Minggu, 26 Juli 2020
Belajar Sejarah untuk Alternatif Pembangunan Pedesaan
Sejarah memang mengupas masa lalu. Tetapi, sejarah bisa dijadikan pelajaran untuk menata masa depan. Meskipun, bukan berarti untuk mengulangi runutan sejarah yang telah terjadi.
Belajar sejarah mengarahkan pikiran kita pada persepsi waktu. Persepsi kita akan waktu tidak hanya sebatas sebuah jalan lurus yang tidak memiliki 'belokan'. Seakan kita tidak memiliki pilihan jalan mana yang harus ditempuh.
Dengan belajar sejarah, pikiran kita dibawa mengelana pada masa dimana kita belum tahu apa-apa tentang alam semesta. Dalam sekup lebih kecil, sejarah bisa menunjukan seperti apa desa kita di masa lalu.
Sejarah bisa menunjukan 'cetak biru' pembangunan pedesaan. Bukan berarti kita harus mundur lagi. Hanya saja, cetak biru itu bisa menjadi landasan untuk melalukan pembangunan di kemudian hari.
Misalnya, saya merasa kebingungan kenapa desa kami sulit menjadi wilayah pertanian. Saya mulai berpikir jika orang dulu tidak mempunyai rencana untuk menjadikan daerah ini sebagai wilayah pertanian. Mungkin dengan pertimbangan geologis yang kurang cocok.
Ketika sejarah ditulis, sangat mungkin ada subjektifitas si penulis. Tetapi, dalam masalah pembangunan subjektifitas itu sangat dimungkinkan. Tidak menjadi masalah akan adanya subjektifitas, hanya saja itu harus keluar dari orang yang dianggap 'berwenang'.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Dalam belajar, kita ikuti filosofi pohon. Seperti pohon, kita awali belajar dengan pelajaran dasar layaknya akar. Akar itu kuat m...
-
Perencanaan sosial ( social planning ) pada dewasa ini menjadi ciri yang umum bagi masyarakat-masyarakat yang sedang mengalami perubahan...
-
Pendekatan sistem sosial Pendekatan ini berkembang mengikuti perkembangan aliran pemikiran yang semakin menghendaki perlakuan yang kebih ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...