Bekerja untuk menghasilkan sebuah karya nyata.
Tidak banyak orang yang berpikir seperti itu. Ada banyak orang yang bekerja
bagaikan mesin yang sekedar mengerjakan apa saja tanpa ada tujuan akhir dari
yang dikerjakannya. Mereka laksana mesin bernyawa yang diperintahkan sang
majikan untuk mengerjakan apa yang sebenarnya tidak mau dikerjakan. Tanpa makna
dan rencana.
Sadarkah kita bahwa kita telah teperangkap
dalam mekanisme mesin kehidupan. Kondisi masyarakat yang kapitalistik
menjadikan setiap dirinya begitu sibuk mengejar tujuan-tujuan jangka pendek.
Sekedar memenuhi kebutuhan perut semata. Tidak banyak yang tahu jika dia secara
tidak sadar digiring untuk mengikuti nafsu para konglomerasi.
Konglomerasi dan ekonom pro kapitalis terlalu
memandang rendah diri seorang manusia. Dia tidak menjadikannya makhluk yang
patut dihargai dan diperhitungkan keberadaannya. Sistem sosial yang sudah
terbentuk memaksa banyak orang untuk tunduk pada kebutuhan jangka pendek.
Hingga, banyak orang yang tidak sempat mempersiapkan diri untuk masa depannya
sendiri bahkan keturunannya.
Dalam kondisi seperti itu, kreatifitas tidak
lebih berharga dari tenaga hewan pembajak sawah. Bahkan, secara tidak sadar
kreatifitas manusia dibunuh dengan perlahan. Tidak banyak karya lahir dari
sosok manusia yang bertebaran dimana-mana. Alhasil, ketergantungan pada orang
lain menjadi ciri khas manusia yang kehilangan kreatifitas.
Memang berbeda antara ‘bekerja’ dan ‘berkarya’
walaupun pada prakteknya terlihat sama. Para pekerja adalah mesin bernyawa yang
menyerahkan kreatifitasnya untuk tunduk pada konglomerasi. Berkarya
menghasilkan wujud nyata untuk kemajuan manusia dimasa depan. Karya-karya itu
lahir dari orang yang memiliki imajinasi tentang masa depan yang lebih mapan.
Karya seni, bangunan, mesin dan lainnya sebagai perwujudan para manusia penuh
karya.
Dimasayrakat pun kita membedakan antara ‘pekerja
atau buruh’ dengan ‘karyawan’. Ya, memang beda. Hakikatnya sama bekerja pada
orang lain. Tetapi para karyawan menghasilkan karya sedangkan para pekerja
hanya bekerja tanpa karya yang bisa dibanggakan. Apakah salah? Tidak.
Bekerja untuk Masa Depan
Masih menjadi perbedaan pendapat tentang apa
sebenarnya hakikat bekerja yang dilakukan manusia. Ada banyak orang yang
bekerja sekedar untuk menghidupi anak-isteri atau sekedar mengumpulkan harta
benda belaka. Menjadi semacam keharusan
ketika seseorang telah mencapai usia dewasa untuk ‘mencari’ kerja dan memiliki
penghasilan sendiri. Definisi bekerja sendiri masih ‘abu-abu’ karena setiap
orang memiliki motifasi, visi dan pengaruh lingkungan yang berbeda di sekitar
dirinya. Apakah bekerja itu untuk mendapatkan uang yang akan digunakan untuk
menutupi kebutuhan sehari-hari atau bekerja itu untuk membangun diri dan
lingkungan sekitarnya agar memiliki kehidupan masa depan yang lebih baik?
Di berbagai belahan penjuru dunia orang-orang
memiliki pandangan berbeda tentang ‘bekerja’. Hal itu bisa kita lihat dari etos
kerja yang mereka miliki. Ya, persepsi setiap orang tentang bekerja ternyata
mempengaruhi etos kerja itu sendiri. Jika seseorang menginginkan kehidupan yang
lebih baik di masa depan maka mereka bekerja dengan giat meskipun belum
mendapatkan hasil yang diinginkan. Ada juga yang sekedar mendapatkan uang untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Ketika uang sudah didapat maka etos kerjanya pun
menjadi buruk. Tidak ada motifasi lain yang menggerakan hatinya untuk bekerja
lebih baik.
Bagi saya bekerja adalah untuk masa depan yang
lebih baik. Menurut saya, bekerja bukanlah aktifitas yang bersifat rutin untuk
mendapatkan imbalan pada tempo tertentu, misalnya akhir bulan. Kita bukan robot
atau kerbau pembajak sawah. Sebagai manusia, sudah seharusnya memaksimalkan
potensi akal-pikiran dan fisik kita untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Bekerja bukan sekedar mendapatkan imbalan lalu dihabiskan begitu saja dan itu
berulang terus-menerus. Tetapi, bekerja adalah proses untuk mengubah lingkungan
kita menjadi tempat yang layak untuk kita tinggali. Mempersiapkan segalanya untuk
masa depan lebih baik adalah inti dari sebuah pekerjaan yang kita tekuni.
Jika hari ini kita belum memiliki rumah, maka
kita bekerja untuk mendapatkan rumah. Caranya? Itu tergantung pada kemampuan
dan kesempatan yang kita miliki. Kita bisa membangunnya sendiri atau menggunakan
jasa orang lain. Atau kita bekerja pada orang lain dan imbalannya kita gunakan
untuk membiayai rumah idaman kita. Jika kita memiliki kesempatan lebih luas,
maka tidak sekedar membangun rumah saja. Tetapi kita pun menyediakan tempat
tinggal yang nyaman bagi diri kita dan keluarga kita. Kita membuat selokan
menjadi lebih bersih, jalan menjadi lebih mulus, gang sempit menjadi lebih
lapang atau tanah gersang menjadi lebih hijau. Dengan keringat dan penat yang
kita korbankan maka akan terlihat hasil kerja kita.
Pernahkah terpikir oleh kita banyak orang-orang
hebat yang bekerja untuk membangun peradaban manusia menjadi lebih baik. Mereka
tidak hanya memikirkan bagaimana keluarganya bisa makan dan hidup bahagia.
Tetapi, mereka mempersiapkan kehidupan yang lebih baik untuk anak dan cucunya.
Masyarakat yang damai dan kehidupan yang teratur adalah hasil kerja kerasnya.
Harus diingat bahwa sebanyak apa pun uang yang kita miliki tidak berarti
apa-apa jika masyarakat di sekitar kita tidak pernah merasakan kedamaian. Uang
hanya akan jadi sampah tidak berarti karena tidak banyak barang yang bisa
dibeli.
Maksud dari kehidupan yang lebih baik sangatlah
luas. Keluarga yang harmonis, tetangga yang sejahtera, anggota masyarakat yang
tertib dan negara yang aman juga dunia yang nyaman untuk ditinggali adalah
kehidupan yang lebih baik di masa depan. Ke arah sanalah kita bekerja. Bekerja
adalah proses untuk itu, bukan menjadi beban karena keterpaksaan manusia hidup
di dunia. Alloh telah menyediakan semuanya bagi kita, tinggal bagaimana kita
mengolah alam yang indah ini dengan cara-Nya sehingga terwujud kehidupan yang
senantiasa mendapatkan rahmat-Nya.
Saya sering mendapatkan omelan karena saya
terkesan tidak mau mencari pekerjaan. Mereka berkata bahwa nanti seorang pemuda
akan menikah dan punya anak maka untuk itu pemuda harus mencari pekerjaan. Saya
hanya tersenyum. Bagi mereka bekerja seakan beban yang harus dipikul. Namun,
bagi saya bekerja tidak hanya untuk anak dan isteri. Bekerja untuk
mempersiapkan generasi mendatang agar dia hidup di dunia yang jauh lebih baik
dibandingkan saat ini. Saya senantiasa
berpikir bagaimana generasi masa depan mendapatkan sumber pangan dan pendidikan
yang lebih baik. Ke arah sanalah saya bekerja. Mempersiapkan generasi yang
tidak kekurangan makanan dan jauh dari pendidikan yang baik. Itu sudah menjadi
perintah Alloh dalam Al-Qur’an.
Memang saya terkesan memilah dan memilih
pekerjaan. Tetapi bagi saya, selagi kita punya kesempatan maka kita maksimalkan energi kita untuk
membangun masa depan _secara fisik dan sosial_. Secara fisik, membangun
infrastruktur untuk menunjang perekonomian menjadi keharusan. Kita pun jangan
lupa untuk membangun tatanan sosial yang lebih baik. Semua ‘SOP’-nya sudah ada
dalam Al-Qur’an. Di dalamnya kita bisa menemukan hal apa saja yang harus
dipersiapkan untuk menjadi masyarakat yang memiliki peradaban maju. Sarana
pertanian, keamanan, tempat ibadah, pendidikan, transportasi bahkan industri
harus segera disiapkan agar menjadi masyarakat yang beradab di mata dunia.
Ya, cara pandang saya terlalu luas. Tetapi
itulah manusia. Kita bisa memulainya dari lingkungan rumah kita. Sudahkah kita
memiliki lumbung pangan keluarga, sarana air dan sarana belajar untuk tumbuh
kembang anak-anak kita? Apakah rumah kita sudah memenuhi syarat sebagai rumah
yang sehat? Apakah sudah terjalin komunikasi antar anggota keluarga sehingga
memiliki visi yang sama dalam mengarungi kehidupan?
Masih banyak hal yang harus segera kita
kerjakan. Selama mata kita masih belum terpejam maka itulah waktu kita untuk
bekerja. Manusia memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan dengan
anggapannya sendiri. Satu detik di dunia sangatlah berharga. Percayakah bahwa
para berpikir beberapa menit ternyata bisa mengubah dunia. Ketika fisik sudah
lelah maka otak kita masih bisa bekerja. Banyak orang-orang besar yang melahirkan ide besar ketika mereka berpikir
dalam waktu beberapa menit. Berpikir beberapa menit untuk masa depan lebih
berharga daripada bekerja fisik berhari-hari hanya sekedar menutupi keinginan
sesaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...