Hal wajar jika warga desa kebingungan untuk
menentukan sasaran pembangunan desanya sendiri. Pada tahun-tahun mendatang,
akan ada banyak proyek yang harus dilaksanakan sebagai wujud dari pelaksanaan
Undang-undang Desa. Anggaran yang sudah disiapkan dari pusat harus terserap
karena dianggap sesuai dengan perencanaan yang telah diajukan. Namun, sistem
perencanaan bottom up alias inisiatif berasal dari bawah_ akan mengalami
kesulitan karena warga desa sendiri masih mengalami kebingungan menentukan
sasaran pembangunan desanya sendiri.
Apa sasaran pembangunan desa kita?
Sebelum berbicara
banyak tentang suatu proyek yang akan diprioritaskan, tentu saja kita harus
membicarakan secara matang tentang sasaran pembangunan desa kita. Perlu waktu
yang tidak sebentar untuk menentukan sasaran tersebut. Semua pihak seyogyanya
diajak bicara. Memang, dari sekian banyak kepentingan harus ada ketegasan untuk
menentukannya sejak awal.
Sumber : google.com |
2)
Pusat industri, perdagangan, perikanan, pariwisata
atau pusat pertanian. Selanjutnya,
sebagai warga desa kita harus secara tegas memilih mau dijadikan 'tempat apa'
desa kita di masa depan nanti. Lihat saja potensi di sekitarnya. Pilihlah
dengan berbagai pertimbangan ilmiah sehingga ada kepuasan dan rujukan yang
jelas. Pilihan kita bukan berdasarkan emosi dan kepentingan segelintir orang.
Semuanya harus berdasarkan pada asas untuk kepentingan bersama.
3)
Pusat pertumbuhan baru di daerah. Bayangkanlah jika di masa depan desa kita
menjado tempat orang untuk beraktifitas. Adanya perputaran ekonomi menjadi ciri
suatu daerah sedang bertumbuh. Perputaran kapital sudah tidak lagi berada di
perkotaan tetapi juga terjadi di pedesaan.
4) Penyedia lapangan kerja. Sudah menjadi pengetahuan umum jika di desa kekurangan lapangan kerja.
Untuk itu, cantumkan sasaran pembangunan desa menjadi tempat untuk membuka
lapang kerja baru secara berkesinambungan. Apa pun caranya. Tidak hanya di
bidang pertanian, industri padat karya tetapi juga di bidang lain. Pembangunan
yang berorientasi pada pembukaan lapangan kerja bisa mendapat respon positif
dari warganya. Para warga merasa diperhatikan kebutuhan mereka. Setiap ada
rencana baru dari aparat pemerintah, orang yang bekerja cenderung untuk melihat
sisi positifnya. Rencana pembangunan yang ditentang biasanya tidak mengakomodir
kepentingan dasar warganya. "Buat apa ada pembangunan, toh bukan untuk
kita", begitulah kira-kira pendapat yang menolak.
Mengapa mengambil keputusan berdasarkan sasaran?
Pada prinsipnya, sistem ini berpendapat bahwa
manajemen pekerjaan kita yang terus-menerus menuntut agar sebelum kita
mencurahkan tenaga atau sumber untuk mencapai sasaran kita harus mendefinisikan
sasaran tersebut terlebih dahulu. Bila kita tidak mempunyai gambaran jelas
mengenai sasaran tersebut, maka jalan ke sana pun tidak akan terang pula, dan
kalau kita tidak mempunyai sesuatu yang mau dicapai, maka hasil yang akan
diperoleh pun tidak akan ada.
Seperti pelayaran, kalau kita melaksanakan
manajemen berdasarkan sasaran itu berarti bahwa kita menentukan lebih dahulu
apa tujuan akhir kita sebelum perjalanan dimulai. Kemudian sasaran ini
merupakan target suatu hasil yang diingini, dan dalam proses penyelesaiannya
merupakan ukuran atas kemajuan yang dicapai. Akhirnya, sesudah mempergunakan
waktu dan tenaga, maka kita dapat menilai tingkat keberhasilan yang dicapai
dengan membandingkannya dengan sasaran.
Sistem mengambil keputusan berdasarkan sasaran
seperti yang dimaskudkan disini berarti bahwa langkah pertama dalam
penyelesaian persoalan atau pengambilan keputusan ialah membuat suatu sasaran
yang jelas terlebih dahulu.
Manajemen berdasarkan sasaran juga memerlukan komitmen.
Kalau kita telah menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang pendapatnya sangat
penting bagi kita, maka kita praktis harus berbuat sesuatu mengenai hal itu. (Manajemen
Decisions by Objectives, George S. Odiorne. 1969. hal. 9).
Komunikasikan dengan Masyarakat
Sasaran yang sudah ditentukan seharusnya
dikomunikasikan kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan
pemikiran supya tidak terjadi kesalahan pengertian. Bisa saja dengan adanya
pengertian, warga akan tergugah untuk turut serta dalam pembangunan dengan
sukarela. Kesadaran biasanya tumbuh setelah adanya pengetahuan yang cukup.
Sistem komunikasi warga dibangun dengan efisien
sehingga hasil pemikiran para petinggi di desa bisa dipahami secara luas. Keterbatan
warga akan akses informasi sudah harus dihapuskan. Saat ini segala cara bisa
dilakukan, ddengan prinsip adanya kesamaan maksud akan tujuan dai aktifitas
yang dilakukan warga dalam kesehariannya. Jika sebuah desa dimaksudkan sebagai
pusat perdagangan, maka aktifitas warga sebagian besar dalam rangka menuju
kesana.
Tentukan Proyek Apa yang Akan Kita Dahulukan
Akan ada banyak proyek yang harus dilaksanakan.
Untuk itu, tentukan prioritas proyek
berdasarkan sumberdaya yang dimiliki. Percayalah, bahwa pembangunan bisa
berjalan sesuai dengan rencana. Hanya saja, harus ada kesabaran dalam
menjalankannya. Perlu waktu yang mungkin tidak sebentar untuk sampai pada
sasaran yang hendak dicapai. Dengan penentuan prioritas, akan ada sepemahaman
pola pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Bila polanya acak/tidak
beraturan, jangan aneh akan ada kebingungan dan timbul perbedaan persepsi dalam
masyarakat.
Kunci dari semua ini adalah kepemimpinan dari
tokoh-tokoh yang ada di desa mulai dari
Kepala Desa, Ulama hingga Ketua RT-RW. Sikap yang bijak dari para pemimpin di
desa berdampak besar bagi terlaksananya pembangunan yang telah dicanangkan.
Semoga saja desa kita menjadi desa yang bisa memberikan solusi bagi warganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...