Kamis, 20 Agustus 2015

Hasrat Berkelompok, Modal Tak Ternilai Bagi Warga Desa


Dalam hubungan kemasyarakatan, ada modal yang tidak ternilai dimana bisa memperkokoh gerakan roda perekonomian dan sosial. Modal tersebut harus dipelihara demi kepentingan bersama.

Hasrat ingin berkelompok
Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas.
Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan, yaitu:
pertama, Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain yang berada disekelillingnya (yaitu masyarakat).
kedua, Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya. [1]

Syarat disebut kelompok sosial
Setiap himpunan manusia bisa dinamakan kelompok sosial dengan beberapa syarat:
Pertama, Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebahagian dari kelompok yang bersangkutan, 
Kedua,  Ada sehubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya, 
Ketiga,  Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tesebut dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dll.. tentunya faktor mempunyai musuh bersama, misalnya, bisa juga menjadi faktor pengikat/pemersatu.[2]

Unsur-unsur community sentiment
Satu,  Seperasaan : unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengindentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam keompok tersebut, sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai 'kelompok kita', 'perasaan kita' dsb.. perasaan demikian terutama timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama didalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Unsur seperasaan tersebut harus memenuhi memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan dengan 'altruism' yang lebih menekankan pada perasaan solider dengan orang lain. Pada unsur seperasaan, kepentingan-kepentingan si individu diselaraskannya dengan kepentingan-kepentingan kelompoknya, sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai darah dagingnya sendiri.
Dua, Sepenanggungan : Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan bahwa peranannya tadi dijalankan, sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam struktur sosial masyarakatnya.     
Tiga, Saling memerlukan : Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada community-nya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologisnya. Kelompok yang tergabung dalam masyarakat setempat tadi, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik seseorang, misalnya atas makanan dan perumahan. Secara psikologis, individu akan mencari perlindungan pada kelompoknya apabila dia berada dalam ketakutan dsb.. Perwujudan yang nyata daripada individu terhadap kelompoknya _yaitu masyarakat setempat_ adalah pelbagai kebiasaan masyarakat perikelakuan-perikelakuan tertentu yang secara khas merupakan ciri masyarakat itu. Suatu contoh yang mungkin dapat memberikan penjelasan yang lebih terang adalah aneka macam logat bahasa masing-masing masyarakat setempat.[3]



[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: 1970, Hal. 94.
[2] Soerjono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: 1970, Hal. 94-95.
[3] Soerjono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: 1970, Hal. 118.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...