Kekhawatiran akan bertambahnya penduduk tidak
bisa diimbangi dengan bertambahnya lapangan kerja, ternyata tidak berlaku bagi
Ibnu Kholdun. Beliau menerangkan bahwa suatu pemerintahan yang baik,
dengan memajukan industri, bisa menambah jumlah penduduknya dan memperbesar
kekayaannya.[1]
Suatu keniscayaan, bahwa penduduk bumi akan
terus bertambah dari waktu ke waktu meskipun dengan laju pertumbuhan yang
melambat. Begitu pun penduduk desa, jumlahnya akan terus bertambah seiring
dengan berkembangnya peradaban manusia. Mungkin luput dari perhatian,
pertambahan ini akan menimbulkan permasalahan apabila tidak dikelola dengan
baik. Warga desa akan mengalami imbas negatif dari bertambahnya jumlah penduduk
ini seperti minimnya lapangan kerja, penyempitan lahan untuk pemukiman,
ketiadaan sarana kesehatan dan sebagainya.
Untuk itu, warga desa perlu memikirkan situasi
ini jauh-jauh hari. Warga desa perlu perencanaan yang baik dalam mengelola
sumberdaya manusianya. Hal krusial yang paling sensitif dan mendesak adalah
bagaimana warga desa sendiri menyediakan lapangan pekerjaan bagi generasi
penerusnya. Ini perlu dilakukan, supaya anak muda tidak urbanisasi ke kota besar dimana disana pun
daya tampungnya sudah tidak mencukupi. Apabila lapangan pekerjaan sudah
tersedia, maka infrastruktur lain bisa mengikuti karena dengannya penduduk bisa
mengeluarkan biaya untuk memenuhinya.
Industrialisasi pedesaan sudah menjadi
keniscayaan. Warga desa tidak bisa berdiam diri 'menonton' kemajuan kota tetapi
juga harus bisa menjadi 'pemain' dari kemajuan itu. Investasi mendesak untuk
dilakukan demi terciptanya lapangan kerja baru. Menambah jumlah industri
adalah salah satu strategi pengelolaan penduduk terbaik karena bisa menjadi
sarana pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sarana kesehatan dan pendidikan
akan mengikuti apabila sumber pendapatan penduduk tersedia.
Ketika jumlah penduduk bertambah, kita semua
tidak sekedar merasa khawatir akan efek negatifnya tetapi juga bisa melihat ini
sebagai investasi masa depan. Saat ini, para ahli manajemen sudah
mulai menyadari akan arti pentingnya pengembangan potensi sumberdaya manusia.
Apabila kita melihat bertambahnya manusia adalah bertambahnya aset masyarakat
maka akan ada upaya maksimal untuk 'mengelolanya'.
Persepsi ini akan membawa para pemegang
kepentingan akan memikirkan bagaimana menjadikan setiap manusia yang ada
sebagai sarana untuk menjawab tantangan global. Saat ini, produktifitas
industri yang berorientasi ekspor sangat dibutuhkan. Hal ini untuk bisa
mengimbangi neraca perdagangan internasional yang sedang dijalankan oleh
Indonesia. Seperti di Cina, warganya sangat tertantang untuk memproduksi apa
saja yang bisa dijual di luar negeri. Bagi orang China, perdagangan bebas
merupakan tantangan yang menggairahkan untuk diambil manfaatnya. Bukan
sebaliknya, perdagangan bebas dianggap sebagai 'serangan mematikan' potensi.[2]
Industri sebagai Pengendali Penyebaran Penduduk
Pengendalian jumlah penduduk sebaiknya tidak
menjadi alasan Pemerintah untuk tidak menumbuhkan industri di seantero negeri. Malahan
pertumbuhan industri di daerah sebagai 'sarana utama' untuk mengendalikan jumlah
penduduk di daerah. Industri menjadi wahana bagi penduduk untuk bisa mengontrol
diri akan mobilitas mereka sehingga pola penyebarannya lebih tertata.
Namun, pertumbuhan industri di daerah tidak
hanya tugas Pemerintah tetapi juga harus ada andil warga daerahnya sendiri.
Warga daerah harus menyadari sejak hari ini bahwa pengendalian jumlah penduduk
oleh pemerintah bermaksud untuk memberikan kesempatan merata kepada seluruh
warga negara. Kesempatan yang merata akan merangsang kreatifitas warga untuk
turut serta membangun daerahnya sendiri. Dengan demikian, segala potensi dan
sumberdaya akan tercurahkan bagi kegiatan sosial-ekonomi daerah.
Poin penting dari pernyataan Ibnu Kholdun di
atas adalah bagaimana pemerintah dan warganya mampu menumbuhkan industri seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dalam hal ini, perlu ada upaya
sistematis dan terencana dari semua pihak untuk bisa mengimbangi keduanya.
Pertama, kesadaran ini harus disebarkan kepada
seluruh lapisan masyarakat. Warga harus paham bahwa lapangan kerja tidak
tersedia begitu saja tetapi harus dibuat dan disediakan. Di tengah masyarakat,
sudah menjadi mafhum bahwa seorang anak akan mencari kerja sendiri ketika dia
dewasa kelak. Para orang tua seakan tidak mempunyai 'kewajiban' untuk
menyediakan lapangan kerja bagi keluarganya.
Kita juga harus memahami bahwa tidak semua
orang berminat menjadi wirausahawan. Untuk itu, perlu upaya memberikan
kesempatan berkarya bagi para 'calon pekerja'. Industri diyakini mampu
menyediakan sarana untuk berkarya bagi mereka yang berpotensi untuk itu.
Kedua, menumbuhkan tradisi industri. Tradisi
untuk mengolah belum tumbuh di tengah masyarakat kita. Jika kita melihat
masyarakat Jepang, disana industri sudah menjadi tradisi yang tumbuh sejak
lama. Kegiatan mengolah bahan menjadi barang siap pakai seakan menjadi kegiatan
yang menyenangkan bagi masyarakat Jepang. Tidaklah aneh, jika orang Jepang
berlomba untuk membuat produk terbaik di dunia.
Ketiga, menumbuhkan tradisi berinvestasi.
Permasalahan Buruh
Permasalahan buruh sering mengemuka belakangan
ini. Situasi ekonomi membuat buruh menuntut upah lebih tinggi dari sebelumnya.
Untuk itu, sebelum semua itu mengemuka maka sebaiknya ada antisipasi sehingga
permasalahan buruh tidak menjadi besar.
Industri seharusnya menjadi solusi bagi problem
yang timbul dari bertambahnya jumlah penduduk. Industri semestinya menjadi
lokomotif bagi penyelesaian atas ekses negatif 'meledaknya' jumlah penduduk. Apabila
direncanakan dengan baik, industri akan membawa pada keterlibatan banyak orang
untuk membangun daerahnya sendiri.
Adanya industri bukan menjadi biang dari
masalah perburuhan yang sering dikemukakan banyak orang. Industri merupakan
sarana penghimpun sumberdaya yang dimiliki oleh suatu daerah. Industri dipercaya
bisa memicu meningkatnya kualitas sumberdaya manusia. Apabila prinsip ini
diterapkan, maka pengusaha akan lebih mengedepankan pembinaan karyawannya
dibandingkan dengan 'menukarnya' dengan tenaga robot. Sebelum permasalahan
muncul, harus ada persamaan persepsi bahwa industri didirikan bukan sebagai
tempat untuk mengeksploitasi tenaga manusia.
Permasalahan buruh bisa juga timbul karena
ketidakpuasan buruh akan posisi mereka di dalam industri itu sendiri.
Industrialis semestinya memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada
buruh. Perusahaan semestinya 'memelihara' assetnya ini dengan menerapkan pola
pembinaan dan pola pelatihan secara berkala. Pihak manajemen harus punya mimpi
untuk membesarkan usahanya hingga level tertinggi. Manajemen harus
menganggarkan dana untuk berinvestasi pada aspek sumberdaya manusia.
Industrialis harus sadar bahwa di masa depan keberlangsungan industri yang
digelutinya berada di tangan para penerusnya.
Konsep di atas memang terdengar idealis, tetapi
sebagaimana dikemukakan Ibnu Kholdun bahwa industri adalah sumber 'kekayaan'
bagai seluruh lapisan masyarakat. Industri bukan hanya sebagai sumber kekayaan
para pengusaha atau pemilik modal. Prinsip kerjasama untuk kemajuan bersama,
akan membawa pada perubahan tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...