Humaniora atau humanities adalah bidang-bidang studi
yang berusaha menafsirkan makna kehidupan manusia di dunia dan berusaha menambah
martabat kepada penghidupan dan eksistensi manusia. Bidang-bidang yang termasuk humaniora meliputi
agama, filsafat, sejarah, bahasa dan sastra, pelbagai macam seni, dsb.. Manfaat
pendidikan humaniora adalah memberikan pengertian yan lebih mendalam mengenai
segi manusiawi daripada manusia, sebagai kebalikan dari aspek-aspek lainnya.
Persepsi umum terhadap humaniora di masa lampau
sangat negatif. Tetapi akhir-akhir ini mulai ramai dibicarakan kedudukan serta
peranannya, terutama sebagai manifetasi timbulnya kesadaran kaum cendekiawan maupun negarawan bahwa
pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia itu
sendiri. Meskipun dalam proses industrialisasi itu teknokrasi tetap berperan
pokok, sering tidak diindahkan bahwa agar proses itu dapat berjalan lancar,
perlu diciptakan kondisi sosial budaya yang mutlak diperlukan. Dengan perkataan
lain, perlu dibentuk suatu kebudayaan teknologi yang mencakup keseluruhan
pola hidup beserta etosnya sesuai dengan sistem industrial.
Lagi pula, sebagai dampak dari proses
pembangunan sendiri, masyarakat mengalami peningkatan dinamikanya dengan segala
gejala yang menyertainya, seperti mobilitas penduduk bersama dengan komunikasi
modern, membanjirnya komoditi sebagai hasil teknologi mutakhir, meningkatnya
pelayanan, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu mau tak mau menimbulkan perubahan
lingkungan hidup-sosial budaya serta pola dan nilai-nilai hidup yang
mendasarinya. Orde sosial tradisional dengan gaya hidup dan tata susilanya
mengalami keguncangan. Kehidupan individu sering kehilangan orientasi, bahkan
terasa adanya krisis identitas di mana-mana.
Agar keamanan sosial dapat dipulihkan, dilakukanlah usaha mencari
identitas baru.
Dimensi Manusia Faktor Kunci
Baik pengembangan kebudayaan teknologi, maupun
pemupukan identitas nasional menuntut agar dimensi menusiawi senantiasa
diperhitungkan sebagai faktor kunci dalam proses pembangunan nasional. Semakin
meningkat jenjang pembangunan, semakin terasa mendesak pula perlunya
menstrukturkan kepribadian manusia Indonesia, tidak semata-mata dalam
kapasitasnya sebagai sumber daya manusiawi, tetapi lebih-lebih untuk
memantapkan pembentukan identitas manusia Indonesia. Dengan mengingat tujuan
pembangunan seperti itu, maka sangatlah wajar apabila ada tahap pembangunan
dewasa ini di kalangan masyarakat pada umumnya, dan di lingkungan kaum cendekiawan khususnya,
berkembanglah proses penyadaran mengenai pembangunan manusiawi dalam pelbagai
dimensinya.
Permasalahan yang kita hadapi ialah, seberapa
jauh bidang humaniora dapat berfungsi untuk menunjang pembangunan itu, dan
bagaimana meningkatkan produktifitas dan efektifitas humaniora dalam pendidikan formal dan informal di satu
pihak, dan di pihak lain dalam pembinaan generasi muda umumnya.
Berbeda dengan zaman
praindustrial, dewasa ini perlu kita memahami tradisi agar kita dapat secara
kritis menghadapinya, dan kemungkinan melakukan perubahan serta adaptasi kepada
situasi baru. Manusia, sebagai penentu perubahan itu dituntut untuk memliliki
pengetahuan dan pemahaman kebudayaan agar kita tidak kehilangan arah dalam
menentukan pola hidup baru, dengan mangadakan pemilihan tepat di antara
norma-norma yang masih dapat diberlakukan dan yang tidak dapat lagi
diberlakukan.
Pandangan Hidup
Setiap peradaban
memiliki pendangan hidup (dunia) yang memberi makna kepada
kehidupan manusia, dengan menempatkan kedudukannya dalam kosmos (alam semesta)
dan dengan menegaskan fungsinya dalam hubungan dengan telos (tujuan) dari hidup
itu sendiri. Makna hidup diperoleh dengan dunia transedental, jauh melampaui
karya rutin serta situasi yang diliputi oleh jebakan institusional.
Kosmologi, mitologi dan agama membawa manusia
dalam proses kosmosiasi, suatu proses mencegah timbulnya perasaan keterasingan
dan isolasi, dan sebaliknya memantapkan perasaan aman berdasarkan keterikutan
atau keterlibatannya dalam sistem universal.
Ungkapan di atas secara garis besar telah
menjelaskan bahwa pelbagai kebudayaan dalam tiga dimensinya adalah hal yang
imanen ada pada setiap peradaban. Maka
dalam pelaksanaan pembangunan bangsa pada umumnya serta pendidikan kepribadian
khususnya, wajarlah apabila fungsi unsur-unsur tersebut ditingkatkan. Setiap
kelengahan yang mengabaikan pembangunan kemanusiaan itu akan mengakibatkan
kemerosotan ke arah kebiadaban lagi.
Penjelasan yang disajikan di muka menurut
perluasan uraian, terutama untuk memusatkan perhatian kepada fungsi dan makna
sosial pelbagai bidang humaniora, sejajar denga kedudukan unsur-unsur
kebudayaan dalam pelbagai dimensinya. Selanjutnya proses pembangunan nasional
di sini dipersempit ruang lingkupnya, yakni terbatas pada pembentukan
kepribadian masyarakat.
Humaniora berusaha memahami realitas sosial dan manusiawi. Jadi,
tujuannya ialah memahami (understanding), dan bukan menerangkan (explanation).
Dalam humaniora, bukan dalil yang dicari, tetapi makna.
Misal, dalam sejarah bagaimana kita memahami
konseptualisasi kebangsaaan Indonesia. Negara ini tidak dapat terbentuk tanpa entrepreunership,
kreatifitas, kritisme sosial, idealisme dan rasa tanggungjawab sosial yang
mendalam dari para protagonis Revolusi Indonesia. Di sini pengungkapan
pengetahuan sejarah tidak dapat dibatasi pada pengetahuan informatif, tetapi
terutama perlu disampaikan sebagai proses penyadaran.
Penyampaian pengetahuan sebagai proses
penyadaran tidak terbatas lagi pada tindakan kognitif, tetapi sudah menginjak
proses animatisasi atau sensitisasi (pemberian semangat, menjiwai). Proses
belajar sebagai proses pemahaman dan penyadaran, mampu menjadi sumber inspirasi
dan pangkal tumbuhnya sense of pride (rasa kebanggaan) dan sense of
obligation (rasa kewajiban).
Sumber:
Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar,Ir. M.
Munandar Sulaeman, Eresco, Bandung:
1988.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...