Rabu, 24 Maret 2021

Menggali Pengetahuan dari Sekitar Kita

 

Rencana belajar yang saya tulis di jendela.



Jika kita sudah tahu apa yang dibutuhkan maka biasanya tahu juga ilmu apa yang harus dipelajari. Begitupun ilmu yang digali dari desa, tidak serta-merta diambil begitu saja tanpa mengetahui apa kegunaannya. 

Ya, kerangka pengetahuan yang harus terlebih dahulu dimiliki sebelum menggali atau mengambil pengetahuan yang "berserakan" di sekitar kita. Kerangka pengetahuan ini memang tidak diajarkan di sekolah. Dan, saya pun memahami kenapa itu tidak dilakukan karena filosofi belajar setiap orang berbeda-beda.

Kerangka pengetahuan yang saya maksudkan adalah semacam program belajar selayaknya kita mengarungi kehidupan sehari-hari. Jika di sekolah ada yang namanya kurikulum, maka dalam kehidupan manusia dewasa pun kurikulum itu harus ada. Hanya saja, membentuk kurikulum belajar seorang manusia dewasa jelas tidak bisa disamaratakan untuk setiap orang.

Agar lebih mudah, kerangka belajar kita haruslah mengacu pada cita-cita kita untuk apa hidup di dunia. Saya menyenderkan program belajar manusia dewasa pada cita-cita karena itulah yang bisa memicu untuk belajar. Percaya atau tidak, dengan tetap mengacu pada cita-cita maka kerangka belajar kita pun terbentuk dengan sendirinya.

Saya sangat menyarankan agar belajar benar-benar mengikuti minat kita akan cita-cita. Maksudnya, belajar bukan karena ajakan atau suruhan orang lain. Ingat, kita bukan anak kecil lagi yang masih harus memiliki bimbingan. Termasuk menentukan pengetahuan apa yang harus masuk ke otak.

Saya mencontohkan apa yang dialami sendiri, diantaranya cita-cita saya untuk membangun desa. Memang sebuah cita-cita yang terdengar "besar" dan "tampak sulit tercapai".

Namun, pengetahuan tentang apa dan bagaimana membangun desa itu "terus bermunculan" dalam pikiran. Buku-buku yang berserakan dan data di internet yang berdesakan bisa dengan "mudah" dipilih dan dipilah. Kemudian dipelajari.

Cita-cita bisa memotifasi dan mempengaruhi perbuatan manusia, begitupun pengetahuan yang akan mengisi pikirannya. Berpikir dan bertindak berdasarkan cita-cita lumrah adanya bagi manusia.  Pikiran pun bukan hanya berisi tentang kegamangan tetapi juga berisi unsur-unsur pengetahuan yang menunjang tercapainya cita-cita itu. 

Saya ingin menggarisbawahi bahwa cita-cita bukan hanya tentang profesi akan dijalani. Cita-cita harus lebih besar dari itu. Profesi hanya sebagian kecil dari sebuah cita-cita. Apabila dalam pikiran terpatri sebuah cita-cita maka istilah 'semesta mendukung' bisa dipahami cara kerjanya.

Pikiran akan terhubung dengan objek-objek yang menunjang cita-cita kita. Objek-objek itulah sumber pengetahuan penting dalam menempuh perjalanan menuju cita-cita itu. Objek itu bisa kongkrit atau abstrak. Mulai dari burung terbang hingga filsafat yang dianut suatu bangsa adalah contoh objek yang menunjang cita-cita. 

Cakupan pengetahuan itu sangat luas. Namun, keluasannya tidak akan membingungkan. Sebagaimana nahkoda tidak bingung berlayar di lautan luas karena memiliki kompas dan peta dalam pikirannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...