Industrialisasi pedesaan menjadi suatu
keniscayaan yang tidak bisa kita tolak lagi.
Industrialisasi tidak melulu merusak lingkungan dan membuat kesemrawutan
kehidupan bermasyarakat. Itu hanya sebagian dari efek negatif. Apabila dikelola
dengan baik, indsutri di pedesaan dapat menyesuaikan dengan kondisi di
sekitarnya. Jika suatu daerah melimpah akan bahan pangan maka industri pangan
perlu kiranya dibangun di sana. Jika suatu wilayah melimpah akan bahan tambang
maka industri pertambangan perlu kiranya dibangun di sana. Mengapa? Karena pembangunan
harus cepat dilakukan mengingat persaingan ekonomi global, apabila kita tidak
ingin selalu menjadi negara konsumen. Banyak data yang membuktikan bahwa bangsa
produsenlah yang mampu bertahan dalam percaturan dunia.
Tulisan ini tidak akan membahas panjang lebar
arti penting industrialisasi desa. Insya Alloh, di kemudian hari akan saya
tulis. Dalam tulisan ini saya akan coba
memaparkan salah satu hal yang mungkin terjadi ketika industrialisasi pedesaan
dilakukan yakni konflik. Berdasarkan berbagai literatur yang saya
baca, konflik pada masyarakat industri bisa terjadi karena beberapa hal:
Pertama, adanya perbedaan kepentingan antar
kelompok masyarakat. Pengusaha mempunyai kepentingan untuk mendapatkan
keuntungan dan memajukan usahanya. Warga sekitar lokasi usaha mempunyai
kepentingan untuk bisa hidup sesuai keinginan mereka. Memang definisi dari
kedua kelompok ini berbeda di setiap lokasi. Dalam upaya industrliasasi bisa
saja terjadi penolakan. Apalagi di pedesaan. Tidak setiap orang 'merasa butuh'
akan hadirnya industriliasasi di pedesaan. Bisa jadi ada banyak yang merasa
terganggu. Warga desa yang tidak terbiasa dengan 'kebisingan' cenderung menolak
baik secara vokal maupun verbal. Perubahan persepsi warga tentang
industrialisasi itu sendiri tidak bisa begitu saja berubah tetapi perlu waktu
dan pembelajaran terus-menerus.
Kedua, setiap kelompok menginginkan pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan psikologi. Jika
salah satu kebutuhan mereka tidak
terpenuhi maka biasanya timbul konflik mulai dari protes, pemboikotan bahkan
hingga pengusiran. Kedua kelompok bisa saling bertentangan. Jika pemerintah
tidak bisa menjadi penengah maka konflik semakin meruncing dan mengarah pada
'penghancuran' tata kemasyarakatan. Contoh, jika pengusaha membangun pabrik yang
menimbulkan polusi suara (kebisingan) maka warga di sekitarnya memprotes.
Kegiatan produksi bisa terhenti sama sekali. Tujuan industrialisasi yang
konstruktif/membangun malah menjadi destruktif/menghancurkan.
Ketiga, perbedaan pandangan/persepsi warga
tentang industrliasasi itu sendiri. Ada orang yang menganggap itu penting
tetapi ada juga yang menganggap itu hanya akan menimbulkan masalah dikemudian
hari. Perbedaan pandangan ini bisa
timbul dari hal yang paling mendasar.
Untuk meredam konflik sejak awal, maka sebuah
kawasan industri harus dibangun atas dasar kepentingan bersama untuk maju. Ada
dua pendekatan yang bisa dilakukan sebelum industrialisasi benar-benar terjadi.
Pendekatan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologi bisa menjadi solusi
sebelum adanya konflik yang tidak diinginkan.
Secara ekonomi, warga desa harus diyakinkan bahwa
industrialisasi perlu dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan warga itu
sendiri. Industrialisasi harus menjadi solusi bagi warga desa yang belum
memiliki penghasilan. Warga desa bisa menjadi pekerja bagi pabrik yang akan
didirikan atau menjadi mitra usaha tergantung peran apa yang mereka inginkan.
Desakan kebutuhan ekonomi bisa 'memaksa' orang untuk bersikap 'memberontak'
terhadap keadaan yang sebenarnya menguntungkan. Hanya saja karena kurang
pendekatan dari para pengusaha dan pemerintah maka warga sekitar yang tidak
mendapatkan 'jatah' bisa menagih hak mereka.
Untuk itu, konsep usaha yang akan didirikan
sebaiknya padat karya agar bisa menampung lebih banyak warga desa yang
membutuhkan pekerjaan. Adaptasi teknologi memang perlu dilakukan untuk
efisiensi produksi. Tetapi, memilih memperkerjakan banyak orang bisa dianggap
sebagai investasi jangka panjang.
Aspek psikologis perlu diperhitungkan dengan cara
memberikan kenyamanan pada setiap orang. Secara fisik, sarana yang yang
memberikan kenyamanan harus dibangun, diantaranya:
1. Perumahan
vertikal yang dekat dengan lokasi industri;
2. Sarana
air minum di sepanjang jalan;
3. Taman
rekreasi;
4. Sanitasi
yang baik, menyediakan WC mobil di pusat keramaian;
5. Sarana
olah raga;
6. Penanaman
pohon rindang.
Perhitungan secara ekonomi, memang pembangunan
sarana penunjang kawasan industri terbilang 'mahal'. Akan ada banyak biaya yang
harus dikeluarkan tetapi itu adalah investasi masa depan. Bayangkan jika di
masa depan kawasan industri yang telah kita bangun masih bisa memberikan
kenyamanan bukan malah sebaliknya sebagai sarang polusi dan ketidaknyamanan
kehidupan.
Kunci penting lainnya adalah pengenalan indsutri pada
masa pendidikan. Sejak dini pelajar mempunyai kerangka berpikir yang
jelas tentang peranan masing-masing. Pemahaman tentang potensi daerah perlu
ditekankan sejak di bangku sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...