Kreatifitas adalah proses kemampuan individu
untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya,
merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya,
serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah
dirumuskan. Untuk dapat melakukan semua itu memerlukan adanya dorongan-dorongan
dari lingkungan yang didasari oleh potensi-potensi kreatif yang telah ada dalam
dirinya. Dengan demikian terjadi saling menunjang antara faktor lingkungan
dengan potensi kreatif yang telah dimiliki sehingga dapat mempercepat
berkembang kreatifitas pada individu yang bersangkutan.[1]
Berdasarkan analisis yang dilakukan, Kroeber
mengambil suatu kesimpulan bahwa munculnya para orang-orang kreatif tinggi
dalam sejarah merupakan refleksi dari pola-pola perkembangan nilai-nilai
sosial, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan, dan peranan keluarga. Kelahiran
mereka sebagai orang-orang yang berprestasi kreatif luar biasa dimungkinkan
oleh kondisi ekonomi, politik, kebudayaan dan peranan keluarga, serta semangat
zaman yang mengitarinya, yang memang kondusif.
Merangsang kreatifitas anak _hingga orang
dewasa_ tidaklah cukup dengan pendidikan formal saja, tetapi perlu ada
lingkungan yang bisa menunjangnya. Mengembangkan lingkungan yang kondusif tersebut
bisa direncanakan sejak awal sebagai upaya investasi bagi perkembangan
kehidupan di masa depan. Lingkungan perdesaan sebagai tempat tinggal sangat
mungkin untuk dibangun menjadi sarana efektif untuk ‘menelorkan’ insan-insan
kreatif di masa depan.
Insan kreatif tersebut bisa lahir dari budaya
industrialis yang dibangun dengan memperhatikan kebutuhan manusia. Industri yang
dimaksud bisa menjadi tempat untuk mengekspresikan diri bagi setiap potensi
individu. Lingkungan industri yang dimaksud bukanlah industri yang penuh dengan
tekanan tetapi industri yang dinamis penuh rasa humanis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...