Senin, 07 Agustus 2023

Minat dan Bakat sebagai Modal Membangun Desa

Gambar Anak

Saya menelaah cukup lama hubungan antara minat dan bakat dengan pembangunan di pedesaan. Tentu saja bukan telaah sebagaimana seorang peneliti dari lembaga ilmiah mengenai suatu objek namun sekedar telaah dengan pandangan mata. Semata berdasarkan pengamatan sederhana kemudian disimpulkan sementara agar memperoleh pelajaran penting dari pengamatan tersebut. 

Dalam beberapa waktu terakhir, saya mengamati jika orang-orang yang belum bisa menemukan minat dan bakatnya sejak dini memang akan dibingungkan oleh keadaan pedesaan yang minim stimulus. Di desa, rangsangan untuk berkreasi tidaklah sebanyak di perkotaan. Roda ekonomi yang berputar lambat ternyata tidak bisa menyadarkan seseorang akan minat dan bakatnya. 

Dalam pengamatan saya, jikalau seseorang tidak mengikuti minat dan bakatnya, ternyata membuat dia frustasi bahkan menjadi pemalas. Dalam kehidupan di desa, orang-orang yang enggan bergerak dan bertindak sungguh kentara. Kesehariannya hanya diisi dengan keluh kesah tentang banyak perkara.

Memang, bukan hal mudah menentukan apa minat dan bakat seseorang apalagi di tengah minimnya impuls dari sekitar. Hanya saja, ketika dia terus berusaha mencari maka disanalah produktifitas itu akan berlangsung. Tidak hanya diam menunggu seseorang mengajak atau malah menunggu "wangsit" turun dari langit. 

Berusaha mencari itu sendiri akan menimbulkan keadaan hidup yang lebih dinamis. Tidak stagnan sebagaimana seseorang yang duduk termangu. Pencarian merupakan kegiatan yang bisa berdampak, setidaknya pada pembentukan karakter mental seseorang. 

Apabila tidak ada kegiatan mencari, maka bisa dibayangkan tidak ada kegiatan yang berimbas kepada perubahan. Memang tidak akan terlihat dampaknya jika hanya dilakukan oleh satu orang. Tetapi, jika banyak orang berdiam diri maka akan jelas terlihat betapa kehidupan menjadi "mati".

Saya selalu percaya jika pencarian minat dan bakat bakat memberikan dampak kepada diri seseorang. Karena masa pencarian itu sendiri memberikan makna kepada dirinya sebagai individu. 

Manusia tercipta bukan tanpa alasan. Ketika dia hadir di muka bumi maka diharuskan menciptakan dampak bagi sekelilingnya. 

Hanya saja, kultur bisa menghambat seseorang menemukan minat dan bakatnya sendiri. Di kampung saya, seorang anak tidak diarahkan untuk mengenali minat dan bakatnya sejak dini. Wajar jika ketika dewasa dia tidak bisa menemukan "apa yang diinginkan dalam hidup".

Kami masih menganggap jika minat dan bakat hanya sebuah slogan semata. Minat dan bakat masih terkotak pada bidang-bidang yang menawarkan kemewahan serta gaji besar. Padahal, minat dan bakat bisa saja mengenai hal-hal sederhana.

Siapa tahu jika seorang anak terlahir berminat dan berbakat untuk menggali selokan? 

Apakah hal demikian hanya akan dianggap sebagai "angin lalu". Bahkan banyak orang dewasa melarangnya melakukan hal demikian karena dianggap sebagai pekerjaan kotor dan murahan. Alhasil, dia tidak menyadari jika membuat selokan di seantero desa memang sudah menjadi tugas dia serta menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. 

Menurut saya, sekarang bukan zamannya lagi bagi orang dewasa untuk mengkotak-kotakkan minat dan bakat pada sebuah profesi. Karena besok-lusa pekerjaan yang didambakan banyak orang bisa saja sirna tergantikan oleh kecerdasan buatan. Mungkin ada "sesuatu yang baru" mengenai persepsi minat dan bakat itu sendiri. Karena alasan itu pula orang dewasa jangan menjadi pihak yang paling keras kepala dan merasa paling mengerti tentang masa depan anaknya. 

Saya percaya, minat dan bakat sangat unik bahkan spesifik pada setiap orang. Misalnya, saya suka menggambarkan apa yang ada dalam pikiran. Bukan berarti harus menjadi pelukis. Bisa saja menjadi seorang penulis. Andaikan sarana tidak memadai, kita bisa menggambarkan isi pikiran dalam sehelai daun atau di permukaan kayu sebagaimana orang-orang purba memahat ide-ide di permukaan batu.

Jadi, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk tidak mencari apa minat dan bakatnya. Karena alasan hanya akan menjadi penghambat untuk membuat pikiran lebih terbuka pada setiap kesempatan yang ada ... di depan mata! 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...