Kharisma
Pemimpin di Tengah Masyarakat Desa
Kultur masyarakat desa yang masih mengedepankan
kharisma seorang pemimpin sekiranya perlu dipertahankan. Hal ini berlaku untuk
mendorong motifasi warga untuk membangun. Di tengah persaingan global seperti
sekarang ini, warga desa perlu dibimbing menuju ke arah kemajuan. Apalagi,
otonomi daerah menghendaki orang 'daerah' untuk membangun daerahnya sendiri.
Untuk itu, seorang pemimpin yang kharismatik diharapkan bisa membawa pedesaan
ke arah kemajuan yang dimaksud.
Ada suatu realita yang saya amati, bahwa
terjadi pemudaran 'konsep kepemimpinan kharismatik' di desa-desa. Warga desa
seakan kurang bisa menerima lagi seorang tokoh 'mempengaruhi' segala aktifitas
kemasyarakatan. Warga desa lebih independen dalam menyuarakan kepentingan
mereka.
Formalisasi kepemimpinan kiranya membuat warga
lebih mengedepankan pemimpin formal dibandingkan pemimpin informal. Apalagi,
dalam sistem pendidikan di Indonesia sangat mengedepankan legalitas
dibandingkan aktifitas yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin. Arus
informasi yang begitu deras, menyajikan banyak contoh kepemimpinan formal di
berbagai belahan dunia sehingga secara tidak sadar warga desa lebih bisa
mengakui formalitas seorang pemimpin. Mobilisasi warga ke perkotaan juga turut
mempengaruhi cara pandang mereka terhadap konsep kepemimpinan yang selama ini
ada.
Kepemimpinan di desa tidak hanya berada di
pundak seorang Kepala Desa tetapi juga berada pada tokoh-tokoh masyarakat. Peran
para tokoh masyarakat ini penting dalam rangka cipta kondisi pedesaan itu
sendiri. Tokoh masyarakat _dimana jumlahnya lebih dari satu_ menjadi 'peramu'
kebijakan Pemerintah Desa yang diformalkan. Bagaimanapun, mereka perlu 'diajak
bicara' dalam menentukan arah pembangunan pedesaan.
Warga desa secara umum, diharapkan bisa
menerima realita bahwa ada kepemimpinan kolektif para tokoh masyarakat di
tempat tinggalnya. Demi kepraktisan, para tokoh ini semestinya diberi peran
lebih dominan dalam menentukan sebuah keputusan. Hal yang perlu dimaklumi, jika tidak bisa
setiap orang terakomodir kepentingannya.
Walaupun secara formal para tokoh ini bukan
pemimpin, tetapi sebenarnya merekalah yang memilki rencana besar pembangunan
pedesaan. Kepentingan sosial ekonomi para tokoh ini mesti terpenuhi. Saya
berpikir bahwa warga desa masih bisa menerima konsep Kepemimpinan Kolektif
seperti ini apabila kesejahteraan yang diharapkan dapat terpenuhi. Tujuan dari
bermasyarakat sebenarnya adalah untuk kesejahteraan, maka ke arah sanalah para
tokoh ini mengarahkan masyarakatnya.
Intitusi
Bisnis Berperan Penting
Masyarakat desa belum terbiasa dengan adanya
institusi bisnis berada di tengah kehidupannya. Dibanding masyarakat kota, warga desa perlu banyak penyesuaian.
Memunculkan wewenang kharismatis ini bisa
datang dari institusi formal atau pun sebaliknya.[1] Usahawan yang datang dari organisasi formal,
sebaiknya bisa mempunyai wewenang juga dalam situasi informal. Wewenang yang
diformalkan, biasa terjadi pada partai politik. Sedangkan organisasi bisnis
_sebagai organisasi formal_ perlu masuk ke dalam kehidupan masyarakat sehingga
bisa membawa perbaikan kehidupan. Jika peran Pemerintah Desa belum bisa
maksimal, maka saat itulah para bisnisman 'menambal' peran mereka.
Dalam memunculkan pemimpin dari institusi
bisnis, warga desa sebaiknya dilibatkan secara aktif. Jika memilih kepala desa
dilakukan melalui pemilihan formal, maka pemimpin bisnis dipilih dengan
menyertakan saham warga.
Institusi bisnis perlu memperlihatkan itikad
baik untuk memperbaiki kondisi kehidupan bermasyarakat. Apabila sebaliknya,
jangan berharap akan muncul wewenang kharismatik seorang usahawan di sana.
Secara alamiah, warga akan bisa memahami kenapa seorang pemimpin bisnis juga
bisa menjadi seorang pemimpin informal di tengah masyarakat.
Dalam prakteknya, ada suatu forum yang bisa
menjembatani antara kepentingan bisnis dengan kepentingan masyarakat umum. Forum
itu berisi semua pemegang kepentingan. Wewenang pebisnis perlu muncul _demi
kepentingan bersama_ dimana dia berperan sebagai 'penentu keputusan'. Kita
harus bisa memberikan pebisnis ruang karena dipundaknya terletak juga 'nasib'
banyak orang seperti karyawan dan keluarganya.
Warga desa perlu pembiasaan diri ketika 'kepentingan
bisnis' _mau tidak mau_ masuk ke dalam realita kehidupan keseharian. Warga desa
semestinya sudah bisa menerima realita bahwa pembangunan tidak hanya wewenang
pemerintah tetapi juga wewenang pebisnis.
Pemimpin Kharismatis yang Diinginkan
Di era modern ini, tidak ada kriteria pasti
mengenai pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat. Sosok yang bisa mengayomi
warga, belum tentu bisa menjadi pemimpin karena tidak bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat. Seseorang yang 'kuat' secara ekonomi pun belum tentu bisa menjadi
pemimpin apabila tidak memiliki rasa peduli pada kemajuan masyarakat.
Kiranya, setiap tipe masyarakat membutuhkan
tipe pemimpin yang berbeda pula. Ada tipe masyarakat yang memimpikan pemimpin
ideal dimana semua keinginannya bisa terpenuhi. Tetapi tidak dipungkiri juga,
ada masyarakat yang masih bisa menerima kekurangan seorang pemimpin asalkan dia
bisa memberikan kedamaian di tengah
masyarakat. Untuk itu, sebaiknya lahir pemimpin yang bisa menerima kedua tipe
masyarakat di atas.
Kalangan bisnis bisa melahirkan pemimpin yang
dibutuhkan karena sektor bisnis memahami realita masyarakat. Para pebisnis
bersinggungan langsung dengan berbagai karakter masyarakat. Pebisnis biasanya
sudah terlatih secara alami untuk
menjadi pemimpin di tengah masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...