Apa tujuan hidup manusia dilahirkan ke
dunia ini? Tentunya pasti mempunyai misi dan visi yang jelas dan terarah.
Karena manusia di dunia ini adalah ciptaan Alloh SWT, maka manusia itu wajib
tunduk kepada aturan-aturan Yang Maha Pencipta. “Dan Aku (Alloh) tidak
menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah Aku.” (QS.
Adz-Dzariyat (51) ayat 56)).
Kata ‘menyembah’ dalam ayat tersebut di
atas berasal dari kata dasar sembah. Apakah sembah itu? Sholat, puasa,
zakat dan haji itu sendiri, bukanlah merupakan sembah sebagaimana diartikan
menurut kebanyakan orang dan masyarakat selama ini. Rukun-rukun itu merupakan alat untuk menciptakan karakter
(sikap mental) kepatuhan dalam manusia. Semua itu adalah sebagai alat untuk
memacu atau mendorong manusia agar beramal sholeh, berbuat kebajikan. Puncak
dari amal sholeh itu adalah kerja keras untuk kemaslahatan bagi seluruh
makhluk hidup di muka bumi.
Jadi pengertian menyembah atau beribadah
menurut pengertian yang hakiki, tidaklah cukup hanya sebatas yang bersifat
ritual saja. Akan tetapi, harus mampu mempraktekan, mengaplikasikan,
mengaktualisasikan dalam amal (perbuatan) dan kehidupan sehari-hari, yang
bermanfaat baik bagi sendiri maupun masyarakat. Oleh karena itu, sehubungan
dengan tujuan hidup manusia di dunia ini, Alloh SWT tegas-tegas menyatakan dalam
Al-Qur’an suci, surat Al-Balad ayat 4 : “Sesungguhnya Kami (Alloh)
menciptakan manusia agar bekerja
keras dan berjuang mati-matian.”
Kata ibadat jangan sekali-kali
diartikan hanya sebatas yang bersifat ritual saja, tetapi lebih dituntut untuk
dipraktekan dalam aksi-aksi nyata dan positif. Aksi-aksi nyata yang
bermanfaat itu disebut amal-sholeh. Al-Qur’an lebih menuntut amal sholeh
daripada sekedar ucapan belaka, karena amal-amal sholeh (perbuatan-perbuatan)
baik dan nyata itulah yang membawa kemajuan dan kemenangan.
Mengapa aksi-aksi nyata dan positif lebih
diutamakan daripada sekedar lafaz saja? Sebab, hanya perbuatan-perbuatan aktual
sajalah yang membawa suatu bangsa menuju prestasi yang gilang gemilang. Tidak
cukup hanya sekedar mengucapkan ‘beriman’ tanpa diikuti dengan ‘amal-amal
sholeh’ (kerja keras dan aksi-aksi nyata). Iman tanpa kerja keras, tanpa aksi
nyata yang positif ibarat tanaman tanpa pupuk dan disirami air. Ia akan layu,
kering, lumpuh dan akhirnya mati.
Iman itu baru sempurna, subur dan kokoh
kalau disertai dengan amal sholeh. Sebab kekuasaaan dan keunggulan itu bisa
diraih hanya dengan kerja keras dan aksi nyata sebagai syarat dari iman. Makna kekuasaan bukan saja dalam arti jabatan
dan pangkat, namun dalam arti luas, bisa berbentuk kekuasaan dalam bidang
ekonomi dan keuangan, kekuasaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
kekuasaan dalam bidang pertahanan dan keamanan dan lain-lain. Untuk mencapai
segala bentuk kekuasaan itu tidak lain kecuali hanya melalui aksi-aksi atau
praktek-praktek nyata, yang puncaknya adlah kerja keras serta siap menghadapi
segala resiko.
Jadi, jangan keliru dalam memahami amal
sholeh. Pengertian amal sholeh jangan dipahami secara sempit dan dangkal, hanya
dipahami sebatas bersifat ritual dan seremonial semata. Pemahaman seperti ini
sangat berbahaya. Pengertain amal sholeh yang lebih hakiki adalah berbentuk
kerja keras, aksi-aksi nyata yang positif dan bersikap mental mandiri.
(Disadur dari Suparman Sumahamijaya, dkk. Pendidikan
Karakter Mandiri dan Kewiraswastaan, Angkasa, Bandung: hal. 21-25).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...