Minggu, 12 Juli 2020

Aset di Pedesaan, Dianggap Rendah Nilai?

Aset milik desa yang terhampar luas. (Dokpri.)
Aset desa yang terhampar luas. (Dokpri.)
Hanya ada dalam pikiran, ketika kita masih menganggap aset yang dimiliki warga pedesaan sebagai aset rendah nilai.

Kalau kata Napoleon Hill, apa yang terjadi di dunia ini  pada awalnya ada dipikiran seseorang. Jadi, jika orang desa berpikir jika apa yang  dimilikinya memiliki nilai yang rendah maka jangan aneh benda itu nilainya menjadi rendah. Kasus yang sering terjadi pada kepemilikan tanah, dimana harganya tetap murah. Padahal, fungsi tanah menjadi sangat besar dibanding persepsi manusia akan keberadaannya.

Manusia desa nampaknya masih memiliki sikap inferior akan keberadaannya di bumi. Mungkin, dalam pikiran sebagian orang desa menjadi warga desa bukan hal yang membuat bangga.

Tanah subur masih dianggap sebagai aset yang tidak perlu dipertahankan. Tanah kurang subur malah dianggap memberatkan. Keberadaannya di muka bumi seperti beban tersendiri, maka bisa dengan murah dilego pada tuan tanah.

***

Tidak hanya tanah, masih banyak aset berharga yang ada di pedesaan. Mulai dari air yang memancar hingga manusia Desa yang tak ternilai.

Apabila orang Eropa & Amerika begitu bergairah melihat tanah tak bertuan untuk ditaklukan. Maka, kita manusia Indonesia nyaris tak punya gairah akan tanah yang terhampar. Mungkin, diawali dari dalam pikiran yang merendahkan aset di dalamnya.

Merendahkan aset ini benar-benar kejadian dan kita menjadi bangsa yang tidak sanggup mempertahankan apa yang kita miliki. Orang Asing yang berinvestasi dianggap penjajah negeri. Padahal, bisa jadi kita mengidap sindrom rendah diri.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...