Minggu, 25 Oktober 2015

Persepsi sebagai Faktor Penyesuaian Diri Kehidupan Pedesaan

Kehidupan pedesaan yang ‘unik’ perlu penyesuaian diri dalam menjalaninya. Dalam kenyataannya, tidak semua orang siap untuk menjalani keunikan hidup di desa.
Ada sejumlah faktor psikologis dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika penyesuaian diri, yaitu : kebutuhan, motifasi, persepsi, kemampuan dan kepribadian.

Persepsi sebagai Faktor Penyesuaian Diri
Setiap individu dalam menjalani hidupnya selalu memiliki persepsi sebagai hasil penghayatannya terhadap berbagai stimulus yang berasal dari lingkungannya. Tidak jarang perpsepsi dipahami sebagai suatu perncerminan yang sempurna tentang realitas. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Setidaknya ada tiga alasan yang mendukung bahwa persepsi itu bukanlah cerminan dari realitas.
Pertama, indera yang dimiliki oleh manusia tidak dapat memberikan respons terhadap semua aspek yang ada dalam lingkungan. Kedua, manusia seringkali melakukan persepsi terhadap stimulus-stimulus yang pada kenyataannya tidak ada. Ketiga, persepsi manusia itu tergantung pada apa yang diharapkan, pengalaman yang dimilikinya dan motifasi yang ada pada dirinya. Dengan demikian, persepsi sesungguhnya bukanlah merupakan suatu gambaran yang persis sama dengan realitas yang ada, melainkan gambaran yang perwujudannya sudah diwarnai oleh interpretasi individu.
Jadi, persepsi sesungguhnya merupakan proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasa dari lingkungan. Dalam pengertian ini, terdapat dua unsur penting yakni interpretasi dan pengorganisasian. Interpretasi itu amat penting dalam suatu persepsi karena realitas yang ada di dunia ini amat bervariasi sehingga tidak jarang memerlukan upaya pemahaman dari individu agar menjadi bermakna bagi individu yang bersangkutan. Sedangkan pengorganisasian diperlukan dalam persepsi karena berbagai informasi yang sampai pada reseptor individu tidak jarang ada yang membingungkan dan tak terorganisasikan. Agar infromasi yang sampai pada reseptor itu dapat menjadi jelas dan bermakna, maka individu masih perlu mengorganisasikannya ketika informasi itu diterima oleh reseptor. 
Persepsi juga dapat diartikan sebagai cara-cara dimana individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu itu sendiri. Dengan kata lain, individu menyadari adanya kehadiran suatu stimulus, tetapi individu itu menginterpretasikan stimulus tersebut. Dalam definisi ini terkandung dua makna, yakni: pertama, persepsi itu tergantung pada sensasi-sensasi yang diasarkan pada infromasi sensori dasar (basic sensory information); kedua, sensasi-sensasi itu memerlukan interpretasi agar persepsi dapat terjadi. Informasi dasar disini adalah informasi yang sesungguhnya terjadi yang sampai pada alat indera kita.
Misalnya, suara lonceng tanda masuk sekolah yang sampai pada telinga para siswa. Jadi, para siswa tidak akan mendengar suara lonceng tanda masuk itu jiika suara lonceng itu memang tidak ada. Namun, bagaimana lonceng tanda masuk itu mempengaruhi para siswa untuk bergegas masuk kelas atau tidak, sangat tergantung pada bagaimana interpretasipada siswa terhadap suara itu. Disinilah letak terjadinya persepsi.
Persepsi seseorang memiliki pengaruh yang berarti terhadap dinamika penyesuaian diri karena persepsi memiliki peranan penting dalam perilaku, yaitu:
a.    Sebagai pembentukan pengembangan sikap terhadap suatu objek atau peristiwa. Ini berarti akan berpengaruh terhadap perilaku penyesuaian diri yang lebih terarah.
b.    Sebagai  pengembangan fungsi-fungsi kognitif,afektif dan konatif sehingga berpengruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan proporsional sesuai dengan pertimbangan dan pengalaman-pengalaman yang relevan.
c.    Meningkatkan keaktifan, kedinamisan dan kesadaran terhadap lingkungan sehingga dapat menggerakan motifasi untuk penyesuaian diri secara lebih sadar.
d.    Meningkatkan pengamatan dan penilaian secara objektif terhadap lingkungan sehingga perilaku penyesuaian diri menjadi lebih rasional dan realistis.
e.    Mengembangkan kemampuan mengelola pengalaman dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan sehingga dapat mendorong ke arah proses  sosialisasi yang semakin mantap.[1]

Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan Pedesaan
Bagaimana seseorang mempersepsikan linkungan sekitarnya begitu penting untuk bisa menyesuaikan diri. Warga desa bisa menyesuaikan diri karena menganggap desa sebagai sumber kehidupan. Berbeda, apabila menganggap desa sebagai sumber ‘kesengsaraan’. Persepsi ini sangat kuat mempengaruhi bagaimana kita memanfaatkan anugerah yang diberikan oleh Alloh SWT. Para petani menganggap desa sebagai sumber penghidupan sehingga senantiasa berpikir bagaimana memanfaatkan alam yang tersedia. Tidak hanya petani, setiap warga desa yang beranggapan begitu akan melihat desa sebagai ‘modal potensial’ bagi kehidupan masa depan.  
Jika warga desa mempunyai persepsi positif tentang desanya maka itu menjadi modal utama sebelum begitu banyak pembangunan dilakukan. Pembangunan masa depan desa tidak hanya melulu aspek fisik tetapi juga harus diawali dengan membangun persepsi warga tentang desa sendiri. Apabila warga desa belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka sepertinya rencana pembangunan yang sudah dicanangkan akan sulit tercapai


[1] Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung: 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...