Masyarakat pedesaan
yang bersifat tradisional agraris berubah secara meyakinkan menjadi manusia
modern dengan segala ciri-cirinya.
Modernisasi dan Kesehatan Jiwa
Masalah modernisasi serta dinamika pertumbuhan
telah banyak dibahas oleh para cendekiawan baik yang mneyangkut modernisasi
pendidikan, pendidikan tinggi, modernisasi komunikasi, modernisasi dari
kegiatan sosial. Tetapi dalam masalah ini kami mengemukakan pandangan kepada
modernisasi da kesehatan jiwa. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka
mengalami perubahan luar biasa yang jelas kadang-kadang dilaur dugaan mereka
sendiri.
Pengalaman yang menyenangkan maupun kegelisahan
yang sukar diterimanya akan dihayati, dengan segala kemampuan, jangkauan
pikirannya, seerta bekal-bekal ilmu pengetahuan yang diterimanya dipergunakan
untuk mengatasi perjuangan hidupnya berikut kecemasan yang ditemui.
Sikap yang semula kurang berpikir ke depan,
orthodok, berubah mendadak menjadi pemikir hari kini dan masa yang akan datang,
dari sifat-sifat agraris ia merupakan menjadi industrialis penuh dengan
keanekaragaman dan manajemen. Urbanisasi yang meningkat, pergesekan psikososial
yang diakibatkan oleh kepadatan penduduk. Sifat tersinggung, iri-mengiri,
konflik dan frustasi sebagai hasil pergaulan yang berjejal-jejal meningkat dengan
cepat.
Era pembangunan yang dibuatnya menyebabkan tata
cara hidup harus direncanakan serta meningkatkan sistem komunikasi yang
telah dimiliki untuk menghindarkan diri dari kemelut kesalahpahaman serta
berita-berita mengenai desas-desus temana, tetangga, teman sejawat, atasan,
bahkan unsur pimpinan kepemrintahan, yang begitu cepat tersebar karena sistem
komunikasi yang modern, perlu perhatian.
Sebagai manusia modern, kebiasaan saling
menghargai antara sesama mesti tumbuh dan menerima keanekaragaman bentuk sikap
tingkah laku manusia. Kebiasaan meragukan dan kurang percaya serta tidak
menghargai kemampaun saudaranya sendiri harus dijauhkan, karena akan merugikan
diri sendiri. Loyal kepada orang tua
ataupun yang analog dengan orang tua atau yang lebih tua, yaitu pembina
serta pemimpin harus dilakukan, meskipun tindakan, kebijaksanaan orang tua
tersebut bilai dinilai tahun-tahun berikutnya kurang berhasil.
Sikap kurang puas dengan yang telah ada dan ingin lebih maju daripada
sebelumnya sesungguhnya merupakan unsur lain yang wajar dari manusia modern, atau yang
dilahirkan dari abad modern, tetapi tidak berarti bahwa ia harus bersikap
kurang menghargai terhadap yang lebih tua. Manusia sebaiknya mau mengubah dan
diubah sikap serta tingkah lakunya dan berpikir untuk masa depan.
Bagi manusia modern sesungguhnya agak sulit
untuk terlalu mengangung-agungkan hasil karya pembagunannya karena pad
apokoknya karyanya merupakan hasil karya kerjasama dari manusia modern lainnya.
Dan, tidak perlu menjelek-jelekan hasil kerja generasi yang telah lalu, karena memang mudah
dimengerti hasil kerja generasi yang lalu dilandaskan kepada situasi dan
kondisi yang berlainan. Dan sudah seharusnya, generasi berikutnya lebih
memperbaiki mutu hasil karyanya.
Harapannya, sebagai manusia modern kita tidak
meninggalkan agama sebagai jalan hidup. Meskipu begitu, kita menerima suatu
kenyataan bahwa pembangunan dan modernisasi mengarah kepada pengembangan
materialisme. Sebagaimana yang telah lama dikenal, bahwa materialisme mempunyai
kecenderungan berkurangnya perasaan
menghargai sesama manusia. Kecenderunga lain ialah menjauhkan manusia dari
agama. Oleh karenanya, pergesekan bantin
dan perasaan akan meningkat.
Jelas, apabila kita meninggalkan sikap saling
menghargai dan menyingkirkan agama akan
membuat bingung diri sendiri dan menambah kemungkinan gangguan jiwa. Hal
demikian terjadi karena berkurangnya daya penyesuaian diri dan kurangnya
pengetahuan untuk menghadapi masalah/musibah yang datang. Tetapi, dibalik aplikasi
atau penggunaan agama tenetu akan mengalami kenyataan-kenyataan yang
kadang-kadang menyulitkan pelaksanaan.
Modernisasi justru dapat digunakan untuk
meningkatkan rasa keagaam kita sesuai dengan yang telah direncanakan, bekerja
untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan menggambarkan bentuk manusia
modern. Oleh karena itu, mudah dipahami bahwa tidak
mampu atau tidak bisa memanfaatkan nikmat yang sedikit sebagaimana telah
diberikan oleh Yang Maha Esa serta berpikir dan bertindak penuh napsu amarah,
menghina dan tidak menghormati hasil kerja pendahulu tidaklah dapat dibenarkan,
karena akan berakibat sosial psikologi yang begitu besar diluar jangkauan
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...