Jumat, 05 September 2014

Kepemimpinan Informal di Desa

Kepemimpinan menjadi hal yang krusial dalam proses pembangunan, termasuk di desa. Pembangunan yang berskala global, nasional hingga satuan terkecil dalam komunitas manusia memerlukan pemimpin sebagai penentu arah pembangunan itu. Sejarah mencatat, kepemimpinan seseorang sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembangunan.
Dalam kasus di pedesaan, kepemimpinan pembangunan diprakarasai oleh pemerintah desa. Hanya saja, kepemipimpinan kepala  desa masih terbatas pada kepempimpinan yang bersifat adiminstratif. Perlu adanya pemimpin informal yang bisa membawa desa menuju arah pembangunan yang lebih luas dalam jangka waktu lama. Sebagaimana yang saya bahas dalam Peran Ulama dalam PembangunanPedesaan , peran tokoh masyarakat belum bisa melengkapi peran pemerintah dalam pembangunan sosial-ekonomi.
Tantangan ini seharusnya bisa dijawab oleh lembaga pendidikan. Namun sayang, lembaga pendidikan belum bisa melahirkan para pemimpin baru karena situasi yang dihadapi berbeda dengan kehidupan bermasyarakat. Secara umum, lembaga pendidikan terlalu terfokus pada aspek teoritis sehingga kurang dihadapkan pada realita. Para akademisi seakan 'menutup diri' akan kondisi yang sebenarnya sedang terjadi. Untuk itu, upaya untuk 'mencetak' pemimpin baru belum berhasil sebagaimana yang diharapkan. Idealnya, dengan pengetahuan yang banyak lembaga pendidikan bisa menjadi solusi atas langkanya pemimpin di masyarakat.
Salah satu lembaga yang bisa 'melahirkan' para pemimpin baru di pedesaan adalah perusahaan atau kalangan industrial. Para pekerja atau jajaran manajemen di perusahaan dididik untuk menjadi pemimpin dalam levelnya masing-masing.
Perusahaan yang dimaksud, tentu bukan perusahaan yang dikelola dengan 'alakadarnya'. Perusahaan yang akan melahirkan pemimpin dimasyarakat adalah perusahaan yang secara terencana merancang dan melaksanakan program pelatihan pengembangan diri bagi karyawannya. Perusahaan yang mampu menyetak pemimpin informal bisa saja mempengaruhi kebijakan pembangunan di desa. Pemimpin informal itu bisa menjadi tempat bertanya bagi pemerintah atau turut serta masuk dalam Badan Permusyawarahan Desa (BPD).
Masyarakat sangat membutuhkan pemimpin informal yang lahir dari perusahaan karena:
Pertama, karyawan atau manajer yang turut serta dalam kegiatan kemasyarakatan biasanya mempunyai tujuan yang lebih luas. Orang seperti ini menjadikan profesi sebagai sarana untuk membangun desanya. Mereka akan meraasa sebagai anggota masyarakat yang berguna.
Kedua, mereka yang aktif dalam kegiatan masyarakat akan mempunyai pandangan yang lebih luas karena bertemu dengan banyak karakter masyarakat. Dalam perusahaan pun, orang ini bisa mempunyai banyak ide untuk memajukan perusahaan sekaligus turut serta mengembangkan masyarakat.
Ketiga, turut sertanya seseorang dalam kegiatan masyarakat akan memberikan kesan positif bagi perusahaan tersebut. Ini menjadi bukti bahwa perusahaan hadir sebagai lokomotif pembangunan di desa bukan sebaliknya justru 'merusak' tatanan yang sudah ada.
Kelak, para pempimpin informal ini bisa menjadi pemimpin formal dengan terjun kedalam kancah politik. Masyarakat pun secara otomatis akan percaya pada mereka karena sudah terbukti memberikan kontribusi positif bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Pemimpin seperti ini punya keinginan kuat untuk menjadikan kehidupan lingkungannya menjadi lebih baik. Mereka paham secara teknis hingga tataran manajemen bahkan sampai bidang yang diluar profesinya kini.

Saya berharap, kita bisa mengubah pandangan miring pada para pengusaha yang dianggap hanya memanfaatkan sumberdaya yang ada. Padahal, sebagaimana disebutkan di atas niat baik para pengusaha yang berkiprah di desa bisa terlihat dari seberapa besar peran mereka 'memimpin' masyarakat dengan potensi yang dimiliki, meskipun secara informal dan tanpa bayaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...