Sabtu, 09 Mei 2015

Mengelola Isu Lingkungan di Pedesaan

Salah satu perilaku sosial yang melembaga tersebut adalah bagaimana manusia berkelompok dan bermasyarakat, dengan melakukan perubahan-perubahan yang direncanakan, yang kemudian dikenal sebagai aktifitas pembangunan.[1]

Mengelola lingkungan juga merupakan bagian dari pembangunan. Apabila kita senantiasa menganggap bahwa pembangunan adalah mendirikan berbagai sarana dan prasarana maka itu tidak tepat. Warga desa jelas memerlukan sarana dan prasarana yang sebelumnya tidak ada. Tetapi, warga desa juga perlu menjaga apa yang telah disediakan oleh Alloh SWT yakni lingkungan tempat kita tinggal.
Dalam pengelolaan lingkungan itu, perlu adanya rencana yang jelas atas target apa yang akan dicapai. Permasalahan lingkungan yang muncul, seharusnya harus bisa 'diprediksi' sejak awal. Maka dari itu, sejak awal perlu adanya pengelolaan isu yang baik supaya tidak terjadi simpang siur atas apa yang harus dilakukan.
Harus diakui, akan ada hal 'yang dikorbankan' dalam proses pembangunan itu. Maksudnya, ketika jumlah manusia bertambah maka akan ada lahan yang terpakai, pohon yang ditebang atau tanah yang diurug. Tetapi, demi kebaikan dari pembangunan itu sendiri maka kita harus bisa berkompromi kepada alam agar tetap memberikan kemurahannya untuk ummat manusia.
Saya ingin menegaskan, bahwa kemajuan teknologi yang diterapkan pada pembangunan itu mutlak dilakukan. Kita tidak perlu 'bangga' dengan kondisi alam yang masih asri tetapi sepi pembangunan. Hal itu hanya berlaku bagi orang-orang yang sudah 'muak' dengan pembangunan yang tidak beraturan. Tetapi, bagi warga desa harus ada sikap terbuka untuk menerima bahkan melahirkan teknologi yang ramah lingkungan. Jangan sampai, kita terbuai dengan keasrian lingkungan kita sehingga tertinggal dalam teknologi dan pembangunan.
Sungguh, suatu masyarakat yang mandiri dalam bidang materi dan teknologi lebih mampu menunaikan tanggungjawabnya sebagai kholifah Alloh, sebab masyarakat tersebut memiliki kendali lebih banyak atas sumberdaya dan lingkungannya. Lagi pula, suatu masyarakat yang berupaya menciptakan keadilan sosial dan pembangunan masyarakat sebenarnya bertindak sesuai dengan ajaran Islam seperti 'adl dan istishlah. Sungguh, gagasan tentang mandiri di bidang materi dan teknologi, keadilan sosial dan pembangunan masyarakat, serta keotentikan kultur, menjadikan pembangunan sebagai suatu aktifitas yang berorientasi sasaran dan nilai yang dicurahkan untuk meningkatkan kesejahteraan material, sosial, moral dan spiritual seluruh warga.[2]
Permasalahan lingkungan tidak timbul dari ketegangan antara satu pihak dengan pihak lain. Permasalahan lingkungan juga bukan sumber konflik apabila setiap pihak sudah memahami akan konsekuensi pembangunan yang dilakukan. Permasalahan lingkungan adalah bagian dari upaya untuk menyejahterakan warga desa sendiri tetapi ada resiko yang harus diambil karenanya. Maka dari itu, isu lingkungan bukan sebagai wahana untuk menimbulkan ketegangan, mencari sensasi atau malahan mencari popularitas.
Orang-orang yang bisa mengelola isu lingkungan dengan baik adalah pribadi yang berniat baik pula untuk membangun bangsanya. Justru, sebaliknya apabila ada pihak yang membuat 'kegaduhan' dengan isu lingkungan ini perlu dipertanyakan kepada siapakah sebenarnya dia berpihak? Kita sering melihat dan mendengar banyak orang yang mengatasnamakan 'aktifis lingkungan' tetapi belum bisa bersikap realistis dan memberikan solusi atas kebutuhan ummat manusia.
Saya selalu optimis bahwa setiap permasalahan akan ada solusinya. Hanya saja, kita harus melihat permasalahan lebih komprehensif. Terkadang, kita harus menggunakan 'mata elang' atau 'helicopter view' dalam melihat permasalahan lingkungan. Sehingga, dalam mengangkat isu yang akan disampaikan pun akan menuju pada suatu solusi yang konstruktif bukan malah sebaliknya, destruktif.
Isu lingkungan menjadi isu yang sangat sensitif bagi warga desa. Sebagai wilayah yang masih memiliki alam yang asri, perdesaan merasa 'dirugikan' apabila ketenangan kehidupannya diganggu. Untuk itu, isu yang diangkat harus bisa meyakinkan akan arti penting pembangunan bagi seluruh warga. Warga desa pun memiliki kepentingan akan kehidupannya, tetapi juga mereka juga punya kepentingan akan kehidupan anak-cucunya. Isu lingkungan juga harus bisa menerawang ke depan dalam arti positif. Warga desa tidak perlu ditakut-takuti akan bahaya pembangunan dimana akan terjadi marjinalisasi alias 'pengusiran orang desa'. Justru, pembangunan merupakan bentuk kepedulian kita akan masa depan generasi penerus warganya. Kita harus menyadari bahwa  zaman akan banyak berubah dan kita pun harus memiliki persiapan untuk menyambutnya.
Fokus Pengelolaan Isu
Negeri ini masih terus membangun, mulai dari desa hingga kota juga mulai dari daerah berpenduduk banyak hingga daerah terpencil yang berpenduduk jarang. Dalam essay ini saya ingin menegaskan bahwa fokus perhatian kita akan lingkungan adalah manusia itu sendiri sebagai pengelola lingkungan.
Suatu keniscayaan yang sulit untuk dipungkiri jika manusia Indonesia akan terus bertambah. Populasi penduduk menjadi acuan bagi pengelolaan isu lingkungan yang sering didengungkan. Artinya, secara sengaja kita harus membuat sistem yang akan mempengaruhi pola pikir dan pola sikap manusia dalam mengelola lingkungannya.
Dalam keseharian, kita sering melihat sampah yang berserakan dimana-mana karena ulah manusia. Juga, kerusakan hutan karena ulah tangan manusia, sungai yang tercemar juga karena sikap manusia yang tidak peduli akan lingkungannya. Dan, masih banyak lagi contoh yang menunjukan bahwa masalah lingkungan lebih banyak diakibatkan oleh manusia.[3]
Fokus pertama, pertumbuhan populasi menjadi isu dunia dimana pertambahan penduduk dunia yang mengikuti pertumbuhan secara ekponensial merupakan permasalahan lingkungan. Dampaknya, terjadinya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan sumber daya alam dan ruang.[4] Untuk itu, isu lingkungan lebih ditekankan pada bagaimana kita menyediakan ruang yang cukup bagi warga untuk tempat tinggal dan beraktifitas.
Saya yakin jika tata ruang yang baik akan berpengaruh pada perilaku warga dalam mengelola lingkungannya. Kenyamanan menjadi poin penting dalam mengelola ruang beraktifitas. Warga akan paham dengan sendirinya betapa pentingnya menjaga lingkungan agar tetap tertata dengan baik.
Fokus kedua, solusi bagi pengelolaan limbah industri dan limbah rumah tangga. Dengan bertambahnya penduduk, maka lapangan pekerjaan pun dituntut untuk bertambah. Aktifitas manusia yang jelas menghasilkan 'limbah' harus dikelola dengan baik.
Perusahaan sebagai penyedia lapangan pekerjaan sekaligus berfungsi sebagai penyelesai masalah sosial dan lingkungan. Masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang berlipat.[5]
Fokus ketiga, pencemaran paling utama di Indonesia ialah pencemaran oleh limbah domestik, oleh karena luasnya daerah pencemaran dan besarnya jumlah korban. Karena itu penanggulannya harus diberi prioritas utama. Akan tetapi umumnya masyarakat, pers dan pemerintah lebih memberi perhatian pada limbah indsutri.                Mungkin orang sudah terbiasa dengan limbah domestik. Juga, karena penanggulangan limbah industri memberi citra modern.[6]
Isu pengelolalaan limbah tidak boleh provokatif tetapi perlu merangsang warga untuk mencari solusinya sendiri. Saya berharap ada suatu rencana sistematis untuk mengelola limbah secara bersama. Jika perlu, ada bentuk investasi bersama dalam pengelolaan limbah industri dan limbah rumah tangga. Pengelolaan limbah tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah karena keterbatasan gerak dan anggaran. Warga harus berinisiatif untuk mengelola limbahnya sendiri karena warga sendiri yang akan merasakan hasil nyatanya.
Ada banyak kekhawatiran jika limbah industri akan merugikan warga. Padahal, kita perlu khawatir jika warga tidak memiliki sumber pendapatan sehingga masalah sosial akan sulit untuk diselesaikan. Prinsipnya, ketika warga sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya maka bisa diajak atau dipaksa untuk menjalankan kewajibannya yakni menjaga lingkungannya sendiri.
Fokus keempat, menyediakan tempat tinggal yang tidak 'menghamburkan' lahan. Hal ini penting  untuk mempersiapkan kemungkinan terjadinya alih fungsi lahan yang berlebihan. Sebagaimana yang pernah terjadi di kota besar, lahan untuk resapan air menjadi sangat terbatas karena penggunaan yang masif. Kita tidak ingin terjadi bencana ekologi yang dikarenakan penggunaan lahan untuk pemukiman yang jelas menjadi kebutuhan dasar manusia.
Fokus kelima, menyediakan kawasan industri yang ramah lingkungan. Ini dimaksudkan, agar aktifitas manusia lebih terkonsentrasi pada satu titik. Manusia  yang berpencar justru akan merusak lahan yang masih asri.
Fokus keenam, menyediakan lapangan pekerjaan pengganti bagi eks-petani. Hal ini penting, supaya petani tidak beralih menjadi perambah hutan atau penambang liar yang jelas merusak linkungan. Hal yang lumrah, lahan pertanian berganti menjadi pemukiman dan kawasan industri. Artinya, warga desa pun tidak bisa terus-menerus menjadi petani karena keterbatasan lahan garapan. Anak-cucu para petani perlu sumber penghidupan. Daripada mereka urbanisasi ke kota _yang menimbulkan masalah baru_ lebih baik mereka tinggal di desa dengan lahan pekerjaan yang sudah tersedia.
Pendekatan penciptaan lapangan pekerjaan untuk menanggulangi masalah urbanisasi dan lahan kritis, secara langsung merupakan usaha pembangunan pedesaan. Pendekatan itu juga membantu tercapainya tujuan pemerataan pembangunan.[7]
Misalnya, dalam hal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Listrik disalurkan untuk pengembangan industri yang menciptakan lapangan kerja baru untuk penduduk. Tingkat kehidupan penduduk meningkat. Tekanan penduduk terhadap lahan turun, erosi berkurang, keselamatan lahan lebih terjamin.[8]
Fokus ketujuh, perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar adalah kesatuan. Jangan sampai ada upaya untuk memprovokasi diantara keduanya.
Keberhasilan Pengelolaan Isu
Keberhasilan pengelolaan isu dapat dinilai dari seberapa besar tanggung jawab masing-masing pihak memikul tanggung  jawab yang telah diberikan. Sebagai warga negara yang baik, kesadaran untuk senantiasa menjaga lingkungan menjadi modal bagi pembangunan itu sendiri.
Pembangunan merupakan hal penting bagi kemajuan masyarakat. Kegiatan ini terus digalakan dengan penuh perencanaan dimana begitu banyak hal yang harus dipertimbangkan. Termasuk, bagaimana isu lingkungan juga harus direncanakan agar kita bisa mencapai target pembangunan yang diinginkan.
Perlu adanya lembaga yang secara khusus menilai keberhasilan pengelolaan isu lingkungan di pedesaan. Lembaga itu dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat dengan menetapkan berbagai kriteria penilaian. Penilaian keberhasilan perusahaan mengelola isu adalah:
Pertama, adanya kegiatan yang menjembatani pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Kedua, ada kesepakatan yang diimplementasikan dalam keseharian.
Ketiga, tercapainya target-target kerja yang ditawarkan berbagai pihak.


[1] Leli Yulifar,  Hand Book Sosiologi Dan Antropologi Pembangunan, hal. 41.
[2] Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21: Menjangkau Infromasi, Mizan, Bandung: 1988, hal. 89.
[5] rahmatullah.com
[6] Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1983, hal. 241.
[7] Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1983, hal. 230.
[8] Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1983, hal. 176.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...