientasi konservasi daripada sistem-sistem modern -- harus dilindungi dan dibantu.

Misalnya, di banyak negara berkembang masih terdapat sistem-sistem pengobatan tradisional. Bila sistem-sistem itu didukung, dikembangkan dan dipadukan dengam sistem pengobatan modern, maka sistem kesehatan di Dunia Ketiga akan semakin meningkat mutunya, dan kebergantungan pada perusahaan-perusahaan  farmasi pun akan tereduksikan.

Begitupula, teknik-teknik perumahan tradisional, metode-metode perikanan dan teknologi-teknologi lokal harus menjadi komponen-komponen dasar pembangunan yang bersifat mandiri. Sebagaimana kita tahu, teknik-teknik tradisional justru lebih mampu bertahan di tengah kondisi keterbatasan finansial. Saya sendiri mengalami bagaimana sistem pertanian tradisional masih bisa diterapkan dibandingkan sistem pertanian "modern" yang padat modal. Saya pernah merasa "tersandera" ilmu dari Barat yang diperoleh di perkuliahan. Setelah berusaha keras untuk diterapkan, ternyata kendala biaya lagi-lagi menjadi halangan.

Dengan demikian, hal-hal ini merupakan sebagian dari blok-blok bangunan dasar bagi pengertian baru tentang pembangunan.

(Sumber: Ziaduddin Sardar, Tantangan Abad 21)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...