Kepemimpinan menjadi hal yang krusial dalam
proses pembangunan, termasuk di desa. Pembangunan yang berskala global,
nasional hingga satuan terkecil dalam komunitas manusia memerlukan pemimpin
sebagai penentu arah pembangunan itu. Sejarah mencatat, kepemimpinan seseorang
sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembangunan.
Dalam kasus di pedesaan, kepemimpinan
pembangunan diprakarasai oleh pemerintah desa. Hanya saja, kepemipimpinan
kepala desa masih terbatas pada
kepempimpinan yang bersifat adiminstratif. Perlu adanya pemimpin informal yang
bisa membawa desa menuju arah pembangunan yang lebih luas dalam jangka waktu
lama. Sebagaimana yang saya bahas dalam Peran Ulama dalam PembangunanPedesaan , peran tokoh masyarakat belum bisa melengkapi
peran pemerintah dalam pembangunan sosial-ekonomi.
Tantangan ini seharusnya bisa dijawab oleh
lembaga pendidikan. Namun sayang, lembaga pendidikan belum bisa melahirkan para
pemimpin baru karena situasi yang dihadapi berbeda dengan kehidupan
bermasyarakat. Secara umum, lembaga pendidikan terlalu terfokus pada aspek
teoritis sehingga kurang dihadapkan pada realita. Para akademisi seakan 'menutup
diri' akan kondisi yang sebenarnya sedang terjadi. Untuk itu, upaya untuk 'mencetak'
pemimpin baru belum berhasil sebagaimana yang diharapkan. Idealnya, dengan
pengetahuan yang banyak lembaga pendidikan bisa menjadi solusi atas langkanya
pemimpin di masyarakat.
Salah satu lembaga yang bisa 'melahirkan' para
pemimpin baru di pedesaan adalah perusahaan atau kalangan industrial. Para
pekerja atau jajaran manajemen di perusahaan dididik untuk menjadi pemimpin
dalam levelnya masing-masing.
Perusahaan yang dimaksud, tentu bukan
perusahaan yang dikelola dengan 'alakadarnya'. Perusahaan yang akan melahirkan
pemimpin dimasyarakat adalah perusahaan yang secara terencana merancang dan
melaksanakan program pelatihan pengembangan diri bagi karyawannya. Perusahaan yang
mampu menyetak pemimpin informal bisa saja mempengaruhi kebijakan pembangunan
di desa. Pemimpin informal itu bisa menjadi tempat bertanya bagi pemerintah atau
turut serta masuk dalam Badan Permusyawarahan Desa (BPD).
Masyarakat sangat membutuhkan pemimpin informal
yang lahir dari perusahaan karena:
Pertama, karyawan atau
manajer yang turut serta dalam kegiatan kemasyarakatan biasanya mempunyai
tujuan yang lebih luas. Orang seperti ini menjadikan profesi sebagai sarana
untuk membangun desanya. Mereka akan meraasa sebagai anggota masyarakat yang
berguna.
Kedua, mereka yang
aktif dalam kegiatan masyarakat akan mempunyai pandangan yang lebih luas karena
bertemu dengan banyak karakter masyarakat. Dalam perusahaan pun, orang ini bisa
mempunyai banyak ide untuk memajukan perusahaan sekaligus turut serta
mengembangkan masyarakat.
Ketiga, turut sertanya seseorang dalam kegiatan
masyarakat akan memberikan kesan positif bagi perusahaan tersebut. Ini menjadi
bukti bahwa perusahaan hadir sebagai lokomotif pembangunan di desa bukan
sebaliknya justru 'merusak' tatanan yang sudah ada.
Kelak, para pempimpin
informal ini bisa menjadi pemimpin formal dengan terjun kedalam kancah politik.
Masyarakat pun secara otomatis akan percaya pada mereka karena sudah terbukti
memberikan kontribusi positif bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Pemimpin seperti
ini punya keinginan kuat untuk menjadikan kehidupan lingkungannya menjadi lebih
baik. Mereka paham secara teknis hingga tataran manajemen bahkan sampai bidang
yang diluar profesinya kini.
Saya berharap, kita
bisa mengubah pandangan miring pada para pengusaha yang dianggap hanya
memanfaatkan sumberdaya yang ada. Padahal, sebagaimana disebutkan di atas niat
baik para pengusaha yang berkiprah di desa bisa terlihat dari seberapa besar
peran mereka 'memimpin' masyarakat dengan potensi yang dimiliki, meskipun secara
informal dan tanpa bayaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...