Para
penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai
investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun nonmoneter.
Manfaat nonmoneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih
baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan
manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter
adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah
menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan
lulusan pendidikan di bawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing
Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of
Illionis, 1982, h.121).
Sumber daya manusia yang berpendidikan
akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan
ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu
negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya
keterampilan, ilmu pengetahuan, dan teknologi oleh sumber daya manusianya
sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
Profesor
Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar
dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar
setidaknya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do,
leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui
delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur,
menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional
seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila
perlu diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya
“benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar”
karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah
gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan
pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk
pendidikan tingkat selanjutnya.
Ketiga,
investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis
yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi
kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan
terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial
yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin Cheong Cheng, School
Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development,
Washington D.C: The Palmer Press, 1996, h.7).
Fungsi
politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada
tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan
membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang
positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang
berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan
dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan
diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara
lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.
Fungsi
budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya
pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan
membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta
untuk bersosialisasi dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang
baik. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau
menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih
terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang
yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya
yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regional.
Fungsi
kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan
pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat
individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara
mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar
sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan
informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju
dan terus belajar.
Problem yang akan dihadapi generasi
mendatang tidak akan dapat meningkatkan skill dan kemampuan mereka menjadi knowledge
worker atau pekerja berpengetahuan. Akhirnya, bangsa ini akan gagal dalam
meraih keunggulan daya saing dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Digital
divide atau terjadinya jurang informasi akan melanda bangsa kita.
Berhadapan dengan bangsa yang lebih maju akan semakin membuat bangsa ini
terpuruk, ketinggalan dengan bangsa-bangsa tersebut. Agar tidak menjadi
pecundang di era reformasi, sudah selayaknya institusi pendidikan mengambil
peran aktif untuk mengaktualisasikan sebuah visi membangun masyarakat membaca.
Hanya dengan usaha inilah, sebutnya, kita akan dapat membangun literasi yang
lain seperti literasi ilmu pengetahuan, literasi ekonomi, literasi teknologi,
literasi multikultural dan literasi lain yang dapat digunakan untuk membuat
dunia menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Sumbrer:
Investasi Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan Bahasa dengan Strategi Keberwacanaan, Isah Cahyani, UPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...